Minggu, 05 Juni 2016
Hari Minggu Biasa X
Penghormatan kepada Ekaristi. Di dalarn liturgi misa kita menyatakan iman kita bahwa Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur, antara lain dengan berlutut atau menundukkan diri sebagai tanda penyembahan Tuhan. "Gereja Katolik menyembah Ekaristi kudus tidak hanya selama misa kudus, tetapi juga di luar perayaan misa, kalau ia menyimpan hosti yang telah dikonsekrir dengan perhatian besar, mentakhtakannya untuk disembah oleh umat beriman secara meriah dan membawanya dalam prosesi" (MF 56). --- Katekismus Gereja Katolik, 1378
Antifon Pembuka (Mzm 26:1-2)
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Semua lawanku dan musuhku akan tergelincir jatuh.
Hari Minggu Biasa X
Penghormatan kepada Ekaristi. Di dalarn liturgi misa kita menyatakan iman kita bahwa Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur, antara lain dengan berlutut atau menundukkan diri sebagai tanda penyembahan Tuhan. "Gereja Katolik menyembah Ekaristi kudus tidak hanya selama misa kudus, tetapi juga di luar perayaan misa, kalau ia menyimpan hosti yang telah dikonsekrir dengan perhatian besar, mentakhtakannya untuk disembah oleh umat beriman secara meriah dan membawanya dalam prosesi" (MF 56). --- Katekismus Gereja Katolik, 1378
Antifon Pembuka (Mzm 26:1-2)
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Semua lawanku dan musuhku akan tergelincir jatuh.
The Lord is my light and my salvation; whom shall I fear? The Lord is the stronghold of my life; whom should I dread? When those who do evil draw near, they stumble and fall.
Dominus illuminatio mea, et salus mea, quem timebo? Dominus defensor vitæ meæ, a quo trepidabo? qui tribulant me inimici mei, infirmati sunt, et ceciderunt.
Mzm. Si consistant adversum me castra: non timebit cor meum
Doa Pagi
Ya Allah, Engkaulah sumber segala kebaikan. Kepada-Mu kami mohon dengan rendah hati, anugerahkanlah terang-Mu pada kami, agar dapat memikirkan apa yang benar, dan berikanlah bimbingan-Mu kepada kami untuk melakukannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:17-24)
Mzm. Si consistant adversum me castra: non timebit cor meum
Doa Pagi
Ya Allah, Engkaulah sumber segala kebaikan. Kepada-Mu kami mohon dengan rendah hati, anugerahkanlah terang-Mu pada kami, agar dapat memikirkan apa yang benar, dan berikanlah bimbingan-Mu kepada kami untuk melakukannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:17-24)
"Ia anakmu, ia sudah hidup!"
Sekali peristiwa anak dari janda di Sarfat yang menjamu Elia jatuh
sakit. Sakitnya sangat keras, sampai anak itu tidak bernafas lagi. Maka
kata perempuan itu kepada Elia, “Apakah maksudmu datang kemari, ya Abdi
Allah? Adakah engkau singgah kepadaku untuk mengingatkan aku akan
kesalahanku dan untuk membuat anakku mati?” Kata Elia kepadanya,
“Berikanlah anakmu itu kepadaku!” Elia mengambil anak itu dari pangkuan
ibunya, lalu membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak
itu di tempat tidurnya. Sesudah itu Elia berseru kepada Tuhan, “Ya
Tuhan, Allahku! Janda ini telah menerima aku sebagai penumpang di
rumahnya. Adakah Engkau menimpakan kemalangan atas dia dengan membunuh
anaknya?” Lalu Elia membujurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan
berseru kepada Tuhan, “Ya Tuhan, Allahku! Kembalikanlah kiranya nyawa
anak ini ke dalam tubuhnya!” Tuhan mendengarkan permintaan Elia, dan
nyawa anak itu pun kembali ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.
Elia mengambil anak itu, lalu membawanya turun dari kamar atas, dan
memberikannya kepada ibunya. Kata Elia kepada janda itu, “Ini anakmu, ia
sudah hidup kembali!” Maka kata perempuan itu kepada Elia, “Sekarang
aku tahu, bahwa engkau abdi Allah, dan firman Tuhan yang kauucapkan itu
adalah benar.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11.12a.13b; Ul: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan dan kasihanilah aku. Tuhan, jadilah Penolongku! Aku yang meratap Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia (1:11-19)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11.12a.13b; Ul: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan dan kasihanilah aku. Tuhan, jadilah Penolongku! Aku yang meratap Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia (1:11-19)
"Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam diriku supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi."
Saudara-saudara, aku menegaskan kepadamu, bahwa Injil yang kuberitakan
itu bukanlah Injil manusia. Karena aku menerimanya bukan dari manusia;
bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh
penyataan Yesus Kristus. Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku
dahulu dalam agama Yahudi: Tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan
berusaha membinasakannya. Di dalam agama Yahudi itu aku jauh lebih maju
dari banyak teman yang sebaya di antara bangsaku, karena aku sangat
rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi Allah telah
memilih aku sedari kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih
karunia-Nya. Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam diriku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Pada waktu itu
sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia. Aku juga tidak
pergi ke Yerusalem untuk menemui mereka yang telah menjadi rasul sebelum
aku. Tetapi aku berangkat ke tanah Arab, dan dari situ kembali lagi ke
Damsyik. Baru tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk menemui
Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi rasul-rasul
yang lain, tidak seorang pun kulihat, kecuali Yakobus, saudara Tuhan
Yesus.
Demikianlah sabda TuhanU. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali
Ayat. (Luk 7:16)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah telah mengunjungi umat-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:11-17)
"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Sekali peristiwa Yesus pergi ke sebuah kota yang bernama Nain. Para
murid serta banyak orang pergi bersama Dia. Ketika Yesus mendekati pintu
gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, yaitu anak laki-laki
tunggal seorang ibu yang sudah janda. Banyak orang kota itu menyertai
janda tersebut. Melihat janda itu, tergeraklah hati Tuhan oleh belas
kasihan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Dihampiri-Nya
usungan jenazah itu dan disentuh-Nya. Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata, “Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu: Bangkitlah!” Maka
bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara. Lalu Yesus
menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan, dan mereka
memuliakan Allah sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di
tengah-tengah kita!” Ada pula yang berkata, “Allah telah mengunjungi
umat-Nya!” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya.
Demikianlah Injil TuhanU. Terpujilah Kristus.
Renungan
Siapa yang tidak kenal Rasul Paulus? Ia adalah seorang rasul dengan latar belakang yang benci dengan para pengikut Kristus. Ia melakukan kekejaman dan pembantaian kepada para pengikut Kristus sebelum ia bertobat. Ia tahu akan kejahatan yang diperbuatnya. Akan tetapi, hal itu tetap dilakukan, sampai Tuhan sendiri menyentuh, mengubah, mempertobatkan dan memakainya sebagai alat, yaitu rasul yang sangat setia dan tekun mengabdi Tuhan. Ia adalah salah satu bukti bahwa rencana Tuhan tidak terhalang oleh latar belakang, situasi dan kelemahan manusiawi. Yang tidak mungkin bagi kita selalu mungkin bagi Dia, karena Tuhan adalah raja. Raja yang penuh kuasa dan kasih. Artinya, setiap orang yang percaya, setia dan dipakai sebagai alat Tuhan, ia pasti penuh kuasa dan kasih.
Pengalaman para nabi pada zaman dahulu pun sama dengan pengalaman Rasul Paulus. Para nabi tahu kepada siapa mereka percaya dan apa yang mereka lakukan. Justru karena percaya pada Tuhan, para nabi bertindak dengan penuh wibawa dan kuasa. Tanpa ragu nabi meminta kepada Tuhan dan tanpa ragu Tuhan mengabulkan doa-doa mereka. Jelas terbukti, bahwa selain Tuhan, raja yang penuh kuasa dan kasih, telinga Tuhan selalu tertuju pada hamba-Nya dan tangan-Nya selalu terulur untuk segera menolong. Inilah yang diimani para kudus di zaman kita. Inilah yang kita imani di zaman sekarang.
Tugas kita sebagai orang beriman sekarang, bukan lagi membuktikan kuasa Tuhan, sang raja belas kasih. Tugas kita adalah melakukannya. Melakukan dengan sadar, sabar, penuh keyakinan dan ketekunan. Seperti kata Beata Teresa dari Kalkuta, "Saya lebih suka Anda berbuat kesalahan dalam belas kasih dan kebaikan daripada membuat mukjizat dalam kekerasan dan kekejaman."
Tuhan menghidupkan dan menyelamatkan. Injil-Nya menghidupkan dan menyelamatkan. Konsekuensi iman akan Tuhan adalah menjadi insan beriman yang bisa menghidupkan dan menyelamatkan. "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup" (Luk 20:38). Sentuhan dan seruan Tuhan kepada anak muda di Nain adalah sentuhan bukan saja kepada orang banyak yang menyaksikan peristiwa itu, tetapi juga kepada kita yang membaca, mendengar dan mempercayainya. Sentuhan dan seruan yang sama harus bisa membangkitkan iman kita sendiri akan Tuhan. Dengan demikian, sentuhan dan seruan yang keluar dari bibir kita pun akan bisa membangkitkan iman orang lain.
