| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Paus: Kepedulian bagi orang miskin adalah tanda dari Injil, bukan bendera merah dari komunisme

 Oleh : Carol Glatz / Catholic News Service

VATIKAN CITY (CNS) - Fokus pada kemiskinan dan pengorbanan orang miskin adalah jantung/esensi utama dari pesan Injil, bukan tanda-tanda dari komunisme, Paus Fransiskus mengatakan hal ini pagi tadi dalam Misanya.

Selain itu, jika umat Kristen tidak menggali lebih dalam dan murah hati untuk berderma, mereka tidak memiliki "iman yang sejati," kata Paus , tanggal 16 Juni , selama Misa di kapel Domus Sanctae Marthae.
  
Dia mengatakan orang sering mendengar, "Oh, imam ini berbicara tentang kemiskinan terlalu banyak, uskup ini berbicara tentang kemiskinan, umat Kristen ini, saudara/ri ini berbicara tentang kemiskinan. Nah, mereka yang komunis jumlahnya sedikit, bukan? "

Tapi "Tentang kemiskinan justru berada di dalam Injil. Jika kita menghapus kemiskinan dari Injil, orang tidak akan mengerti apapun tentang pesan yang disampaikan Yesus, " katanya, menurut Radio Vatikan.

Menjadi sepenuhnya berarti bahwa umat Kristen menjadi kaya dalam roh, iman, Firman, kebijaksanaan dan semangat – sesuatu yang Yesus telah ajarkan dan tawarkan ke semua orang, katanya.

Yakinkan, meskipun begitu, bahwa sejumlah besar dari "kekayaan di dalam hati" akan juga berdampak pada dompet anda, katanya, karena "ketika iman tidak sampai ke kantong anda, itu bukan iman sejati."

Paus Fransiskus mengatakan "teologi kemiskinan" didasarkan pada kenyataan bahwa Yesus - di kekayaan ilahi-Nya - menjadi miskin; Ia merendahkan diri-Nya sendiri dan mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.

Kebahagiaan adalah, "Berkat orang miskin di dalam jiwanya ," berarti "membiarkan diri diperkaya dengan kemiskinan dari Kristus dan tidak ingin menjadi kaya dengan orang-orang kaya yang tidak berasal dari Kristus," katanya.

Pemberian umat Kristen melampaui karya kasih biasa, yang baik, tapi bukan "kemiskinan umat Kristen", umat beriman dipanggil untuk merangkul, katanya. "Kemiskinan umat Kristen adalah: saya memberikan kepada orang miskin apa yang menjadi milik saya, bukan dari kelebihan, tetapi juga apa yang diperlukan" untuk kesejahteraan bersama.

Umat Kristen melakukan ini karena mereka tahu bahwa pengorbanan sedemikian rupa akan memperkaya mereka, katanya. "Dan mengapa orang miskin memperkaya saya? Karena Yesus berkata bahwa Ia sendiri berada di dalam orang miskin. "

Ketika orang menanggalkan diri dari materi mereka, "Yesus bekerja didalamnya" dan mereka diperkaya; ketika orang-orang memberikan kepada orang miskin, Yesus juga bekerja di dalam orang miskin, "untuk memperkaya saya ketika saya melakukan hal ini," kata Paus.

Tanda yang paling jelas yang ditinggalkan Yesus adalah bagaimana pemberian dapat memperkaya orang lain, Paus mengatakan, adalah karunia-Nya sendiri dalam Ekaristi. "Dia menjadi 'roti' bagi kita."

Itulah mengapa "teologi kemiskinan" adalah jantung/pusat utama/esensi dari Injil dan bukan "ideologi. Justru inilah misterinya, misteri akan Kristus yang merendahkan diri-Nya sendiri, dipermalukan, membuat diri-Nya miskin untuk memperkaya kita. "

Diterjemahkan oleh : AG

Sumber Link : http://­cnstopstories.com/

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy