Minggu, 27 September 2015
Hari Minggu Biasa XXVI
“Tindakan apapun dari perkawinan, yang dilakukan sebagai suatu tindakan yang disengaja menelantarkan kodrat dari kekuatan untuk memberikan kehidupan, adalah bertentangan dengan hukum Tuhan dan hukum kodrat, dan kepada yang melakukan perbuatan tersebut dicap dengan kesalahan dosa berat. Jangan membiarkan umat beriman menjadi keliru dalam hal hukum Tuhan yang sangat besar ini; terlebih lagi menganggap diri mereka kebal [tidak tersangkut paut] dari pandangan yang salah ini [yaitu tentang kontrasepsi], apalagi bekerja sama untuk memperbolehkannya. Jika ada imam atau gembala jiwa- jiwa – yang semoga tidak ada sebab tidak diijinkan Tuhan- yang memimpin umat beriman yang dipercayakan kepada mereka ke dalam kesalahan- kesalahan ini, atau sedikitnya meneguhkan mereka dengan persetujuan atau dengan sikap diam yang patut dipersalahkan, biarlah ia mengingat kenyataan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan tentang hal ini di hadapan Tuhan, Hakim yang Tertinggi, karena pengkhianatan atas kepercayaan yang kudus yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.” (Paus Pius XI dalam Surat Ensiklik Casti Connubii, 56-57, HV 28-30)
Antifon Pembuka (Dan 3:31.29.30.42.43)
Segala sesuatu yang Engkau perbuat atas kami, ya Tuhan, telah Engkau putuskan dengan benar. Sebab, kami telah berdosa terhadap-Mu dan tidak mematuhi perintah-perintah-Mu. Tetapi, muliakanlah nama-Mu, dan perlakukanlah kami seturut besarnya belas kasih-Mu.
All that you have done to us, O Lord you have done with true judgment, for we have sinned against you and not obeyed your commandments. But give glory to your name and deal with us according to the bounty of your mercy.
Omnia quæ fecisti nobis, Domine, in vero iudicio fecisti, quia peccavimus tibi, et mandatis tuis non obedivimus: sed da gloriam nomini tuo, et fac nobiscum secundum multitudinem misericordiæ tuæ.
Mzm. Beati immaculati in via: qui ambulant in lege Domini.
Doa Pagi
Ya Allah, Engkau selalu memberi kesempatan kepada kami untuk berbuat baik. Semoga kami senantiasa memanfaatkan setiap kesempatan yang Kauberikan kepada kami itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Bilangan (11:25-29)
Hari Minggu Biasa XXVI
“Tindakan apapun dari perkawinan, yang dilakukan sebagai suatu tindakan yang disengaja menelantarkan kodrat dari kekuatan untuk memberikan kehidupan, adalah bertentangan dengan hukum Tuhan dan hukum kodrat, dan kepada yang melakukan perbuatan tersebut dicap dengan kesalahan dosa berat. Jangan membiarkan umat beriman menjadi keliru dalam hal hukum Tuhan yang sangat besar ini; terlebih lagi menganggap diri mereka kebal [tidak tersangkut paut] dari pandangan yang salah ini [yaitu tentang kontrasepsi], apalagi bekerja sama untuk memperbolehkannya. Jika ada imam atau gembala jiwa- jiwa – yang semoga tidak ada sebab tidak diijinkan Tuhan- yang memimpin umat beriman yang dipercayakan kepada mereka ke dalam kesalahan- kesalahan ini, atau sedikitnya meneguhkan mereka dengan persetujuan atau dengan sikap diam yang patut dipersalahkan, biarlah ia mengingat kenyataan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan tentang hal ini di hadapan Tuhan, Hakim yang Tertinggi, karena pengkhianatan atas kepercayaan yang kudus yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.” (Paus Pius XI dalam Surat Ensiklik Casti Connubii, 56-57, HV 28-30)
Antifon Pembuka (Dan 3:31.29.30.42.43)
Segala sesuatu yang Engkau perbuat atas kami, ya Tuhan, telah Engkau putuskan dengan benar. Sebab, kami telah berdosa terhadap-Mu dan tidak mematuhi perintah-perintah-Mu. Tetapi, muliakanlah nama-Mu, dan perlakukanlah kami seturut besarnya belas kasih-Mu.
