Minggu, 28 September 2014
Hari Minggu Biasa XXVI
Yeh. 18:25-28; Mzm. 25:4bc-5,6-7,8-9; Flp. 2:1-11 Mat. 21:28-32.
"Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?"
Seorang ayah yang baik pasti menghendaki yang terbaik untuk
anak-anaknya. Ia juga mendidik dan mengajari anak-anaknya dengan baik.
Ia ingin agar anak-anaknya mendengarkan apa yang dikatakan dan
melaksanakan apa yang dikehendaki. Nah, kepada Allah, kita juga menyebut
Bapa sebab Ia telah berkenan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya.
Bagaimana sikap kita pada-Nya? Apakah kita merupakan anak yang selalu
mendengarkan dan melaksanakan kehendak Bapa? Setiap hari kita berdoa
Bapa Kami dan berseru "jadilah kehedak-Mu" tapi mungkin kita tidak
selalu menyadari apa yang kita ucapkan sehingga tidak pula menghayati
dan mempraktikannya dalam hidup sehari-hari. Mungkin kita lebih sering
seperti anak yang pertama dalam Injil, yakni mengatakan "Ya" tetapi
tidak melaksanakan. Kita mudah untuk tidak memenuhi apa yang kita
katakan dan janjikan, lebih-lebih kalau tidak mengenakkan dan membawa
keuntungan bagi kita tetapi malah harus disertai pengorbanan. Namun,
kadang kita juga seperti anak kedua yang menolak kehendak dan perintah
Tuhan, lalu menyesal dan akhirnya melaksanakannya. Mengapa Yesus tidak
memberi perumpamaan anak ketiga, yakni anak yang mengatakan "Ya" dan
langsung melaksanakan. Saya kira karena Yesus amat mengerti dengan kita.
Kita bukanlah manusia sempurna itu. Maka, Yesus menuntut dan menilai
sebagai baik sejauh yang mampu kita lakukan. Yang penting selalu ada
kesadaran akan kerapuhan, penyesalan atas dosa dan kesalahan serta
tindakan pertobatan yang nyata.
Doa: Tuhan, bantulah kami menjadi anak-anak-Mu yang baik, yang selalu berjuang untuk melaksanakan kehendak-Mu. Amin. -agawpr-