Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan
Dalam segala tingkah lakumu, janganlah suatu pun yang cemar dalam pandangan orang lain. (St. Agustinus)
Antifon Pembuka (Mzm 118:26-27b)
Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Dialah Tuhan dan Allah yang menerangi kita.
Blessed is he who comes in the name of the Lord: The Lord is God and has given us light.
Doa Pagi
Allah Bapa Mahabaik, Putra-Mu yang tunggal telah tampak sebagai manusia, dan kami mengakui-Nya sebagai seorang di antara kami. Semoga hidup kami pun diselaraskan dengan hidup-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (4:7-10)
Saudara-saudaraku terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allahlah yang telah mengasihi kita dan telah mengutus Anak-Nya sebagai silih bagi dosa-dosa kita.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 809
Ref. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil, Allah kami adalah rahim.
Ayat. (Mzm 72:1-2.3-4.7-8; R:7)
1. Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja, dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!
2. Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberikan keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu; kiranya ia menolong orang-orang miskin.
3. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut sampai ke laut, dari Sungai Efrat sampai ke ujung bumi!
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 4:18-19)
Tuhan mengutus Aku menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:34-44)
Begitu banyak orang mengikuti Yesus. Ketika Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Ketika hari mulai malam datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini sunyi, dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa dan kampung-kampung sekitar sini.” Tetapi jawab Yesus, “Kamu yang harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya, “Jadi, haruskah kami pergi membeli roti hanya dengan 200 dinar dan memberi mereka makan?” Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya, mereka berkata, “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Yesus menyuruh orang-orang itu supaya semuanya duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Setelah mengambil lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada para murid, supaya dibagi-bagikan kepada orang banyak itu; begitu juga ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada mereka semua. Dan mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongaan-potongan roti: dua belas bakul penuh, belum termasuk sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Uang memang sangat penting untuk hidup, tetapi tidak bisa menjadi solusi untuk segala-galanya. Namun, masih saja orang zaman ini "menyembah" uang. Orang pergi bekerja dengan satu pikiran mendapatkan uang, maka keluarga sering terabaikan. Anak-anak pergi ke sekolah hanya untuk lulus dan cari kerja untuk memperoleh uang. Akibatnya, akal budi yang sudah terasah menjadi tumpul. Orang di dalam biara sibuk bekerja untuk menghasilkan uang yang katanya demi biaya pembinaan, hasilnya persaudaraan diukur dari sukses atau tidak dalam mengumpulkan uang.
Itu pula yang hidup dalam diri para murid Yesus. Melihat banyak orang yang datang mendengarkan ajaran Yesus (Mrk 6:34), mereka berpikir bahwa uang tidak ada. Maka, mereka menyuruh Yesus untuk meminta mereka pergi membeli makanan. Para murid kehilangan semangat Yesus dan lupa akan panggilan Yesus supaya mereka menjadi penjala manusia. Pikiran hanya pada uang merendahkan diri mereka sebagai murid Yesus. Mementingkan uang, menyusahkan banyak orang.
Bersyukur, bahwa Yesus itu Tuhan. Dia adalah kasih. Karena itu, ketika melihat orang banyak, selain menyampaikan Sabda Kasih lebih dahulu, Yesus menaruh belas kasih pada mereka. Sambil melibatkan para murid agar mereka ingat akan tugas mereka, Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memenuhi kebutuhan dasar mereka saat itu, yaitu makanan. Di tangan Yesus lima roti dan dua ekor ikan menjadi berlimpah-limpah jumlahnya. Yesus melibatkan para murid-Nya dalam membagikan roti dan ikan agar mereka ingat tujuan mereka dipanggil.
Suami yang hanya memikirkan uang, ketika melihat istrinya tergelincir dan terkilir kakinya akan marah dan mempersalahkan istrinya, katanya, "Pakai mata baik-baik!" Istri yang mata duitan, melihat suami batuk-batuk kering mengatakan, "Orang kok malas bekerja, cari alasan untuk tiduran!" Orangtua mendidik anak-anak dengan pkikiran: mereka nanti akan menghasilkan uang banyak agar hidup mereka sebagai orangtua kelak tidak disia-siakan.
Seperti Yesus, memberi makan, membagikan kasih dalam keluarga itu yang utama. Kalaupun uang yang dihasilkan suami atau istri kurang, masing-masing tetap bertindak penuh kasih. Itu tandanya ada kerahiman Allah dalam keluarga. (Rm. Hieronimus Krisna Aji Nugroho, O.Carm/Cafe Rohani 2016)