Hari Kamis sesudah Rabu Abu
Salah satu kecenderungan manusiawi kita adalah keinginan untuk selalu mencari enak dan kepenak, kemudian ngenak-enak. Setiap kali ada kesulitan sedikit, kalau bisa ya dihindari. Hal ini merupakan kelemahan yang membuat kita seringkali tidak mudah untuk menyangkal diri dan memikul salib dengan ikhlas, apalagi dengan sukacita. Ilustrasi ini mungkin berguna. Para petani yang mempunyai sapi atau kambing di kandang, setiap hari pasti selalu mencarikan rumput untuk mereka. Meskipun badan capek sekali, meskipun hujan deras, meskipun badan sedang tidak enak, mereka akan tetap mencari rumput dan tidak mau membiarkan kambing dan sapinya kelaparan. Paling tidak itu yang terjadi dalam keluarga saya. Saya kira ini merupakan salah satu bentuk penyangkalan diri. Namun, penyangkalan diri semacam ini seringkali tidak kita lakukan untuk Tuhan. Ketika badan capek atau kurang sehat sedikit saja, kita seringkali malas untuk berdoa dan ke Gereja. Kalau hujan, kita juga malas atau aras-arasen untuk pergi ke Gereja atau mengikuti kegiatan lingkungan. Padahal, kalau untuk kambing atau sapinya saja (bisa ditambah dengan pekerjaan dan hal-hal lain), kita rela menyangkal diri dan berjerih payah, seharusnya untuk Tuhan kan lebih atau malah berlipat. Sapi dan kambing itu kan hanya harta duniawi kita, yang memberikan pupuk melalui kotorannya atau makanan melalui dagingnya atau uang kalau kita jual. Lah, Tuhan itu harta dunia dan akhirat kita. Dia memberikan segala-galanya kepada kita.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu menyangkal diri, memikul salib kami setiap hari dan mengikuti Engkau. Amin. -agawpr-