Ada seorang pemuda mengajak adiknya untuk menonton sirkus. Ketika sampai di loket untuk membeli tiket, ternyata antrean sangat panjang. Ketika sedang antre, ia melihat kegelisahan seorang bapak bersama empat anak di depannya. Bapak itu terlihat gelisah karena tampaknya uangnya kurang untuk membeli tiket. Bapak itu berkali-kali membuka dompetnya dan seperti mencari-cari sesuatu di saku celananya. Ia merasa gelisah karena anak-anaknya terlanjur penuh sukacita hendak menonton sirkus. Ia sebenarnya mau mengajak pulang, tetapi takut anaknya sedih dan rewel. Kalau mau tetap menonton, uangnya juga kurang. Melihat kegelisahan bapak itu, pemuda itu tiba-tiba menjatuhkan uang sebesar Rp 50.000,00. Ia pura-pura mengambil uang itu sambil berkata kepada bapak yang memilik empat anak itu, "Ini Pak, uang Anda jatuh." Kemudian tampaklah perasaan lega dan senyum di wajah bapak tersebut. Akhirnya dia bisa membuat anak-anaknya bersukacita.
"Aku mau supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh." Ungkapan
itu menunjukkan kerinduan Kristus untuk menghadirkan sukacita bagi
setiap orang. Sukacita Yesus adalah sukacita yang lahir dari pengalaman
dikasihi oleh Bapa-Nya dan kasih-Nya itu sempurna. Sukacita itulah yang
mau dibagikan kepada orang lain agar mereka juga mengalami pengalaman
dikasihi oleh Allah. Maka sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk
tidak berbagi pengalaman sukacita karena kita telah digembirakan oleh
kasih Allah sendiri. Pengalaman berbagai sukacita memang sangat mudah
dibagikan kalau kita sendiri juga memiliki pengalaman itu. Normalnya
begitu. Namun, sebenarnya untuk membuat orang lain bersukacita, tidak
selalu tergantung kita bersukacita atau tidak. Oleh karena itu apa pun
pengalaman kita, kita dipanggil untuk menghadirkan sukacita bagi orang
lain. (SY/Inspirasi Batin 2016)