Senin, 13 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XV
Kel. 1:8-14,22; Mzm. 124:1-3,4-6,7-8; Mat. 10:34-11:1
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (Mat 10,34)
Bagaimana
mungkin, Yesus yang mengajarkan hukum kasih sebagai hukum yang utama
kok mengatakan bahwa Ia datang bukan membawa damai melainkan pedang?
Kunci untuk memahami kata-kata Yesus ini adalah menempatkannya pada
konteks yang pas. Di sini, Yesus sedang berbicara mengenai perpecahan
yang akan terjadi, bahkan di antara sesama anggota keluarga, sebagai
akibat dari adanya anggota keluarga yang percaya kepada-Nya kemudian
menjadi pengikut-Nya sementara yang lain tidak percaya atau menolak-Nya.
Apa yang dikatakan Yesus ini menjadi kenyataan dalam kehidupan Gereja
mula-mula, bahkan sampai sekarang. Di saat seorang atau beberapa anggota
keluarga atau kelompok tertentu orang menerima iman Kristen, maka hal
ini seringkali menimbulkan pertentangan dari anggota-anggota yang lain.
Biasanya ada yang menentang, bahkan mencela, mencaci dsb. Oleh karena
itu, kita harus memahami bahwa pertentangan yang timbul itu bukan maksud
atau tujuan dari kedatangan Yesus tetapi sebagai konsekuensi yang
kadang tak terhindarkan akibat dalam satu keluarga atau satu kelompok
ada yang mengimani Kristus dan ada yang menolaknya. Selain itu, perlu
kita perhatikan juga ayat-ayat selanjutnya. Bagaimana pun hukum kasih
harus tetap dujunjung tinggi. Namun, kasih kepada Tuhan harus melebihi
kasih kita terhadap yang lain. Itulah makanya, Yesus mengatakan bahwa
kasih kepada Allah adalah hukum yang utama dan pertama, sementara kasih
kepada sesama, kendati sama-sama sebagai hukum yang utama, ditempatkan
pada urutan yang kedua.
Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu
agar kami mampu mengasihi-Mu lebih dari segala sesuatu tanpa kami
membenci siapa pun dan apa pun, kecuali dosa. Amin. -agawpr-