Hari-hari Liturgi itu tidak sama saja

 
Kita perlu menyadari bahwa hari-hari dalam liturgi itu tidak sama saja. Liturgi hari Minggu jelas memiliki bobot dan nilai lebih tinggi daripada liturgi harian. Minggu itu dari kata Dominggo (Portugis) yang aslinya diturunkan dari kata Latin: Dominus, artinya Tuhan. Hari Minggu adalah hari Tuhan. Mengapa hari Tuhan? Karena pada hari itu Tuhan bangkit dari wafat-Nya. Maka, setiap merayakan Ekaristi pada hari Minggu, kita secara khusus bersama seluruh Gereja merayakan misteri wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Demikianlah sebenarnya pada setiap hari Minggu kita sedang menghadirkan peristiwa hari raya Paskah, saat Tuhan bangkit. Seluruh pekan liturgi berpuncak pada hari Minggu itu. Hari Senin hingga Sabtu berikutnya menjadi pekan Minggu tersebut dan mengalir dari hari Minggu tersebut. Itulah sebabnya, wajarlah kalau orang kristiani itu mestinya datang ke gereja dan ikut misa kudus pada hari Minggu. Janganlah kita terlalu mudah melalaikan misa kudus pada hari Minggu. Tetapi, kalau tidak bisa mengikuti misa harian, ya sudahlah, meskipun sungguh amat baik dan memang sangat dianjurkan oleh Gereja kalau bisa mengikuti misa harian.

Barangkali kita sering lupa bahwa ada tiga tingkatan dalam perayaan liturgi. Pertama, tingkat hari raya. Hari raya itu merupakan hari liturgi paling besar. Maka, perayaannya sudah dimulai sejak sore hari sebelumnya. Dalam perayaan liturgi, hari raya itu ditandai seperti apa yang kita lakukan pada hari Minggu: bacaan Kitab Suci (ada 3), Kemuliaan dan Syahadat. [Tambahan admin: Ada beberapa hari raya yang merupakan hari raya wajib (holy days of obligation) bagi umat Katolik, untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi.] Tingkatan kedua ialah pesta. Pesta ini dibawah hari raya. Maka, tidak ada perayaan sore hari sebelumnya. Tanda pesta ialah adanya doa/nyanyian Kemuliaan, tetapi tanpa Syahadat pada perayaan liturgi itu. Dan tingkatan yang ketiga adalah peringatan. Ada peringatan wajib dan ada yang fakultatif. Peringatan macam ini dirayakan seperti pada hari biasa, tanpa Kemuliaan dan Syahadat.

Apa yang mesti kita buat?

Kita perlu memperhatikan betul, sekarang ini kita sedang pada masa liturgi apa, sedang ada perayaan tingkat mana, dan seterusnya. Konsekuensinya bukan hanya pada soal pemilihan bacaan dan nyanyian saja, tetapi juga pada soal dekorasi seperti lilin dan hiasan bunga. Semakin tingkat perayaannya, mestinya jumlah lilin lebih banyak. Kalau sekarang ini Hari Raya Hati Kudus Yesus, mestinya jumlah lilin lebih banyak daripada hari biasa lainnya. Atau kalau kita sedang memimpin ibadat untuk pesta perak saudara kita, mestinya lilin dan jumlah kemeriahan bunga lebih banyak daripada ibadat lingkungan bulanan seperti biasanya. Bila kita memahami masa liturgi, kita pun akan tahu bahwa hari-hari liturgi itu tidak sama saja. Konsekuensinya, tingkat kemeriahan juga sebaiknya lain, jangan sama saja.

Sumber: Seputar Pelayanan Altar, E. Martasudjita, Pr.
Seri Panduan Prodiakon - 1

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy