Minggu, 10 Juli 2016
Hari Minggu Biasa XV
Hari Minggu Biasa XV
Menjadi hak umat beriman bahwa pimpinan Gereja mengatur Liturgi Suci secara penuh dan tepat-guna supaya terhindarkan kesan bahwa liturgi itu menjadi "milik pribadi seseorang, entah selebran atau komunitas di mana misteri-misteri itu dirayakan" (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 18)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 17:15)
Dalam kebenaran, aku memandang wajah-Mu, dan aku akan puas waktu menyaksikan kemuliaan-Mu.
As for me, in justice I shall behold your face; I shall be filled with the vision of your glory.
Dum clamarem ad Dominum, exaudivit vocem meam, ab his qui appropinquant mihi: et humiliavit eos, qui est ante sæcula, et manet in æternum: iacta cogitatum tuum in Domino, et ipse te enutriet.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang kekal dan kuasa, di dalam lubuk hati kami telah Kaugoreskan perintah-perintah-Mu dan melalui Yesus Kaujelaskan, bagaimana kami hendaknya melaksanakan kehendak-Mu. Perkenankanlah kami menunjukkan belas kasih dan cinta kasih-Mu kepada mereka yang sedang menderita, sebagaimana Yesus Kristus telah memberikan teladan-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (30:10-14)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 17:15)
Dalam kebenaran, aku memandang wajah-Mu, dan aku akan puas waktu menyaksikan kemuliaan-Mu.
As for me, in justice I shall behold your face; I shall be filled with the vision of your glory.
Dum clamarem ad Dominum, exaudivit vocem meam, ab his qui appropinquant mihi: et humiliavit eos, qui est ante sæcula, et manet in æternum: iacta cogitatum tuum in Domino, et ipse te enutriet.
Doa Pagi
Allah Bapa kami yang kekal dan kuasa, di dalam lubuk hati kami telah Kaugoreskan perintah-perintah-Mu dan melalui Yesus Kaujelaskan, bagaimana kami hendaknya melaksanakan kehendak-Mu. Perkenankanlah kami menunjukkan belas kasih dan cinta kasih-Mu kepada mereka yang sedang menderita, sebagaimana Yesus Kristus telah memberikan teladan-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (30:10-14)
"Firman itu sangat dekat padamu, hendaklah engkau melaksanakannya."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, la = d, 4/4, PS 818
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 69:14.17.30-31.33-34.36ab.37; Ul: lih.33)
1. Aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku, dengan pertolongan-Mu yang setia! Jawablah aku, ya Tuhan, sebab baiklah kasih setia-Mu, berpalinglah kepadaku menurut rahmat-Mu yang besar!
2. Aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur,
3. Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari-cari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orangNya yang ada dalam tahanan.
4. Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda. Anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.
atau
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 853
Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan.
Ayat. (Mzm 19:8.9.10.11; Ul: Yoh 6:63)
1. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan itu teguh, memberi hikmat kepada orang bersahaja.
2. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati. Perintah Tuhan itu murni, membuat mata berseri.
3. Takut Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya. Hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
4. Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (1:15-20)
"Segala sesuatu diciptakan oleh dan untuk Kristus."
Saudara-saudara, Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Dia adalah yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada mendahului segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Dialah kepata tubuh, yaitu Jemaat. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia lebih utama dalam segala sesuatu. Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh DIalah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:63c.68c)
Tuhan, Sabda-Mu adalah roh dan kehidupan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:25-37)
"Siapakah sesamaku?"
Sekali peristiwa seorang ahli Taurat berdiri hendak mencobai Yesus, katanya, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu; dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar! Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup,” Tetapi untuk membenarkan dirinya, orang itu berkata lagi kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri, lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali’. Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab ahli Taurat itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
MENGEJAR KEHIDUPAN KEKAL
Seorang teman pernah bertanya pada ayahnya, "Bagaimana kita bisa menikmati keindahan?" Lalu, ayahnya menasihatinya, "Kalau kamu ingin menikmati keindahan, kamu harus mencintai keindahan itu sendiri." Dengan kata lain, keindahan bisa dirasakan, apabila seseorang mau mendekati dan bahkan mencintai keindahan itu sendiri. Selama dia belum dekat dan mencintai keindahan, dia tidak akan pernah bisa menikmati keindahan.
Mungkin pertanyaan seorang ahli Taurat kepada Yesus, mirip dengan pertanyaan teman saya di atas. Si ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Lalu Yesus menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimudan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yesus seakan mau mengatakan dan mengajarkan kepada ahli Taurat tersebut bahwa untuk memperoleh hidup (yang kekal) seseorang harus mendekati dan mencintai Sang Kehidupan itu sendiri, yaitu Tuhan Allah. Bahkan Yesus menekankan berkali-kali kata "segenap". Artinya, dalam mendekati dan mencintai Tuhan Allah, Sang Kehidupan, kita harus sungguh-sungguh atau sepenuh hati.
