- Umat beriman menggabungkan diri dalam himpunan para malaikat dan orang kudus yang memuji dan memuliakan Allah
- Nyanyian ini bukanlah sembarang nyanyian di sembarang tempat, melainkan dinyanyikan di hadapan Allah sendiri.
- Dengan nyanyian ini, umat beriman dapat melihat Allah melalui Yesus.
Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
SERI CATATAN RINGAN: Nyanyian Para Malaikat
Dari sebab itu, bersama para malaikat dan semua orang kudus kami bermadah memuji dan memuliakan Dikau dengan tak henti-hentinya bernyanyi....
Kalimat
ini tentu tidak asing lagi bagi kita umat katolik. Kalimat seperti ini,
atau yang mirip-mirip, selalu kita dengarkan setiap kali perayaan
Ekaristi, pada bagian prefasi sebelum nyanyian Kudus / Sanctus. Bagian
prefasi dan nyanyian Kudus adalah bagian yang saling terkait dan tidak
terpisahkan, sehingga jika kita ingin memahami makna nyanyian Kudus
saja, atau prefasi saja, perlu memahami keduanya.
Prefasi
secara sederhana dapat dikatakan berisi tentang ucapan syukur berikut
dengan alasan-alasannya. Secara umum prefasi terdiri dari tiga bagian:
bagian pertama adalah menyambung dialog Imam-Umat sebelumnya “Sudah layak dan sepantasnya” dengan kalimat “Sungguh layak dan sepantasnya.....”
Maka dapat dikatakan bagian pertama prefasi berbicara tentang pujian
dan syukur kepada Allah dengan pengantaraan Putra-Nya, Yesus Kristus.
Bagian
kedua baru berisikan tentang alasan untuk bersyukur, bercerita tentang
kebaikan-kebaikan Tuhan bagi umat manusia. Sedangkan bagian ketiga
merupakan pengantar untuk melambungkan pujian bagi-Nya lewat nyanyian
Kudus.
Bagian ketiga ini sungguh menarik karena berkata
tentang surga. Kata-kata yang kuat ini menggemakan kembali (atau, selalu
menggemakan) apa yang diajarkan Gereja sepanjang masa tentang perayaan
Ekaristi, dimana dengan merayakan Ekaristi di dunia ini kita ikut “mencicipi Liturgi Sorgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem, tujuan peziarahan kita”
(Konstitusi tentang Liturgi Suci artikel 8). Lagipula, apa yang
dinyanyikan kemudian sungguh-sungguh dinyanyikan di surga seperti apa
yang dilihat oleh nabi Yesaya (Yes 6:3) dan dinyatakan dalam kitab Wahyu
(Why 4:8).
Nyanyian Sanctus sendiri, yang kita kenal
sekarang, terdiri dari dua bagian, yakni Sanctus dan Benedictus. Kedua
bagian ini ditutup dengan seruan “Hosanna in excelsis” atau menurut terjemahan resmi, “Terpujilah Engkau di surga.” Bagian pertama: “Sanctus, sanctus, sanctus Dominus Deus Sabaoth. Pleni sunt caeli et terra gloria tua.” Kalimat ini memang nyanyian surgawi (lihat Yes 6:3 dan Why 4:8).
Bagian kedua: “Benedictus qui venit in nomine Domini.”
Kalimat ini diambil dari saat ketika Yesus memasuki Yerusalem dimana Ia
disambut dengan meriah penduduk kota itu (lihat Mat 21:9, Mrk 11:9, Luk
19:38, Yoh 12:13). Orang-orang Yerusalem menyerukan kembali apa yang
sudah dikatakan dalam kitab Mazmur: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN!” (Mzm 118:26a). Ingat pula apa yang disabdakan oleh Yesus sendiri: “Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Mat 23:39, Luk 13:35).
Dari uraian di atas, dapat dibuat beberapa kesimpulan:
Dan
dengan demikian, lewat nyanyian Sanctus dalam perayaan Ekaristi kita
dan seluruh Gereja, baik yang sudah mulia di surga maupun yang masih
berziarah, bergabung untuk memuji dan memuliakan Allah yang akan segera
hadir dalam rupa Hosti Suci yang dapat kita pandang, lihat, dan sembah.
Dengan prefasi dan nyanyian Sanctus, umat beriman mengantisipasi
kehadiran-Nya yang sungguh nyata ketika roti dan anggur dikonsekrasikan
menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Apa yang tadinya hanya bisa dinikmati di
surga, dapat dinikmati di dunia.
Sebuah ungkapan yang
indah akan misteri ini dibuat oleh St. Thomas Aquinas, dan umat pada
umumnya kenal dalam lagu Panis Angelicus: “Panis angelicus fit panis hominum dat panis caelicus figuris terminum” yang berarti “Roti para malaikat menjadi roti manusia, roti surgawi telah berwujud nyata.”
-----------------------
Catatan:
Prefasi
berikut dialognya dan Sanctus termasuk dalam nyanyian tingkat pertama.
Artinya bagian-bagian ini diutamakan untuk dinyanyikan.
Sumber: Saint Raphael Publishing https://www.facebook.com/notes/saint-raphael-publishing/seri-catatan-ringan-nyanyian-para-malaikat/277885325728826terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati