SABTU SUCI, MALAM PASKAH DAN MINGGU PASKAH



SABTU SUCI

Pada hari Sabtu Paskah Gereja tinggal di makam Tuhan, merenungkan penderitaan, wafat dan turun-Nya ke alam maut (Bdk. Missale Romanum, Sabbato sancto; Symbolum Apostolorum; 1 Ptr 3:19) dan menantikan kebangkitan-Nya dengan puasa dan doa. Amat dianjurkan, untuk merayakan ibadat bacaan dan ibadat pagi bersama jemaat (Bdk. PPP No. 40). Di mana hal ini tak mungkin, hendaknya diadakan ibadat Sabda atau kebaktian yang sesuai dengan misteri hari ini. Gambar Kristus - pada salib, beristirahat di makam atau turun ke alam maut -, yang menjelaskan misteri Sabtu Paskah, atau juga gambar Bunda berduka, dapat dipasang dalam gereja untuk dihormati kaum beriman. Pada hari ini Gereja tak merayakan Kurban Misa. (Missale Romanum, Sabbato sancto). Komuni Suci hanya dapat diberikan sebagai bekal suci. Perayaan sakramen perkawinan dan sakramen-sakramen lain, kecuali sakramen tobat dan orang sakit, tak boleh diberikan. (Perayaan Paskah dan Persiapannya No. 73-75)

MALAM PASKAH

Malam Paskah menurut tradisi kuno adalah "malam tirakatan (vigili) bagi Tuhan"; tirakatan yang diadakan mengenang malam kudus Tuhan bangkit dan karena itu dipandang sebagai "induk semua tirakatan. (St. Agustinus Sermo 219, PL 38,1088). Di malam ini Gereja menantikan dalam doa Kebangkitan Tuhan dan merayakannya dengan sakramen baptis, penguatan dan ekaristi. (CE n.332) Malam Pesta Paskah yang dijalani orang-orang Ibrani dalam menantikan peralihan Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan firaun, dijadikan kenangan tahunan akan peristiwa ini; ia adalah gambar yang mewartakan Paskah sejati Kristus, sekaligus gambar permedekaan sejati: "Kristus mematahkan rantai kematian dan naik dari alam maut sebagai pemenang" (Bdk. Missale Romanum, Vigilia Paschalis, n.19 praeconium paschale). Sejak semula Gereja menjalani Paskah tahunan, hari raya tertinggi, dalam perayaan malam. Karena Kebangkitan Kristus adalah dasar iman kita dan harapan kita; oleh baptis dan krisma kita dimasukkan ke dalam misteri Paskah: mati bersama Dia, kita dimakamkan bersama Dia, dibangkitkan bersama Dia dan akan berkuasa bersama Dia juga.

Malam Paskah mempunyai struktur sebagai berikut:
Setelah perayaan cahaya pendek dan madah Paskah (Bagian I) Gereja Kudus merenungkan karya agung yang dilaksanakan Allah Tuhan pada umat-Nya sejak mula (Bagian II, Liturgi Sabda), sampai ia bersama anggota-anggota baru yang dilahirkan kembali dalam baptis (Bagian III), diundang Tuhan ke meja yang disediakan-Nya bagi umat-Nya, sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya, sampai ia datang kembali (Bagian IV). (Bdk. Missale Romanum, Vigilia Paschalis, n.2). Urutan tata perayaan ini tak boleh diubah atas kuasa sendiri.

Perayaan Malam Paskah yang baik menuntut agar para gembala sendiri lebih memahami teks dan ritus, sehingga mereka mampu sebagai pendidik menghantar kaum beriman kepada misteri ini.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya No. 77, 79, 80, 81, 96)

MINGGU PASKAH

Minggu Paskah disebut juga Hari Raya Kebangkitan Tuhan. Hari ini adalah puncak peringatan liturgi Gereja Katolik. Hari Raya Kebangkitan Tuhan ini adalah hari raya dari segala hari raya. Hari itu menjadi hari yang amat istimewa karena Yesus telah bangkit dari kematian. Yesus telah mengalahkan dosa dan maut dengan kebangkitan-Nya. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus mau menunjukkan bahwa Ia sungguh-sungguh Putra Allah dan memberi harapan pada kita tentang adanya kerajaan Surga. Hal yang membedakan perayaan Ekaristi pada hari ini dengan perayaan Ekaristi pada hari Minggu atau hari raya yang lain adalah digantinya seruan tobat dengan peringatan pembaptisan atau pembaharuan janji baptis sebagai pengganti syahadat. Air suci yang digunakan untuk memerciki umat adalah air yang telah dikuduskan pada perayaan Malam Paskah. Air itu pula yang ditempatkan di pintu masuk gereja untuk digunakan umat menyucikan diri saat akan memasuki gereja. Anggapan bahwa,”Saya sudah hadir ikut Misa tadi malam (paskah), maka hari Minggu Paskah tidak perlu lagi ambil bagian Misa” adalah anggapan yang tidak tepat. Sacrosanctum Concilium No. 106 menegaskan: "Berdasarkan Tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari Kebangkitan Kristus senditi, Gereja merayakan misteri Paskah sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut Hari Tuhan atau hari Minggu. Pada hari itu Umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah dan ikut-serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenagkan Sengsara, Kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke dalam pengharapan yang hidup berkat Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati (1Ptr 1:3). Demikianlah hari Minggu itu pangkal segala hari pesta. Hari itu hendaknya dianjurkan dan ditandaskan bagi kesalehan kaum beriman, sehingga juga menjadi hari kegembiraan dan bebas dari kerja. Kecuali bila memang sungguh sangat penting, perayaan-perayaan lain jangan diutamakan terhadap Minggu, sebab perayaan Minggu memang merupakan dasar dan inti segenap tahun Liturgi." Dalam Katekismus Gereja Katolik, No. 1169: Santo Atanasius menamakan pesta Paskah "Minggu agung" (ep. fest. 1), sebagaimana pekan suci di dunia timur dinamakan "pekan agung". Misteri kebangkitan, di mana Kristus mengalahkan kematian, meresapi zaman kita yang lama dengan kekuatannya yang besar, sampai segala sesuatu ditaklukkan kepada Kristus.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy