Rabu, 10 September 2014
Hari Biasa Pekan XXIII
1Kor. 7:25-31; Mzm. 45:11-12,14-15,16-17; Luk. 6:20-26.
"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah."
"Apakah
untuk menjadi empunya Kerajaan Allah, kita harus menjadi miskin?"
Jawaban saya: "Iya". Logikanya sederhana. Orang miskin itu kan orang
yang tidak punya apa-apa atau punya tetapi sangat minim bahkan
berkekurangan. Maka memang benar: untuk menjadi empunya Kerajaan Allah,
kita harus menempatkan diri sebagai orang yang tidak punya apa-apa.
Semua yang ada pada kita, bukanlah milik kita tetapi anugerah atau
titipan dari Tuhan. Ingat perumpamaan tentang talenta. Kalaupun pada
kita ada banyak harta, namun semua itu hanya selagi kita masih hidup.
Padahal, hidup kita adalah milik Tuhan. Kalau sewaktu-waktu Dia
mengambilnya, kita harus menyerahkannya. Dan, pada waktu kita
mengembalikan hidup kita kepada Tuhan, otomatis semua yang ada pada kita
di dunia ini, harus kita tinggalkan. Karena memang bukan milik kita.
Berapa pun dan sebesar apa pun rumah kita, toh akhirnya kita hanya butuh
ukuran 2x1 m, bahkan kurang. Berapa pun dan sebagus apa pun mobil kita,
mobil yang terakhir kita tumpangi adalah ambulance. Setinggi apa pun
gelar kita, toh akhirnya juga menjadi Alm. Namun, kita tidak perlu
kuatir dengan kemiskinan kita karena Tuhan maha kaya. Kalau selama
hidup, banyak hal kita bagikan kepada sesama dan ketika mati semuanya
kita tinggalkan, Tuhan telah menyediakan hidup baru dan tempat tinggal
baru, yakni dalam Kerajaan-Nya.
Doa:
Tuhan, semoga kami menyadari bahwa semua yang ada pada kami adalah
milik-Mu sehingga kami menggunakannya tidak hanya demi kepentingan kami
sendiri tetapi lebih-lebih demi kemuliaan nama-Mu dan kesejehteraan
sesama. Amin. -agawpr