Hari Minggu Palma - Hari Minggu Prapaskah VI - Mengenangkan Sengsara Tuhan
Hari ini biarlah kita juga menyanyikan lagu suci, sambil melambaikan rantai rohani jiwa kita: Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel ---- St. Andreas dari Kreta
Antifon Pembuka (Mat 21:9 / PS 491 / GR hal. 137 / GM hal. 272 / GS hal. 115 )
Terpujilah Putra Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Terpujilah Yang Mahatinggi!
Ayat. Pola lagu: 1 2 3 3 . . . 2 3 (1) 1 . ' 3 . . . 1 2 3 2 (1) 1 . //
1. Ber-so-rak-sorailah bagi Tuhan, hai se- lu - ruh bu - mi,
beribadahlah kepada Tuhan d e n g a n su - ka ci - ta!
2. Da-tang-lah ke hadapan-Nya dengan so- rak-so- rai!
Ketahuilah bahwa Tu-han-lah Al-lah.
3. Ma-suk-lah melalui pintu gerbangnya
dengan nya- nyi - an syu-kur,
bersyukurlah kepada-Nya, pu-ji-lah na-ma-Nya.
4. Ke-mu-liaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Ku-dus:
seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang
segala a- bad. Amin.
Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataanku aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.
N: Narator
†: Yesus
PP: Pontius Pilatus
Pe: Petrus
Rs: Para Rasul/Murid
Im: Imam Agung
S: Serdadu
R: Wakil Rakyat
W: Wanita
SO: Semua Orang
N. Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Lukas: (22:14-23:56)
N. Ketika tiba saat perjamuan Paskah, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka,
†. “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai perjamuan ini digenapkan dalam Kerajaan Allah.”
N. Kemudian Yesus mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata,
†. “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu! Sebab Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.”
N. Lalu Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahnya dan memberikannya kepada mereka, seraya berkata,
†. “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku.”
N. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata,
†. “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku ada bersama Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”
N. Lalu mulailah mereka mempersoalkan siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian. Lalu terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapa yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka,
†. “Raja-raja para bangsa memerintah rakyatnya, dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut ‘pelindung’. Tetapi janganlah demikian di antara kamu; yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda, dan yang pemimpin menjadi pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Maka Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku. Kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku, dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”
N. Kemudian Yesus berkata kepada Petrus,
†. “Simon, Simon, lihat Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”
N. Jawab Petrus,
Pe. “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!”
N. Tetapi Yesus berkata,
†. “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal Aku.”
N. Lalu Yesus berkata kepada semua rasul,
†. “Ketika Aku mengutus kamu dengan tidak membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?”
N. Jawab mereka,
Rs. “Suatu pun tidak!”
N. Kata-Nya kepada mereka,
†. “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya; demikian juga yang mempunyai bekal, dan siapa yang tidak mempunyainya, hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.”
N. Kata mereka,
Rs. “Tuhan, ini ada dua pedang.”
N. Jawab-Nya,
†. “Sudah cukup!”
N. Lalu pergilah Yesus ke luar kota, dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka.
†. “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
N. Kemudian Yesus menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya. Di sana Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya.
†. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku. Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang hendaknya terjadi.”
N. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Yesus sangat ketakutan, dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan di tanah. Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya. Tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya kepada mereka,
†. “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
N. Waktu Yesus masih berbicara, datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas mendekati Dia untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya,
†. “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”
N. Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka,
Rs. “Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?”
N. Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Agung, sehingga putuslah telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata,
†. “Sudahlah!”
N. Lalu Yesus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.
N. Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan para kepala pengawal bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya,
†. “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tapi inilah saatmu, dan inilah kuasa kegelapan itu!”
N. Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Agung. Dan Petrus mengikuti dari jauh. Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api, dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amati Petrus, lalu berkata,
W. “Orang ini juga bersama-sama dengan Yesus!”
N. Tetapi Petrus menyangkal, katanya,
Pe. “Bukan, aku tidak mengenal Dia!”
N. Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata,
R. “Engkau juga seorang dari mereka!”
N. Tetapi Petrus berkata,
Pe. “Bukan, aku bukan seorang dari mereka!”
N. Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain lagi berkata dengan tegas,
R. “sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Yesus, sebab ia juga orang Galilea.”
N. Tetapi Petrus berkata,
Pe. “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.”
N. Seketika itu juga, sementara Petrus berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya, “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedih. Sementara itu Yesus diolok-olok dan dipukuli oleh orang-orang yang menahan-Nya. Mereka menutupi muka Yesus dan bertanya,
R. “Coba katakan, siapa yang memukul Engkau?”
N. Dan banyak lagi hujat yang mereka ucapkan kepada-Nya. Setelah hari siang, berkumpullah sidang para tua-tua Bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Lalu mereka menghadapkan Yesus ke Mahkamah Agama mereka, katanya,
Im. “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.”
N. Jawab Yesus,
†. “Sekalipun Aku mengatakan kepadamu, kamu toh tidak percaya! Dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepadamu, kamu toh tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.”
N. Kata mereka semua,
SO. “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?”
N. Jawab Yesus,
†. “Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah.”
N. Lalu kata mereka,
SO. “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri!”
N. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu, dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya,
SO. “Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami; Ia melarang orang membayar pajak kepada kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.”
N. Pilatus bertanya kepada Yesus,
PP. “Benarkah Engkau raja orang Yahudi?”
N. Jawab Yesus,
†. “Engkau sendiri mengatakannya.”
N. Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu,
PP. “Aku tidak menemukan kesalahan apa pun pada orang ini.”
N. Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya,
SO. “Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea! Ia mulai di Galilea, dan kini sudah sampai di sini!”
N. Ketika Pilatus mendengar itu, ia bertanya, apakah Yesus itu seorang Galilea. Dan ketika tahu bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, Pilatus mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem. Ketika melihat Yesus, Herodes sangat girang. Sudah lama ia ingin melihat Yesus, karena ia sering mendengar tentang Dia; lagi pula ia berharap dapat melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawab apa pun. Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan, dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat kepada Yesus. Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista serta mengolok-olok Yesus. Ia mengenakan jubah kebesaran kepada Yesus, lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus, yang sebelumnya bermusuhan. Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala serta rakyat, dan berkata kepada mereka,
PP. “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksanya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Herodes pun tidak menemukan kesalahan pada-Nya, sehingga ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya. (Sebab Pilatus wajib melepaskan seorang tahanan bagi rakyat pada hari raya itu).
N. Tetapi mereka berteriak bersama-sama,
SO. “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!”
N. Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. Tetapi mereka berteriak membalasnya,
SO. “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!”
N. Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka,
PP. “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi Aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.”
N. Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Yesus disalibkan. Akhirnya mereka menang dengan teriakan mereka. Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. Jadi Pilatus melepaskan Barabas yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka. Ketika membawa Yesus untuk disalibkan, para serdadu menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu meletakkan salib Yesus di atas bahunya, supaya ia memikul sambil mengikuti Yesus. Sejumlah besar orang mengikuti Yesus; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata,
†. “Hai putri-putri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul, berbahagialah perempuan yang rahimnya tidak pernah melahirkan dan yang tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! Dan kepada bukit-bukit: Timbunlah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian terhadap kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?”
N. Bersama Yesus digiring juga dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia. Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ. Kecuali Yesus, disalibkan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan, yang lain di sebelah kiri-Nya. Ketika bergantung di salib, Yesus berkata,
†. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
N. Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian Yesus. Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Yesus, katanya,
R. “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia benar-benar Mesias, orang yang dipilih Allah.”
N. Juga prajurit-prajurit mengolok-olok Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata,
S. “Jika Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!”
N. Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: Inilah Raja orang Yahudi. Salah seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Yesus, katanya,
R. “Bukankah Engkau Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”
N. Tetapi penjahat yang seorang lagi menegur dia, katanya,
R. “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah? Padahal engkau menerima hukuman yang sama! Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
N. Lalu ia berkata kepada Yesus,
R. “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
N. Kata Yesus kepadanya,
†. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini juga engkau akan ada bersama-sama Aku di dalam Firdaus.”
