Hari Biasa Pekan XXXIII
“Tujuan kehidupan yang berkebajikan ialah menjadi serupa dengan Allah” (St. Gregorius dari Nisa)
Antifon Pembuka (bdk. Yoh 8:12)
Akulah cahaya dunia. Barangsiapa mengikuti Aku, hidup dalam cahaya abadi.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang Maharahim, ampunilah kami dan perkenankanlah kami memandang Engkau dalam diri Yesus, Putra Daud. Semoga kami dapat mengimani Sabda-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Makabe (1:10-15.41-43.54-57.62-64)
Pada masa itu tampillah di Israel seorang raja yang berdosa, yaitu Antiokhus Epifanes, putera Raja Antiokhus. Ia pernah menjadi sandera di Roma. Antiokhus Epifanes itu menjadi raja dalam tahun seratus tigapuluh tujuh di zaman pemerintahan Yunani. Pada masa itu tampillah dari Israel beberapa orang jahat yang meyakinkan banyak orang dengan berkata, “Marilah kita mengadakan perjanjian dengan bangsa-bangsa sekeliling kita. Sebab sejak kita menyendiri, maka kita ditimpa banyak malapetaka.” Usul itu diterima baik. Mereka diberi hak oleh raja untuk menuruti adat istiadat bangsa-bangsa lain. Kemudian mereka itu membangun sebuah gelanggang olah raga di Yerusalem menurut adat istiadat bangsa-bangsa lain. Mereka pun memulihkan kulup mereka dan murtadlah mereka dari perjanjian kudus. Mereka bergabung dengan bangsa-bangsa lain dan menjual dirinya untuk berbuat jahat. Beberapa waktu kemudian Raja Antiokhus Epifanes menulis sepucuk surat perintah untuk seluruh kerajaan, bahwasanya semua orang harus menjadi satu bangsa. Masing-masing harus melepaskan adatnya sendiri. Maka semua bangsa menyesuaikan diri dengan titah raja itu. Juga dari Israel ada banyak orang yang menyetujui pemujaan raja. Dipersembahkanlah oleh mereka kurban kepada berhala dan hari Sabat dicemarkan. Pada tanggal limabelas bulan Kislew dalam tahun 145 raja menegakkan patung berhala keji di atas mezbah kurban bakaran di bait Allah. Dan di semua kota di seluruh Yehuda mereka dirikan pula mezbah pemujaan berhala. Pada pintu-pintu rumah dan di lapangan-lapangan dibakar kurban. Kitab-kitab Taurat yang diketemukan disobek-sobek dan dibakar habis. Jika pada salah seorang terdapat Kitab Perjanjian atau jika seseorang berpaut pada hukum Taurat, ia dihukum mati oleh pengadilan raja. Namun demikian ada banyak orang Israel yang tetap teguh hatinya dan bertekad untuk tidak makan sesuatu yang haram. Mereka lebih suka mati daripada menodai diri dengan makanan semacam itu dan dengan demikian mencemarkan perjanjian kudus. Dan mereka mati juga. Kemurkaan yang hebat sekali menimpa Israel.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Hidupkanlah aku, ya Tuhan, supaya aku berpegang pada perintah-Mu.
Ayat. (Mzm 119:53.61.134.150.155.158)
1. Aku menjadi gusar terhadap orang-orang fasik, yang meninggalkan Taurat-Mu. Tali-tali orang-orang fasik membelit aku, tetapi Taurat-Mu tidak kulupakan.
2. Bebaskanlah aku dari pemerasan manusia, supaya aku berpegang pada titah-titah-Mu.
3. Orang-orang yang mengejar aku dengan maksud jahat sudah mendekat, mereka menjauh dari hukum-Mu.
4. Keselamatan menjauh dari orang-orang fasik, sebab mereka tidak mencari ketetapan-ketetapan-Mu!
5. Melihat para pengkhianat aku merasa muak, karena mereka tidak berpegang pada janji-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 8:12)
Akulah terang dunia. Barangsiapa mengikuti Aku, ia akan mempunyai terang hidup.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:35-43)
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Orang buta bukan hanya ada pada zaman Yesus. Orang buta ada hingga zaman kita ini. Mereka tidak bisa melihat keindahan dunia. Mereka tidak melihat kita. Mereka tidak bisa tersenyum di depan seorang gadis cantik atau di depan seorang cowok ganteng. Mereka bertumbuh dari waktu ke waktu dalam “kegelapan”. Karena itu, hal utama yang ada dalam pemikiran mereka ialah mengandalkan kebaikan Tuhan dan sesama. Nyala kasih Tuhan yang ada dalam hidup mereka, itulah yang selalu menuntun mereka. Percikan kebaikan orang lain, itulah yang dapat membuat mereka bisa bertahan hidup. Orang buta itu orang kecil, miskin, hidupnya tidak berdaya.
Penginjil Lukas menempatkan cerita mengenai mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus terhadap seorang pengemis buta di tengah-tengah diskusi panjang mengenai pemuridan Kristiani. Apa yang dapat dipelajari dari Yesus dalam peristiwa ini? Satu hal yang harus menjadi perhatian kita ialah bahwa cinta Yesus yang mendalam pada orang-orang yang tidak beruntung dalam hidup ini: mereka yang sakit dan menderita, mereka yang miskin dan tak berdaya. Yesus hadir, melihat, berbicara, mendengarkan dan menjamah mereka. Inilah kehadiran yang membawa penyembuhan. Inilah kehadiran yang sesungguhnya.
Kita tahu bahwa Yesus memang menaruh belas kasihan terhadap semua orang. Keprihatinan-Nya tidak terbatas pada situasi-situasi sulit yang dihadapi oleh orang tertentu saja. Beberapa saat sebelum orang buta itu disembuhkan, dia berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!” dan orang-orang yang berjalan di depan dia supaya diam. Namun, Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Teguran mereka mungkin saja disebabkan rasa marah, malu atau alasan lain, karena yang berseru (berteriak-teriak) itu seorang pengemis buta, “orang miskin”.
Sebenarnya apa yang mau diwartakan Lukas dalam hal ini? Suatu pesan bagi kaum beriman, para religius, kaum biarawan-biarawati dan juga kaum awam, kita semua yang mengaku sebagai murid Yesus agar jangan sampai mengabaikan kebutuhan-kebutuhan orang miskin dan kurang beruntung.
Mari dalam hidup ini kita berusaha untuk tetap mengasihi orang miskin yang berada di sekitar hidup kita, seperti Yesus mengasihi orang miskin. (Djono Moi/Cafe Rohani)
Antifon Komuni (Luk 18:41-42)
Si buta berkata, "Tuhan, semoga aku melihat." Jawab Yesus kepadanya, "Melihatlah! Imanmu telah menyelamatkan dikau!"