Kitab kumpulan Kitab (Bagian 1)

 
Mari perhatikan Alkitab lebih rinci. Jika berkenan, mari sekarang ambillah Alkitabmu dan amat-amatilah sejenak. Apa terlihat? Ya, kertas yang dijilid dengan tulisan cetak. Apa lagi? Aneka macam kitab. Ada Perjanjian Lama (PL) di bagian depan, Perjanjian Baru (PB) di belakang. Juga ada Deuterokanonika (DK) di bagian tengah (khusus Alkitab terbitan LAI-LBI). Ternyata ada banyak kitab di dalam tiap-tiap bagian tersebut.

Betul, Alkitab adalah “kitab kumpulan kitab”. Maksudnya, ada banyak kitab yang “dijadikan satu” di dalam Alkitab. Secara sekilas, Alkitab adalah SATU BUKU. Namun, sesungguhnya Alkitab adalah BANYAK BUKU yang disatukan. Karena itu, Alkitab dapatlah disebut “perpustakaan kecil”. PB saja memuat 27 kitab (buku). Apa saja nama buku dalam PB? Silakan cermati dalam Alkitabmu. Selanjutnya, lihatlah PL yang memuat 39 buku. Lalu, bukalah DK yang mengandung 7 buku.

(Catatan: DK adalah kelompok kitab yang termasuk PL. Jadi, DK bukan kumpulan kitab tersendiri. DK adalah kumpulan kitab yang dulu “dibuang” oleh Martin Luther, seorang imam Katolik yang membelot lalu mendirikan umat sempalan yang sekarang dikenal dengan nama Protestan. Maka, orang Protestan tidak punya DK. Kapan-kapan saya jelaskan mengapa DK ada dalam Alkitab Katolik tapi tidak ada di Alkitab Protestan.)

Kisah Jadi Kitab

Sudah jelas bukan, Alkitab memuat banyak kitab. Banyak kitab, maka banyak pula penulisnya. Bahkan, satu kitab saja bisa ditulis oleh lebih dari satu orang. Contohnya berikut ini. Dulu kala, banyak orang menganggap bahwa Pentateukh (penta ‘lima’ + teukh ‘gulungan’; artinya lima gulungan, yaitu: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) ditulis oleh Musa. Oh ya, Pentateukh itu nama lain untuk Taurat yang sering disebut Kelima Kitab Musa. Ada kejanggalan jika kelima-limanya ditulis oleh Musa. Lihatlah Ulangan 34:5-12. Tertulis di sana kisah tentang KEMATIAN MUSA. Nah! Mana mungkin Musa menulis cerita tentang kematiannya sendiri dan beberapa hal setelah kematiannya? Pastilah bagian itu ditulis orang lain, bukan Musa.

Makin hari makin banyak pakar Alkitab tahu bahwa hampir seluruh Pentateukh tidak ditulis oleh Musa. Ada orang lain, ratusan tahun sesudah zaman Musa, yang menuliskan kisah-kisah yang tercantum dalam Taurat itu. Bagaimana ceritanya kok bisa begitu? Nah, berikut ini penjelasan singkat untuk memahami bagaimana PL dan Alkitab pada umumnya terbentuk hingga seperti sekarang.

Dulu kala, ribuan tahun sebelum Tuhan Yesus, sudah ada orang yang beriman kepada Tuhan Allah, yaitu leluhur orang Yahudi. Mereka mengalami hubungan dengan Allah. Orang-orang beriman itu tidak punya kitab satu pun. Mengapa? Sulit sekali menulis zaman itu, mahal pula. Bagaimana iman mereka dipelihara dari generasi ke generasi? Melalui kisah. Jadi, kisah-kisah tentang Allah dan hubungan-Nya dengan manusia beriman itu diceritakan turun-temurun secara lisan. Inilah yang disebut “tradisi lisan”. Kisah-kisah itu diceritakan berabad-abad lamanya dalam pertemuan bersama, dalam ibadat, dalam kumpul keluarga.

Ada contoh dalam Alkitab mengenai cara kisah diturun-temurunkan. Lihatlah Keluaran 12:26-27. Di sana tersurat: kalau ada anak bertanya, orangtua wajib bercerita. Tidak ditanya pun, orangtua akan bercerita tentang kisah-kisah nenek moyang yang telah beriman kepada Tuhan. -- bersambung -- ....

R.D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Imam Gereja Katolik Ritus Latin
untuk Keuskupan Bandung

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy