Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

Sabtu, 4 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XIII

Kej. 27:1-5,15-29; Mzm. 135:1-2,3-4,5-6; Mat. 9:14-17.

Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Dalam Gereja katolik, kita mempunyai kebiasaan pantang dan puasa. Keduanya tidak dimaksudkan sekedar untuk diet atau berhemat, tetapi sebagai latihan rohani yang menyertai pertobatan. Dengan kata lain, kita melakukan pantang dan puasa dalam rangka pertobatan, yakni sebagai bentuk penyelasan dan silih atas dosa. Juga sebagai sarana untuk bermatiraga dan latihan mengendalikan diri. Menurut Kitab Hukum Kanonik, "Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah" (Kan 1250). Puasa dan pantang pada masa prapaskah, kiranya jelas bagi kita: kita berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung; kita berpantang pada hari Jumat selama masa prapaskah (7 jumat). Yang seringkali kita abaikan adalah puasa dan pantang setiap hari Jumat sepanjang tahun, di mana oleh Gereja dinyatakan secara khusus sebagai hari dan waktu tobat. Tentu ini tidak dimaksudkan bahwa kita hanya bertobat pada hari Jumat. Setiap saat, kita harus terus-menerus bertobat. Namun, ada satu hari dalam seminggu yang dikhususkan sebagai hari pertobatan, yakni hari Jumat, karena pada hari itulah Kristus wafat untuk menebus dosa-dosa kita. Hal ini bisa dibandingkan dengan hari Minggu yang dikhususkan sebagai hari Tuhan, yakni hari untuk beribadah, karena pada hari itulah, Kristus bangkit. Nah, mengingat setiap hari Jumat sepanjang tahun merupakan hari pertobatan, hendaknya pun menghayatinya dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan berpuasa atau berpantang, sesuai dengan situasi dan kemampuan kita. Kalau kita berpuasa atau berpantang, sebaiknya kita menghindari makanan yang paling kita sukai agar sungguh terasa mati raga kita. Kita juga bisa pantang melakukan hal-hal yang mengikat dan kita sulit lepas, misalnya hp, tv, game, 'nggosip', dll. Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa tolok ukurnya bukan pertama-tama kita berpuasa dan berpantang apa, dari jam berapa sampai jam berapa; tetapi kesungguhan kita untuk bertobat, berbuat silih atas dosa, mengendalikan diri dan ikut serta merasakan penderitaan Kristus agar kita semakin dekat dengan-Nya dan dengan sesama.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mampu menghayati dengan sungguh-sungguh pantang dan puasa kami sebagai usaha untuk bertobat, untuk berbuat silih atas dosa-dosa kami, untuk mengendalikan diri dan untuk ikut serta merasakan penderitaan Kristus agar kami semakin dekat dengan-Mu dan dengan sesama. Amin. -agawpr-

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy