Hati Seorang Simeon

Injil hari ini menampilkan seorang sosok yang amat misterius, yaitu Simeon. Agaknya, ia kurang terlalu menonjol dalam banyak kisah di Kitab Suci. Namun satu hal yang perlu kita ketahui, Lukas mencatat bahwa Simeon berada di dalam diri Simeon, dan karena Roh Kudus ini berada di dalam hati Simeon, ia mampu mengenal Yesus sebagai Putra Allah yang dijanjikan oleh Bapa untuk keselamatan umat manusia (Luk 1:25-28). Bukankah Roh Kudus diam di dalam hati setiap orang? Rasul Paulus pernah mengatakan bahwa diri kita adalah Bait Roh Kudus. Itu artinya, di dalam diri semua orang berdosa, bernaung dan berdiam Roh Kudus yang sama, yaitu Roh Allah sendiri. Permasalahan yang muncul adalah, saat Roh Kudus berada dan bernaung di dalam diri kita, apakah kita sudah sadar betul Roh Allah telah berada di dalam hati kita? Apabila kita sudah sadar, maukah kita semakin memberikan ruang dalam hati kita bagi Roh Allah ini sehingga kita dapat melihat karya – karya ajaib dalam setiap kejadian dalam kehidupan kita? Simeon tentu menjadi sangat bijaksana dan mengerti arti hadir Yesus yang datang untuk menyelamatkan manusia bukan karena ia adalah orang yang suci, namun ia senantiasa memberikan diri untuk membuka hati terus – menerus agar Roh Allah dapat tinggal di dalam hatinya, dan mengolah dirinya sehingga sukacita dari Roh Allah boleh diberikan bagi sesama. 
  
Kita memperoleh rahmat istimewa dari Allah kendati kita berdosa, bahwa dalam kehinaan kita Allah masih berkenan tinggal di dalam diri kita, dan sekarang saatnya kita boleh menikmati kehadiran Allah dengan mengolah diri dan menyapa Allah lewat perjumpaan kita dengan sesame dan lewat doa – doa kita, sehingga semakin banyak ruang di hati agar Allah semakin leluasa untuk bertakhta. Simeon melihat Yesus Kristus benar – benar menyambut arti hadir-Nya sebagai hadiah dari Bapa, ia melihat bahwa kehadiran Yesus sungguh akan menjadi buah rahmat dan keselamatan bagi seluruh umat, itulah yang membuat Simeon berkumandang “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu” (Luk 2:29) ; kata – kata ini menyiratkan kepada kita bagaimana arti sukacita sejati bagi Simeon, bahwa sukacita sejati yang dikejarnya semata ialah Tuhan sendiri, dan ia melihat bagaimana karya Bapa terjadi dalam diri Yesus, dan itu sudah cukup baginya sebab ia merasa bahwa sukacita sejati itu telah diberikan. Maukah kita terpanggil seperti Simeon, memiliki hati sepertinya, untuk hanya mengerjar sukacita sejati yang tidak lekang oleh waktu yang kita rayakan pada hari raya Natal? Semoga Kristuslah yang menjadi satu-satunya sukacita kita!

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy