Selasa, 25 Agustus 2015
Hari Biasa Pekan XXI
1Tes. 2:1-8; Mzm. 139:1-3,4-6; Mat. 23:23-26.
"Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih!" (Mat 23,26).
Mungkin,
pernah atau bahkan sering kita menerima kiriman dari teman/saudara yang
berupa kisah atau puisi atau sekedar kata-kata yang inspitarif.
Biasanya bukan buatan sendiri tetapi hasil cari "copas" (copy paste)
tanpa menyebut sumber aslinya (saya tidak tahu apakah ini termasuk
melanggar hak cipta atau tidak). Ada banyak hal yang sangat baik,
positif dan sungguh-sungguh bermanfaat bagi kita. Namun, sebaiknya kita
tetap harus kritis, tidak menerimanya begitu saja. Satu contoh kecil ada
tulisan yang mengatakan bahwa "tidak ada kritik yang membangun, semua
kritik itu merusak dan menghancurkan". Lalu masih ditambah dengan
pertanyaan "masihkah kita percaya ada kritik membangun?" Ketika membaca
hal ini, spontan saya teringat pada Yesus yang dengan keras mengkritik
bahkan mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Lalu teringat
juga akan Rm. Magnis yang sering mengkritik pemerintah dan baru saja
menerima penghargaan dari Presiden Jokowi. Saya sendiri lalu yakin bahwa
kritik itu sesuatu yang baik dan saya sendiri membutuhkan kritik.
Memang, kritik itu seringkali merupakan sesuatu yang tidak mengenakkan,
bukan hanya bagi yang dikritik tetapi juga bagi yang mengkritik. Yang
diperlukan di sini adalah keseimbangan, paling tidak dalam 2 hal.
Pertama, kita harus objektif, kalau sesuatu itu harus dikritik ya kita
kritik, namun layak diapresiasi ya kita beri pujian. Kedua, kritis itu
harus seimbang ke dalam dan keluar, baik dalam arti kalau mau mengkritik
juga harus mau dikritik, maupun juga berarti kita sendiri harus mau
melakukan auto-kritik atau instropeksi diri. Ini yang secara khusus
ditekankan oleh Yesus.
Doa: Tuhan, berilah kami
rahmat-Mu untuk melakukan instropeksi diri dan berilah kami
kebijaksanaan baik dalam memberi maupun menerima kritik. Amin. -agawpr- (Rm. Ag. Agus Widodo, Pr)