N. Ketika itu kira-kira pukul dua belas. Kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring,
†. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”
N. Dan sesudah berkata demikian, Yesus menyerahkan nyawa-Nya.
(Semua hening sejenak mengenangkan wafat Tuhan)
N. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya,
S. “Sungguh, orang ini adalah orang besar!”
N. Di situ berkerumun pula orang banyak yang datang untuk menyaksikan seluruh peristiwa itu. Sesudah melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semua itu. Waktu itu ada seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Agung, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi, dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus. Dan sesudah menurunkan jenazah itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan satu jenazah pun. Hari itu adalah hari persiapan, dan Sabat hampir mulai. Perempuan-perempuan yang datang bersama Yesus dari Galilea ikut serta dan melihat kubur itu; juga mereka melihat bagaimana jenazah Yesus dibaringkan. Setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Dalam dunia orang Yahudi, perjamuan makan merupakan wujud persekutuan yang paling intim. Karena itu, Yesus mengadakan perjamuan makan Paskah sebagai perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya sebelum tiba saat penderitaan-Nya. Yesus pun telah memberi makna baru terhadap perjamuan Paskah itu dengan menghubungkannya pada derita, kematian dan pencurahan darah-Nya di kayu salib.
Roti dan cawan berisi anggur yang biasanya digunakan dalam perjamuan Paskah diberi arti baru. Roti menjadi lambang untuk tubuh Yesus: “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu.” Cawan berisi anggur menjadi tanda Perjanjian Baru berkat darah Yesus yang tercurah di kayu salib: “Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh Darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” Sebagaimana dalam Perjanjian Lama darah hewan kurban mendatangkan pengampunan dosa dan memeteraikan perdamaian antara Allah dengan manusia, demikian halnya darah Yesus menjadi Perjanjian Baru yang mendamaikan Allah dengan manusia. Dalam perjanjian ini Yesus harus mencurahkan darah-Nya dan mati di kayu salib demi menebus dosa-dosa manusia. Karena itu Ia meminta agar para murid mengadakan peringatan atas pengorbanan diri-Nya yang telah menjadi dasar bagi pengampunan dosa mereka.
Yesus menggarisbawahi alasan penderitaan-Nya karena rencana Allah demi penebusan umat manusia: “Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan.” Namun Yesus juga menyatakan bahwa jalan salib yang akan dijalani-Nya tidak lepas dari pengkhianatan salah satu murid-Nya sendiri yang ikut sehidangan dalam meja perjamuan itu. Karena nama murid yang akan mengkhianati itu tidak disebut, maka mulailah mereka mempersoalkan, memeriksa diri masing-masing, dan mempertanyakan siapa yang akan berbuat demikian jahat sampai mau mengkhianati Gurunya sendiri. Lebih jauh lagi bisa diartikan bahwa di antara orang-orang yang telah sehidangan makan atau bersekutu dengan Yesus pun akan ada saja yang mengkhianati-Nya. Bagi para pengkhianat itu Allah tidak akan mengurangi hukuman-Nya: “Celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”.
Kita kadang lantang menyatakan diri sebagai murid-murid Yesus, tetapi perbuatan kita tidak selaras bahkan bertentangan dengan perintah-perintah Yesus. Tidak jarang kita pun secara tidak langsung telah mengkhianati dan mau menyalibkan Yesus untuk kedua kalinya dengan terus berkubang dalam kejahatan dan dosa-dosa kita. Mengapa? Yesus telah mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita dan memberi kita kehidupan kekal. Kita adalah pengikut-pengikut Yesus zaman ini yang seharusnya terus-menerus bersyukur atas kasih-Nya dan bertobat dari dosa-dosa kita. (SS/Inspirasi Batin 2016)
Pater, si non potest hic calix transire, nisi bibam illum: fiat voluntas tua.