Belas kasih adalah kebutuhan. Tanpa belas kasih kita tidak dapat bertahan hidup. Ada banyak hal di luar kemampuan dan daya nalar. Karena itu biarkan iman yang memberikan peneguhan. Injil hari ini mengajak kita untuk bisa berbelas kasih seperti Yesus. Misalnya, mendengarkan dengan sikap toleran, melihat dengan penuh kepedulian, berbicara dengan bahasa cinta dan berbuat dengan penuh kuasa.
Ketika kita bisa mengalahkan ego, kebutuhan, pikiran dan perasaan kita sendiri, inilah tandanya kita hidup dalam belas kasih. Tanda ini akan selalu melekat dalam hidup kita, karena kuasa Tuhan yang meraja dan kita membiarkan Dia berkarya dalam diri kita. Kehilangan Dia membuat hilang semangat hidup. Kehilangan Dia membuat hilang tujuan hidup. Terpujilah Tuhan!
Pengalaman para nabi pada zaman dahulu pun sama dengan pengalaman Rasul Paulus. Para nabi tahu kepada siapa mereka percaya dan apa yang mereka lakukan. Justru karena percaya pada Tuhan, para nabi bertindak dengan penuh wibawa dan kuasa. Tanpa ragu nabi meminta kepada Tuhan dan tanpa ragu Tuhan mengabulkan doa-doa mereka. Jelas terbukti, bahwa selain Tuhan, raja yang penuh kuasa dan kasih, telinga Tuhan selalu tertuju pada hamba-Nya dan tangan-Nya selalu terulur untuk segera menolong. Inilah yang diimani para kudus di zaman kita. Inilah yang kita imani di zaman sekarang.
Tugas kita sebagai orang beriman sekarang, bukan lagi membuktikan kuasa Tuhan, sang raja belas kasih. Tugas kita adalah melakukannya. Melakukan dengan sadar, sabar, penuh keyakinan dan ketekunan. Seperti kata Beata Teresa dari Kalkuta, "Saya lebih suka Anda berbuat kesalahan dalam belas kasih dan kebaikan daripada membuat mukjizat dalam kekerasan dan kekejaman."
Tuhan menghidupkan dan menyelamatkan. Injil-Nya menghidupkan dan menyelamatkan. Konsekuensi iman akan Tuhan adalah menjadi insan beriman yang bisa menghidupkan dan menyelamatkan. "Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup" (Luk 20:38). Sentuhan dan seruan Tuhan kepada anak muda di Nain adalah sentuhan bukan saja kepada orang banyak yang menyaksikan peristiwa itu, tetapi juga kepada kita yang membaca, mendengar dan mempercayainya. Sentuhan dan seruan yang sama harus bisa membangkitkan iman kita sendiri akan Tuhan. Dengan demikian, sentuhan dan seruan yang keluar dari bibir kita pun akan bisa membangkitkan iman orang lain.
Belas kasih adalah kebutuhan. Tanpa belas kasih kita tidak dapat bertahan hidup. Ada banyak hal di luar kemampuan dan daya nalar. Karena itu biarkan iman yang memberikan peneguhan. Injil hari ini mengajak kita untuk bisa berbelas kasih seperti Yesus. Misalnya, mendengarkan dengan sikap toleran, melihat dengan penuh kepedulian, berbicara dengan bahasa cinta dan berbuat dengan penuh kuasa.
Ketika kita bisa mengalahkan ego, kebutuhan, pikiran dan perasaan kita sendiri, inilah tandanya kita hidup dalam belas kasih. Tanda ini akan selalu melekat dalam hidup kita, karena kuasa Tuhan yang meraja dan kita membiarkan Dia berkarya dalam diri kita. Kehilangan Dia membuat hilang semangat hidup. Kehilangan Dia membuat hilang tujuan hidup. Terpujilah Tuhan!
Antifon Komuni (Mzm 18:3)
Tuhanlah bukit batuku. Kubu pertahananku dan penyelamatku. Allahku, Penolongku.
Dominus firmamentum meum, et refugium meum, et liberator meus: Deus meus adiutor meus.
atau (1Yoh 4:16)
Allah adalah kasih. Siapa saja yang tetap berada di dalam kasih tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Rm. Kartolo Malau, O.Carm/RUAH