Hari Biasa Pekan XII
Bila Ekaristi adalah pusat dan puncak hidup Gereja, maka haruslah juga menjadi pusat dan puncak dari pelayanan imamat. Dengan demikian, penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, saya ulangi, bahwa, Ekaristi "adalah prinsip dan inti alasan pengadaan sakramen imamat, yang memang timbul pada saat pendasaran Ekaristi" [Surat Apostolik Perjamuan Tuhan (Dominicae Cenae, 24 Februari 1980), 2: AAS 72 (1980), 115] (Paus St. Yohanes Paulus II, Ensiklik Ecclesia de Eucharistia, No 31a)
Antifon Pembuka (Mzm 128:1)
Doa Pagi
Ya Allah, kami bersyukur karena melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, Engkau telah mengangkat martabat orang-orang yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan menderita. Semoga, teladan hidup-Nya menggerakkan kami untuk melakukan hal yang sama sehingga karya penyelamatan-Mu sungguh menjadi nyata dalam diri kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kejadian (17:1.9-10.15-22)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Orang yang takwa hidupnya akan diberkati Tuhan.
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 8:17)
Yesus memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (8:1-4)
Setelah Yesus turun dari bukit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah kepada-Nya seorang yang sakit kusta. Ia sujud menyembah Yesus dan berkata, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku." Yesus lalu mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir!" Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya, "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Kisah penyembuhan orang kusta—orang yang paling dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat—dalam Injil hari ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, orang kusta datang kepada Yesus dengan keyakinan teguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan penyakitnya. Kedua, dia datang dengan penuh kerendahan hati. ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku” (Mat. 8:2). Ketiga, orang itu datang kepada Yesus dengan penuh penghormatan. Dia bersujud di hadapan Yesus seraya memohon untuk disembuhkan. Keempat, atas dasar sikap-sikapnya itu, Yesus jatuh kasihan kepadanya. Sekalipun hukum Taurat melarang seorang rabi untuk kontak dengan seorang kusta, tetapi Yesus mengulurkan tangannya ke atas orang itu dan berkata: ”Aku mau, jadilah engkau tahir” (Mat. 8:3a).
Sikap doa orang kusta itu barang kali hendaknya menjadi contoh ketika kita menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Doa kita hendaknya didasarkan pada iman yang teguh akan kebaikan Allah dan disampaikan dalam semangat kerendahan hati dan dengan sikap penuh hormat kepada Tuhan. Isi doa kita pun hendaknya tidak memaksa Allah. Seandainya Tuhan berkenan, Tuhan bisa mengabulkan keinginanku. Di dalam doa, kita boleh menyatakan keinginan kita kepada Tuhan, tetapi soal pengabulannya berada di dalam tangan Allah.
Tuhan, terima kasih atas rahmat penyembuhan yang senantiasa Engkau anugerahkan kepadaku. Amin. (Ziarah Batin 2015, Renungan dan Catatan Harian)
Antifon Komuni (Mat 8:17)
Yesus memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.