All that you have done to us, O Lord you have done with true judgment, for we have sinned against you and not obeyed your commandments. But give glory to your name and deal with us according to the bounty of your mercy.
Omnia quæ fecisti nobis, Domine, in vero iudicio fecisti, quia peccavimus tibi, et mandatis tuis non obedivimus: sed da gloriam nomini tuo, et fac nobiscum secundum multitudinem misericordiæ tuæ.
Mzm. Beati immaculati in via: qui ambulant in lege Domini.
Doa Pagi
Ya Allah, Engkau selalu memberi kesempatan kepada kami untuk berbuat baik. Semoga kami senantiasa memanfaatkan setiap kesempatan yang Kauberikan kepada kami itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Bilangan (11:25-29)
“Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi!”
Sekali peristiwa turunlah Tuhan dalam awan dan berbicara kepada Musa. Kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang ada pada Musa, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua Israel. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka dengan Roh seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. Pada waktu itu masih ada dua orang tinggal di perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat tetapi mereka tidak turut pergi ke kemah. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka itu dengan Roh seperti nabi di tempat perkemahan. Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa, “Eldad dan Medad penuh Roh seperti nabi di tempat perkemahan!” Maka menyahutlah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa, “Tuhanku Musa, cegahlah mereka!” Tetapi Musa berkata kepadanya, “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, sekiranya seluruh umat Tuhan menjadi nabi, karena Tuhan memberikan Roh-Nya kepada mereka!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853
Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.10.12-13.14)
1 Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.
2. Takut Tuhan itu suci, tetap utuh selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya.
3. Semua itu diperhatikan oleh hamba-Mu; memang besar ganjaran orang yang berpegang padanya. Tetapi siapa yang sadar akan kesesatannya? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.
4. Lindungilah pula hamba-Mu terhadap orang congkak; jangan sampai aku dikuasai olehnya! Maka aku akan menjadi tak bercela, dan bebas dari pelanggaran besar.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (5:1-6)
“Kekayaan sudah membusuk.”
Hai kamu orang-orang kaya, menangis dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah membusuk, dan pakaianmu sudah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu, dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena kamu telah menahan upah para buruh yang telah menuai hasil ladangmu. Dan keluhan mereka yang menyabit panenmu telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam. Kamu telah hidup dalam kemewahan dan berfoya-foya di bumi! Kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang jujur, dan ia tidak dapat melawan kamu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 17:17b.a)
Firman-Mu adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:38-43.45.47-48)
“Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah.”
Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus, “Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua belah tangan dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan kaki timpang masuk ke dalam hidup daripada dengan utuh kedua kaki dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati, dan api tidak padam.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Seperti lazimnya keluarga-keluarga Eropa lain, dalam keluarga St. Teresia dari Lisieux juga ada tradisi di mana setiap Natal orang tua memberikan hadiah-hadiah yang menyenangkan kepada anak-anaknya. Dengan keluguannya sebagai seorang bocah, Teresia belum mampu membayangkan bahwa tradisi itu suatu saat akan berhenti.
Pada malam Natal 1886 ketika Teresia berusia 13 tahun, tanpa sengaja ia mendengar suara gumaman ayahnya yag sedang mengamati hadiah-hadiah yang telah disiapkannya, “Sudahlah… ini tahun yang terakhir!” Kata-kata Bapak Louis Martin, ayahnya, itu sungguh-sungguh membuat hati Teresia pilu, bagaikan petir di siang bolong. Kata-kata yang sungguh-sungguh mengancam kenyamanan hidup Teresia. Ia sungguh-sungguh tidak menyangka bahwa ayahnya akan “tega” menghentikan kegiatan menyenangkan yang selalu ia nanti-nantikan setiap tahun: hadiah Natal!
