Hari Minggu Biasa XVII
2Raj. 4:42-44; Mzm. 145:10-11,15-16,17-18; Ef. 4:1-6; Yoh. 6:1-15
Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. (Yoh 6,6).
Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. (Yoh 6,6).
Tuhan
mahatahu. Bahkan, Ia tidak hanya tahu, tetapi juga selalu menyediakan
apa yang kita butuhkan itu. Ia tahu apa yang harus dilakukan-Nya untuk
kita. Namun, Ia juga sangat menghargai kita. Ia tidak mau memanjakan
kita tetapi menginginkan agar kita juga berpikir, berinisiatif dan
berusaha. Karena dengan cara demikian, kita akan berkembang dalam
seluruh aspek kehidupan kita. Itulah salah satu hal yang dapat kita
petik dari kisah penggandaan roti seperti dikisahkan oleh Yohanes ini.
Ia bisa membuat mukjizat secara langsung untuk memberi makan sekian
banyak orang yang mengikuti-Nya, sebagaimana halnya Ia telah membuat
banyak mukjizat penyembuhan, pengusiran setan, membangkitkan orang mati,
meredakan angin ribut, dll.
Namun, mengapa
kini Ia tidak langsung saja menyediakan makakan bagi banyak orang itu?
Jawabannya: Ia ingin mengajak para murid dan orang banyak yang ada di
situ untuk mengambil bagian dalam karya-Nya. Maka, tampilkan Filipus
yang secara implisit mengatakan bahwa hanya ada uang 200 dinar dan pasti
tidak cukup. Lalu Andreas, masih dengan nada pesimis mengatakan bahwa
ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan. Dua
usulan cukup lah.
Yesus tidak memakai usulan
Filipus untuk membeli roti dengan 200 dinar yang mereka miliki.
Sebenarnya ini jumlah yang cukup besar. Kalau 1 dinar itu standar upah
pekerja sehari maka 200 dinar bisa untuk membeli roti yang cukup banyak.
Yesus justru menggunakan usulan Andreas, yakni dengan mengambil,
memberkati dan melipatgandakan 5 roti dan 2 ikan yang dibawa seorang
anak kecil. Mengapa? Ada beberapa alasan.
Pertama,
roti dan ikan itu sudah tersedia sehingga tidak perlu membeli. Artinya,
Yesus menggunakan apa yang sudah ada dan sudah kita punya, bukan yang
belum kita punya.
Kedua, roti dan ikan itu tidak berasal dari
Yesus sendiri, juga tidak dari para murid tetapi berasal dari seorang
anak kecil yang merupakan bagian dari atau salah satu dari orang banyak.
Artinya, dalam berkarya, Yesus ingin melibatkan bukan hanya para murid
yang dipilih-Nya secara khusus tetapi juga orang-orang kebanyakan.
Ketiga,
roti dan ikan itu berasal dari seorang anak kecil. Artinya, bahkan
seorang yang kecil saja diberi-Nya kesempatan untuk ikut ambil bagian
dalam karya-Nya; Ia berkenan menerima dan memakai persembahan dari orang
yang kecil. Di tempat lain, kita tahu, Yesus memuji persembahan janda
miskin.
Keempat, roti dan ikan dari anak kecil itu besar
kemungkinannya merupakan bekal yang diberikan orangtuanya. Jadi bukan
milik atau bikinan anak itu sendiri. Artinya, di sini terjadi rantai
persembahan mulai dari orangtua yang memberi bekal pada anaknya, si anak
yang rela memberikan bekalnya, Andreas yang mengantar anak itu kepada
Tuhan, dan yang utama adalah Yesus yang menerima persembahan itu
kemudian mengucap syukur dan berkat lalu membagi-baginya. Begitulah
terjadi di sini sebuah mukjizat karena keterlibatan banyak orang.
Kelima,
jumlah 5 roti dan 2 ikan itu tentu lebih sedikit dibanding dengan
jumlah roti yang dapat dibeli dengan 200 dinar. Artinya, sekecil dan
sesedikit apa pun yang kita persembahkan kepada Tuhan, Ia akan
memberkatinya sehingga menjadi berlipat ganda dan menjadi berkat bagi
banyak orang.
Doa: Tuhan, semoga kami senantiasa mengambil bagian dalam karya-Mu, meskipun hanya kecil dan sedikit yang dapat kami persembahkan kepada-Mu, karena sekecil apa pun persembahan kami, Engkau akan memberkatinya sehingga menjadi berlipat ganda dan menjadi berkat bagi banyak orang. Amin. -agawpr-