Kamis, 04 Juni 2015
Hari Biasa Pekan IX
Tob. 6:10-11; 7:1,6,8-13; 8:1,5-9a; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mrk. 12:28b-34.
Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Kita
diingatkan kembali dengan hukum utama, yakni hukum kasih. Kali ini, saya
akan mengaitkan hukum kasih ini dengan tanda salib. Dengan tanda salib,
kita memasukkan hidup dan segala aktivitas yang kita lakukan dalam
kuasa dan perlindungan Allah Tritunggal. Oleh karena itu, kita
mengucapkan "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus" bukan "Atas nama
Bapa dan Putera dan Roh Kudus". Sambil mengucapkan nama Allah
Tritunggal, kita menyentuh dahi, dada dan kedua bahu kanan-kiri.
Sentuhan di dahi mengungkapkan kesediaan kita untuk mengasihi Tuhan
dengan segenap akal budi kita. Sentuhan di dada menungkapkan kesediaan
kita untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa. Sentuhan di
bahu kanan dan kiri menyatakan kesediaan kita untuk mengasihi Tuhan
dengan segenap kekuatan kita. Dengan demikian, tanda salib, yang dalam
sehari kita membuatnya dalam kali, bukan sekedar tanda yang kosong,
tetapi merupakan ungkapan kesediaan kita untuk mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Oleh karena itu, setiap
pekerjaan dan tindakan yang kita awali dengan tanda salib (=doa)
hendaknya sungguh-sungguh merupakan perwujudan cinta kita kepada Tuhan
secara total. Demikian pula, hendaknya kita selalu mengawali dan
mengakiri setiap pekerjaan dan tindakan dengan tanda salib (=doa) agar
dengannya kita mampu untuk secara sungguh-sungguh mewujudkan cinta kita
kepada Tuhan secara total.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu
agar kami mampu mengungkapkan dan mewujudkan cinta kami kepada-Mu dengan
segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Amin. -agawpr-