Karena kedekatannya dengan Allah, Teresia segera mampu melihat bahwa di balik “peristiwa sengsara” itu ada sesuatu yang mau diajarkan oleh Allah kepadanya. Teresia tahu bahwa Allah sesungguhnya ingin mengajaknya untuk segera meninggalkan sifat kekanak-kanakannya dan melangkah untuk semakin dewasa di hadapan Allah. Meninggalkan sifat kekanak-kanakan bukanlah perkara mudah bagi Teresia. Proses meninggalkan sifat kekanak-kanakan adalah sebuah “peristiwa sengsara” dalam kehidupan Teresia, namun “peristiwa sengsara” itu telah membawanya menjadi seorang manusia baru di hadapan Allah. Itulah “Rahmat Natal” yang telah mengubah hidup St. Teresia dari Lisieux.
Dalam kehidupan sebagai manusia, kita pun kerap kali harus menghadapi “peristiwa sengsara” agar Allah bisa membawa kita menjadi manusia baru di hadapan-Nya. Seorang bapak mengatakan bahwa berlaku jujur di kantor adalah suatu hal yang mustahil di tengah-tengah zaman di mana korupsi sudah menggurita sebagai sebuah budaya, “Ora melu edan ora keduman” (Jawa: Kalau tidak ikut gila, tidak akan dapat bagian).
Seorang ibu mengatakan bahwa mengampuni suami yang telah menyakiti hatinya adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukannya. Seorang remaja juga mengatakan bahwa suatu hal yang berat baginya untuk berbagi barang dengan teman-temannya. Mengapa bisa demikian? Ketika manusia masih terbelenggu oleh egosentrisme (sikap hidup mengutamakan kepentingan diri sendiri), hidup jujur, mengampuni, berbagi dan semua perbuatan baik yang lain menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dijalankan. Oleh karena itu, egosentrisme harus dilenyapkan ketika manusia ingin hidup lebih sesuai dengan kehendak Allah. Namun demikian harus diakui bahwa melenyapkan egosentrisme ternyata bukanlah sebuah pekerjaan yang gampang. Melenyapkan egosentrisme adalah “peristiwa sengsara” dalam kehidupan manusia.
Tidak mudahnya melenyapkan egosentrisme dilukiskan oleh Tuhan Yesus seperti tindakan “memenggal tangan”, “memenggal kaki” dan “mencungkil mata” dari tubuh kita sendiri. Ini adalah “peristiwa sengsara” yang sungguh menyakitkan. Namun demikian, bila kita mampu melakukannya, kita akan menjadi manusia baru yang memiliki hidup lebih sesuai dengan kehendak Allah. Melenyapkan egosentrisme pasti akan menimbulkan rasa “sengsara” atau tidak nyaman dalam hidup kita. Namun “sengsara” itu akan membawa kita kepada “nikmat”.
Bila kita mampu melenyapkan ego kita, kita akan merasakan nikmatnya menjadi anak-anak Allah yang sejati, mampu hidup jujur, mengampuni dan berbagi dengan tulus hati. Siapkah Anda untuk mengalami “sengsara” demi mendapatkan “nikmat”? [Wang Guangming/RUAH]
Antifon Komuni (Mzm 119:49-50)
Ingatlah, ya Tuhan, firman yang Engkau sampaikan kepada hamba-Mu, dengannya Engkau telah memberi harapan kepadaku. Itulah penghiburanku di saat aku terpukul.
Remember your word to your servant, O Lord, by which you have given me hope. This is my comfort when I am brought low.
Memento verbi tui servo tuo, Domine in quo mihi spem dedisti: haec me consolata est in humilitate mea