Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Bunda yang berdukacita
Senin, 15 September 2014
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
Hari ini Gereja
Katolik memperingati Peringatan Wajib Santa Perawan Maria yang Berdukacita. Apa
maksudnya? Mengapa wajib diperingati? Sebagai seorang manusia yang lahir dari
rahim seorang ibu, tentu kita akan mengignat ibu kita, terlebih penderitaan ibu
kita sendiri. Adakah seorang anak yang tega membiarkan ibunya menderita, atau
setidak-tidaknya tidak ambil pusing dengan penderitaan ibu sendiri? Orang yang
baik dan setia pada Yesus tidak akan melakukan hal yang demikian. Pokok permasalahannya ialah,
sebagai umat beriman, tentu Bunda Maria menjadi Bunda kita semua oleh karena
Yesus telah menjadi penebus bagi semua orang. Injil hari ini memberitakan
bagaimana ramalan nabi Simeon terhadap bunda Maria. Simeon mengatakan bahwa “..suatu pedang akan jiwamu sendiri…”
(Luk 2:35). Pernahkah terbayang, seorang
ibu yang hendak bersukacita akan kelahiran anaknya sendiri harus mendengar
“berita miris” bahwa anak yang akan dikandung justru menimbulkan perbantahan
dan menembus hati sendiri? Rasa takut, cemas, dan mengerikan akan begitu
meliputi. Itulah yang mungkin dirasakan oleh Bunda Maria. Yesus harus mengalami
penderitaan ditolak oleh orang – orang sekitar, namun terlebih memuncak saat
penderitaan-Nya di salib, sebuah “ke-martiran” fisik demi teusan banyak orang.
Bagaimana dengan Bunda Maria? Bunda Maria harus menjadi “martir” dalam hatinya
sendiri, sebab penderitaan hati-nya sebagai seorang ibu begitu dahsyat diatas
penderitaan hati orang lain. Seorang ibu yang justru siap menerima ramala Simeon
yang sungguh mengejutkan, justru mengajarkan bagaimana kita belajar dari sosok
Sang Bunda untuk setia kepada Yesus hingga sampai di kaki salib sekalipun hati
sungguh sedih dan menderita. Bunda Maria tetap setia kepada Yesus apapun yang
terjadi, dan Bunda Maria menyimpan semua perkara yang tak mudah itu di dalam
hatinya, namun dngan kasih keibuannya dan kepercayaan akan rencana Allah
kemartiran nya dalam hati harus diterima. Demikia kita, harus menerima semua
hal dalam kehidupan dan siap untuk mengolah apapun yang terjadi, karena Bunda
Maria telah menjadi ibu yang memberikan kekuatan hati untuk tetap setia pada
perkara hati yang tidak mudah
RENUNGAN OLEH: DEUS PROVIDEBIT
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati