Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.

Rabu, 03 September 2014
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja 

    
1Kor. 3:1-9; Mzm. 33:12-13,14-15,20-21; Luk. 4:38-44.
 
Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.
  
Ketika membaca perikop ini, saya teringat dengan beberapa pengalaman saat melayani di paroki. Setiap kali selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah umat, terutama mereka yang jompo dan sakit. Jadwal yang rutin pasti saya buat adalah setiap menjelang Natal dan Paskah untuk memberikan pelayanan sakramen pengakuan dosa. Kalau ada waktu, masih ditambah pada saat-saat lain. Setiap kali saya berkunjung di salah satu umat, biasanya umat yang lain, minimal pengurus lingkungan dan prodiakon juga berkumpul bersama di rumah tersebut. Tidak ketinggalan, mereka yang sakit dan jompo tetapi masih bisa berjalan, ikut berkumpul pula. Saya bayangkan suasananya seperti ketika Yesus berkunjung ke rumah mertua Simon dan menyembuhkan ibu mertuanya lalu banyak orang juga datang ke sana, termasuk mereka yang sakit untuk disembuhkan-Nya - meski saya tidak bisa menyembuhkan mereka yang sakit, seperti Yesus. Apa yang dibuat oleh Yesus dengan keluar dari rumah dan datang ke tempat umat untuk memberikan pelayanan ini juga dilakukan oleh St. Gregorius Agung (540-604), yang kita peringati hari ini. Ia berasal dari kalangan aristokrat dan pernah menjadi pejabat tinggi di Roma namun kemudian meninggalkan jabatan tersebut untuk masuk biara. Hartanya ia gunakan untuk membangun biara-biara baru. Namun ia tidak saja hidup di dalam biara untuk berdoa dan bersemadi, tetapi juga giat di luar: membantu orang-orang miskin dan tertindas, menjadi diakon di Roma, menjadi Duta Besar di istana Konstantinopel. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abbas di biara Santo Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar-pasar kota Roma. Ketika menjadi Paus (590), dia pun tetap punya perhatian yang besar pada pelayanan keluar, khususnya dalam membebaskan kaum miskin dan lemah. Dari sini, saya semakin meyakini pentingnya para imam untuk mau 'meninggalkan' gereja, pastoran dan biara supaya bisa berkunjung ke rumah-rumah umat. Saya yakin, pastoral semacam ini sangat dikehendaki oleh Yesus, bahkan Ia sendiri memberi teladan. Maka, marilah kita berdoa untuk para imam kita agar mereka selalu sehat dan bisa membagi waktu dengan baik, sehingga dapat melaksanakan kunjungan umat atau kunjungan keluarga.

Doa: Tuhan, berkatilah para imam di paroki kami agar mereka selalu sehat dan dapat membagi waktu dengan baik supaya mereka dapat senantiasa datang mengunjungi dan menyapa kami, sebagaimana diteladankan oleh Yesus. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy