Hari Biasa Pekan X
2Kor. 1: 1-7; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Mat. 5:1-12.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Pernah,
suatu saat saya membaca sebuah status di facebook: "Bahagia karna Aku
Bersyukur... Oooh Salah.. Selalu Bersyukur Karna Aku Bahagia... ini baru
benar." Menurut saya sendiri, justru yang pertama itu yang benar,
"Bahagia karena aku bersyukur" atau "Aku akan selalu bersyukur supaya
aku selalu bahagia". Memang, ada banyak alasan untuk merasa bahagia dan
tidak selalu sama untuk setiap orang. Yesus, hari ini menyampaikan
beberapa hal yang hendaknya menjadi alasan untuk berbahagia. Namun, apa
yang disampaikannya seolah-olah justru bertentangan dengan ukuran
kebahagiaan pada umumnya. Umumnya, orang bahagia kalau kaya atau
berkecukupan, kalau bersukacita, kalau bisa makan dan minum cukup, kalau
punya jabatan dan kuasa, kalau terbebas dari persoalan, kesulitan,
penindasan, siksaan, dll. Lha ini, Yesus malah mengatakan: berbahagialah
yang miskin, yang berdukacita, yang lapar dan haus akan kebenaran, yang
dianiaya, yang dicela, yang difitnah. Dalam situasi seperti itu, orang
tentu akan sulit untuk bersyukur kalau ia tidak mampu melihat secara
positif dan mengambil makna dari semua yang dialaminya, kemudian
mensyukurinya. Namun, bagaimana kita bseryukut kalau situasinya seperti
itu: miskin, lapar, menderita, dianiaya, difitnah, dll, kok bersyukur.
Bisa, kalau kita mempunyai hati yang suci sehingga mampu melihat Allah
dan menemukan kehendak-Nya dalam setiap peristiwa hidup kita, meski yang
tidak mengenakkan sekalipun.
Doa: Tuhan, berilah kami hati yang suci agar kami mampu melihat-Mu dan menemukan kehandak-Mu dalam setiap peristiwa hidup yang kami alami sehingga kamu mampu mensyukurinya dan dengan demikian kami berbahagia. Amin. -agawpr-
Doa: Tuhan, berilah kami hati yang suci agar kami mampu melihat-Mu dan menemukan kehandak-Mu dalam setiap peristiwa hidup yang kami alami sehingga kamu mampu mensyukurinya dan dengan demikian kami berbahagia. Amin. -agawpr-