Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Pesta Yesus menampakkan Kemuliaan-Nya.
Kamis, 06 Agustus 2015
Pesta Yesus menampakkan Kemuliaan-Nya.
Dan 7:9-10,13-14; Mzm 97:1,21:6-9; 2Ptr 1:16-19; Mrk 9:2-10
"Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceritakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati."
Suasana di atas gunung, biasanya sangat nyaman. Udara segar. Pemandangan begitu indah dan luas. Tidak ada kebisingan dan keriuhkan selain suara angin dan kicauan burung. Apalagi ditambah dengan indahnya matahari yang sedang terbit atau tenggelam. Namun, para pendaki, kendati sangat menikmati keindahan dan kenyamanan puncak gunung, mereka tidak bisa tinggal menetap di situ. Mereka harus turun dan kembali ke realitas hidup sehari-hari. Itulah makanya, Petrus, Yohanes dan Yakobus tidak diijinkan mendirikan tenda di puncak gunung (Markus tidak menyebut nama gunung itu, hanya mengatakan sebuah gunung yang tinggai). Sebaliknya, Ia mengajak mereka turun dengan pesan agar apa yang mereka alami, lihat dan dengar di atas gunung itu jangan diceritakan kepada siapa pun sebelum Yesus bangkit. Tujuannya adalah agar para murid bisa fokus dalam menjalani realitas hidup sehari-hari, yang kadangkala terasa berat dan tidak nyaman, seperti halnya kenyamanan yang mereka alami di puncak gunung. Yesus mengajak para murid untuk realistis. Di atas gunung, Yesus memang dimuliakan. Namun kemuliaan-Nya yang sedungguhnya nanti baru akan dialami ketika Ia ditingikan di kayu salib. Justru dalam derita itulah, tampak kemulian-Nya. Dengan rela menderita sampai mati di salib, sungguh nyatalah hati-Nya yang mulia, yang mau berkorban sampai tuntas demi ketaatan-Nya kepada Bapa dan demi keselamatan kita. Itulah makanya, para murid diminta untuk diam agar mereka pun dapat memuliakan Tuhan melalui derita dan pengorbanan yang mereka terhadap sesama. Sekarang, kita pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Dengan mengasihi sesama secara tulus dan rela berkorban bagi mereka, kita memuliakan Tuhan.
Doa: Ya Bapa ajarilah kami untuk memuliakan-Mu dengan cara mengasihi sesama secara tulus dan rela berkorban untuk mereka. Amin. -agawpr.net-
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati