Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Saya mempertimbangkan dalam tugas saya untuk mengadakan seruan yang kuat, agar norma-norma liturgi tentang perayaan Ekaristi diperhatikan dengan sangat setia. Norma-norma ini adalah ungkapan konkret dari kodrat gerejani otentik mengenai Ekaristi; inilah maknanya yang terdalam. Liturgi tak pernah menjadi milik privat perseorangan, baik dari selebran maupun komunitas, tempat merayakan misteri-misteri. Rasul Paulus telah mengamanatkan kata-kata keras kepada umat di Korintus, justru karena kekurangan besar dalam perayaan Ekaristi sampai mengakibatkan perpecahan, skisma, dan menimbulkan pengelompokan, haireseis (lih. 1Kor 11:17-34) (Paus Yohanes Paulus II, Surat Ensiklik Ecclesia de Eucharistia, Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja, No. 52)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 81:17)
Ia telah memberi mereka gandum yang terbaik. Ia telah mengenyangkan mereka dengan madu dari gunung batu.
He fed them with the finest wheat and satisfied them with honey from the rock.
atau
Antifon: Cibavit eos ex adipe frumenti, alleluia: et de petra, melle saturavit eos, alleluia, alleluia, alleluia.
Ayat Mazmur.
1. Exsultate Deo adiutori nostro: iubilate Deo Iacob. (Antifon)
2. Sumite psalmum, et date tympanum: psalterium iucundum cum cithara. (Antifon)
3. Ego enim sum Dominus Deus tuus, qui eduxi te de terra ægypti: dilata os tuum, et implebo illud. (Antifon)
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang maha pengasih dan penyayang, Engkau tak henti-hentinya memperkuat Gereja dengan santapan tubuh dan darah Putra-Mu. Semoga kami selalu memperoleh kekuatan baru setiap kali kami menyambut Tubuh dan Darah Putra-Mu Yesus Kristus, Tuhan kami yang hidup dan bertakhta bersama Bapa dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (24:3-8)
Ketika Musa turun Gunung Sinai, dan memberitahukan kepada bangsa Israel segala firman dan peraturan Tuhan, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak, “Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami laksanakan!” Musa lalu menuliskan segala firman Tuhan itu. Keesokan harinya, pagi-pagi, didirikannya mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel. Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel mempersembahkan kurban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai kurban keselamatan kepada Tuhan. Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu; sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. Lalu diambilnya kitab perjanjian itu dan dibacakannya, dan bangsa itu mendengarkan. Lalu mereka berkata, “Segala firman Tuhan akan kami laksanakan dan kami taati!” Kemudian Musa mengambil darah itu dan memercikkannya kepada bangsa itu seraya berkata, “Inilah darah perjanjian yang diikat Tuhan dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu, Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.15.16b-18; Ul: lh. 1Kor 10: lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan, segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan, kematian semua orang yang dikasihi-Nya, Ya Tuhan, aku hamba-Mu, aku hamba-Mu, anak sahaya-Mu, Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (9:11-15)
Saudara-saudara terkasih, Kristus telah datang sebagai Imam Agung demi kesejahteraan masa yang akan datang; Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan lebih sempurna, yang bukan buatan tangan manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat pelunasan yang kekal. Sebab, jika darah domba dan lembu jantan dan percikan abu lembu muda mampu menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang atas dorongan Roh Abadi telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tidak bercacat; betapa darah ini akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena itu Kristus adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Madah Ekaristi, sol = es, m.7, PS 556 (fakultatif)
Syair: Lauda Sion, ayat 1-4.5-8 Thomas dari Aquino 1263/64, terj. Komlit KWI 1992
Lagu: Prancis abad ke-12, Graduale Romanum 1974
1. Sion, puji Penyelamat, Sang Pemimpin dan Gembala dalam kidung pujian.
2. Pujilah sekuat hati, kar'na Dia melampaui puji yang kaulambungkan.
3. Hari ini yang tersaji: Roti Hidup yang dipuji, sumber hidup yang kekal.
4. Itulah yang dihidangkan bagi para rasul Tuhan: Tak perlu diragukan.
5. Lihat Roti malaikat, jadi boga peziarah: sungguh itu roti putra, anjing jangan diberi.
6. Inilah yang dilambangkan waktu Ishak dikurbankan: Domba Paskah disajikan, dan manna dihujankan.
7. Yesus, Roti yang sejati, Kau Gembala murah hati, s'lalu lindungilah kami, dan tunjukkan pada kami bahagia yang kekal.
8. Dikau Allah mahakuasa, bimbing kami, insan fana, undang kami dalam pesta, dan jadikan kami warga umat kudus bahagia. Amin. Alleluya.
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:51) 2/4
Akulah roti hidup yang turun dari surga; siapa yang makan roti ini akan hidup selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (14:12-16.22-26)
Pada hari pertama Hari Raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang menyembelih domba Paskah, murid-murid berkata kepada Yesus, “Ke tempat mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Lalu Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan, “Pergilah ke kota! Di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia, dan katakanlah kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Guru berpesan, ‘Di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama dengan murid-murid-Ku? Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan yang besar, yang sudah lengkap dan tersedia. Di situlah kamu harus mempersiapkan perjamuan Paskah untuk kita!’” Maka berangkatlah kedua murid itu. Setibanya di kota, mereka dapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, membagi-bagi roti itu lalu memberikannya kepada para murid, seraya berkata “Ambillah, inilah Tubuh-Ku!” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur, lalu memberikannya kepada para murid, dan mereka semua minum dari cawan itu. Dan Yesus berkata kepada mereka, “Inilah Darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku tidak lagi akan minum hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya yang baru, yaitu dalam Kerajaan Allah.” Sesudah menyanyikan lagu pujian, pergilah mereka ke Bukit Zaitun.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Seringkali, kalau saya mengikuti sebuah acara, si pembawa acara berkata, “Akhirnya, tibalah bagi kita saat yang ditunggu-tunggu, yaitu makan.” Atau, “Sampailah kita pada acara puncak, yaitu makan!” Saya tidak tahu apakah ungkapan tersebut hanyalah guyonan atau serius; yang jelas setelah selesai makan (tanpa harus ditutup oleh pembawa acara) sudah banyak orang langsung pulang. Itu sebabnya acara makan benar-benar menjadi acara puncak.
Demikian pula dengan perjamuan makan yang diadakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya. Acara perjamuan makan itu benar-benar menjadi acara puncak kebersamaan Yesus dan para murid-Nya. Setelah itu Yesus harus menderita dan akhirnya wafat di salib, sedangkan para murid lari meninggalkan-Nya dan tercerai-berai.
Perjamuan makan yang diadakan oeh Yesus bersama dengan para murid-Nya bukanlah perjamuan makan biasa. Perjamuan tersebut menjadi kesempatan bagi Yesus untuk menggenapi seluruh karya-Nya di dunia, yaitu menyerahkan diri-Nya secara total untuk manusia. “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku” menjadi ungkapan puncak dari kasih Yesus kepada para murid-Nya dan manusia. Seakan Yesus mau menggenapi apa yang pernah disabdakan-Nya, “Tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang rela menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Apa pemberian tertinggi dari manusia selain nyawanya? Selain tubuh dan darahnya? Tidak ada pemberian tertinggi dari manusia selain memberikan hidupnya sendiri. Itulah yang dilakukan Yesus kepada kita semua: Ia memberikan Tubuh dan Darah-Nya bagi kita sebagai makanan dan minuman. Dengan memberikan Tubuh dan Darah-Nya bagi kita, Yesus tidak ingin manusia “kelaparan”. Dia ingin manusia tetap hidup, kuat dan semangat.
Hingga saat ini, Yesus masih terus menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya bagi kita, yang senantiasa kita terima dalam perayaan Ekaristi. Tubuh dan Darah Yesus yang boleh kita santap telah menjadi makanan dan minuman rohani kita, sehingga kita tidak lagi merasa lapar. Dengan menyantap Tubuh dan Darah Yesus, kita bersatu dengan-Nya, sehingga kita tidak akan tercerai-berai.
Tampaknya, Gereja mencoba untuk menyadarkan kembali umat beriman akan besarnya cinta kasih Tuhan kepada umat-Nya dengan merayakan hari raya Tubuh dan Darah Kristus. Hari raya ini rutin dirayakan setiap tahun dan selalu ditempatkan setelah Masa Paskah supaya penghayatan umat akan sengsara dan wafat Yesus semakin diteguhkan dan diyakinkan bahwa pengorbanan diri Yesus bagi manusia benar-benar telah dilakukan-Nya dan nyata.
Mungkin yang bisa kita refleksikan untuk kita saat ini adalah semangat pengorbanan. Dunia kita saat ini kurang mengajarkan semangat pengorbanan, terutama berkorban untuk sesama. Jangankan berkorban nyawa atau hidup, berkorban untuk menyisihkan penghasilannya untuk sesama yang miskin saja, sulit sekali. Itulah sebabnya dunia kita saat ini tidak mengenal kasih, sehingga ungkapan “Inilah Tubuhku dan Darahku” jarang kita dengar. Yang ada ialah “Inilah milikku dan bukan milikmu!” [Petrus Harsa/RUAH]
Antifon Komuni (Yoh 6:56)
Siapa yang makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
Whoever east my flesh and drinks my blood remains in me and I in him, says the Lord.
Qui manducat carnem meam, et bibit sanguinem meum, in me manet, et ego in eo, dicit Dominus.