Hari Biasa Pekan XV
Kel. 2:1-15a; Mzm. 69:3,14,30-31,33-34; Mat. 11:20-24.
Yesus
mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia
paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya. (Mat 11,20)
Maksud utama dari mukjizat-mukjizat yang dibuat oleh Yesus adalah untuk memanggil orang agar bertobat. Maka, ketika Ia sudah membuat banyak mukjizat dan banyak orang (kota) tidak bertobat, Ia mulai mengeluarkan kecaman. Semuanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan-Nya sendiri tetapi melulu untuk kebaikan dan keselamatan manusia. Jadi, melalui mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya, kita sebenarnya menerima rahmat yang berlipat: pertama, rahmat langsung dari mukjizat itu (kesembuhan, pembebasan); kedua, rahmat pertobatan karena mukjizat itu mengundang kita untuk bertobat, untuk hidup lebih baik; ketiga, rahmat keselamatan sebagai buah dari penebusan Kristus yang kita tanggapi dengan pertobatan. Hal ini dapat juga kita terapkan dalam relasi kita dengan sesama. Kalau kita menerima "mukjizat" berupa kebaikan dari orang lain, seharusnya kebaikan itu juga menjadikan kita untuk hidup lebih baik sebagai wujud konkret syukur kita, bukan malah menjadi tergantung dan terus-menerus memanfaatkan kebaikan orang lain.
Doa: Tuhan, semoga setiap kebaikan yang kami terima selalu mendatangkan niat dan usaha kami untuk terus-menerus bertobat dan memperbaiki diri. Amin. -agawpr-