Minggu, 10 Mei 2015
Hari Minggu Paskah VI
Kis. 10:25-26,34-35,44-48; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; 1Yoh. 4:7-10; Yoh. 15:9-17
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Kasih yang sejati selalu mendatangkan sukacita, baik bagi yang mengasihi maupun bagi yang dikasihi. Meskipun untuk mewujudkannya harus disertai dengan kerja keras, derita dan pengorbanan, tetapi selalu membuahkan sukacita. Hal ini tampak amat jelas dalam peristiwa ibu yang melahirkan. Kasih yang begitu mendalam antara suami-istri membuahkan hadirnya seorang anak dalam keluarga mereka. Dan demi kasihnya kepada sang anak, sang ibu rela berpantang ini dan itu atau sebaliknya melakukan hal-hal penting demi kesehatan janin yang dikandungnya. Pada saat melahirkan, ia juga rela menderita kesakitan. Sang ayah pun rela untuk berkeja lebih keras atau melakukan hal-hal baik lainnya demi menyambut sang buah hati. Dan, begitu sang anak lahir dalam keadaan sehat, mereka, lebih-lebih sang ibu, tidak ingat lagi akan derita dan pengorbanan yang telah dilakukannya. Yang ada hanyalah senyum kebahagiaan dan sukacita yang mendalam. Mengapa? Karena semuanya dilakukan atas dasar dan di dalam kasih. Lain halnya kalau orang bekerja keras dan melakukan pengorbanan tetapi tanpa didasari kasih, yang ada hanyalah keluhan dan gerutuan tanpa henti karena itu semua dirasakan sebagai beban. Oleh karena itu, kita dapat mengukur apakah kasih yang kita lakukan kepada Tuhan dan sesama selama ini merupakan kasih kasih yang sejati atau belum? Kasih yang sejati selalu mendatangkan sukacita kendati disertai kerja keras, derita dan pengorbanan.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu mengasihi dengan kasih yang sejati. Amin. -agawpr-