Minggu, 01 Maret 2015
Hari Minggu Prapaskah II
Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18; Mzm. 116:10,15,16-17,18-19; Rm. 8:31b-34; Mrk. 9:2-10.
"Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
Kita memasuki Minggu Prapaskah II.
Kita diajak untuk ikut serta besama Petrus, Yohanes dan Yakobus
menyaksikan Yesus yang menampakkan kemuliaan-Nya. Ia dimuliakan oleh
Bapa bersama Musa dan Elia di hadapan ketiga murid-Nya. Ketiga murid
yang diajak bersama-Nya menerima pernyataan kehendak Bapa untuk secara
khusus mendengarkan Putra-Nya yang terkasih itu. Dan pesan yang mereka
terima ini tentunya juga merupakan pesan untuk kita semua. Artinya, kita
semua juga diundang untuk mendengarkan Tuhan yang bersabda. Kita memang
tidak bisa seperti para murid yang mendengarkan kata-kata Yesus secara
langsung pada saat Ia mengajar dan mungkin juga bersenda gurau. Namun,
sabda-Nya itu kini tertulis dalam Kitab Suci yang bagi kita bukan
sekedar merupakan tulisan atau kata-kata yang mati tetapi sampai
selama-lamanya merupakan sabda yang hidup, yang di satu sisi memberikan
energi atau daya kehidupan bagi kita dan di sisi lain harus kita hidupi
atau kita wujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. St. Agustinus
menegaskan bahwa doa dan membaca Kitab Suci merupakan 2 hal mendasar
dalam hidup beriman kita untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan
Tuhan. "Oratio tua locutio est ad Deum: quando legis, Deus tibi loquitur; quando oras, Deo loqueris".
Doamu adalah kata-kata yang ditujukan kepada Tuhan: ketika kamu membaca
(Kitab Suci), Tuhan bersabda kepadamu dan ketika kamu berdoa, kamu
berkata-kata kepada Tuhan. Dengan demikian, agar kita mampu berdialog
atau berkomunikasi timbal balik dengan Tuhan (bukan monolog), kita tidak
cukup hanya berdoa tetapi juga harus membaca Kitab Suci yang tidak lain
adalah Sabda Tuhan sendiri.
Doa: Tuhan, bantulah kami rahmat-Mu untuk menjadi pembaca dan pendengar sabda-Mu yang baik. Amin. -agawpr-