Lalu kalau kita mengamati jawaban Yesus di atas, seakan ada jawaban yang mungkin membuat kita bingung. Jawaban Yesus demikian, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Apa hubungannya dengan memperoleh hidup yang kekal? Sebenarnya, kalau kita mau merenungkan lebih dalam jawaban Yesus tersebut, Dia hendak mengatakan, "Tidak mungkin seseorang mendekati dan mencintai Sang Kehidupan, Tuhan Allah, tetapi pada saat yang sama membenci (mengabaikan hidup) sesamanya." Apabila kita memahami hal ini, maka bagian kedua dari perikop ini, yaitu kisah Orang Samaria yang baik hati, sambung dengan jawaban Yesus di atas.
Kita pun merindukan hidup yang kekal. Bahkan kita percaya akan adanya kehidupan kekal, sebagaimana kita ucapkan dalam Kredo bagian terakhir. Kebangkitan Kristus makin menjadi jaminan bagi kita semua bahwa kehidupan kekal yang kita rindukan benar-benar ada. Namun, menjadi tidak masuk akal, apabila kita merindukan kehidupan kekal, namun pada saat yang sama tidak peduli dengan kehidupan orang lain. Oleh karena itu, Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi sesama (mencintai kehidupan orang lain) seperti kita mendambakan kehidupan kekal untuk diri sendiri.
Saudara-saudari yang terkasih, mungkin perikop hari ini harus kita renungkan berulang kali. Alasannya, tampaknya banyak orang zaman ini tidak lagi peduli dengan kehidupan. Seakan setiap orang berhak menghabisi atau melenyapkan hidup orang lain. Banyak orang tidak lagi melindungi kehidupan sesamanya. Kalau saat ini banyak orang tidak peduli dengan kehidupan orang lain, bagaimana mungkin mereka akan mengejar dan mendekati kehidupan kekal? Kalau sudah tidak peduli dengan kehidupan orang lain sebagai sesama manusia yang secitra di hadapan Allah, bagaimana akan memperoleh kehidupan kekal?
Hak Tuhan untuk memberi dan mengambil kehidupan dari manusia telah diambil alih oleh manusia. Manusia mulai berperan seperti Tuhan Allah. Jika demikian, bagaimana manusia bisa mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, akal budi? Dan kalau manusia sulit mengasihi Tuhan Allah, Sang Kehidupan, bagaimana mungkin bisa mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri?
Injil hari ini mengingatkan kita semua untuk menjunjung tinggi kehidupan manusia. Tuhan itu pencipta, pemberi dan pencinta kehidupan. Wafat-Nya di kayu salib membuktikan bahwa Tuhan ingin agar manusia tetap hidup. Maka kita semua yang telah diselamatkan dan diberi anugerah kehidupan ini hendaknya mencintai kehidupan diri sendiri dan orang lain sambil terus mengejar kehidupan kekal.
Seorang teman pernah bertanya pada ayahnya, "Bagaimana kita bisa menikmati keindahan?" Lalu, ayahnya menasihatinya, "Kalau kamu ingin menikmati keindahan, kamu harus mencintai keindahan itu sendiri." Dengan kata lain, keindahan bisa dirasakan, apabila seseorang mau mendekati dan bahkan mencintai keindahan itu sendiri. Selama dia belum dekat dan mencintai keindahan, dia tidak akan pernah bisa menikmati keindahan.
Mungkin pertanyaan seorang ahli Taurat kepada Yesus, mirip dengan pertanyaan teman saya di atas. Si ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Lalu Yesus menjawab, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimudan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Yesus seakan mau mengatakan dan mengajarkan kepada ahli Taurat tersebut bahwa untuk memperoleh hidup (yang kekal) seseorang harus mendekati dan mencintai Sang Kehidupan itu sendiri, yaitu Tuhan Allah. Bahkan Yesus menekankan berkali-kali kata "segenap". Artinya, dalam mendekati dan mencintai Tuhan Allah, Sang Kehidupan, kita harus sungguh-sungguh atau sepenuh hati.
Lalu kalau kita mengamati jawaban Yesus di atas, seakan ada jawaban yang mungkin membuat kita bingung. Jawaban Yesus demikian, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Apa hubungannya dengan memperoleh hidup yang kekal? Sebenarnya, kalau kita mau merenungkan lebih dalam jawaban Yesus tersebut, Dia hendak mengatakan, "Tidak mungkin seseorang mendekati dan mencintai Sang Kehidupan, Tuhan Allah, tetapi pada saat yang sama membenci (mengabaikan hidup) sesamanya." Apabila kita memahami hal ini, maka bagian kedua dari perikop ini, yaitu kisah Orang Samaria yang baik hati, sambung dengan jawaban Yesus di atas.
Kita pun merindukan hidup yang kekal. Bahkan kita percaya akan adanya kehidupan kekal, sebagaimana kita ucapkan dalam Kredo bagian terakhir. Kebangkitan Kristus makin menjadi jaminan bagi kita semua bahwa kehidupan kekal yang kita rindukan benar-benar ada. Namun, menjadi tidak masuk akal, apabila kita merindukan kehidupan kekal, namun pada saat yang sama tidak peduli dengan kehidupan orang lain. Oleh karena itu, Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi sesama (mencintai kehidupan orang lain) seperti kita mendambakan kehidupan kekal untuk diri sendiri.
Saudara-saudari yang terkasih, mungkin perikop hari ini harus kita renungkan berulang kali. Alasannya, tampaknya banyak orang zaman ini tidak lagi peduli dengan kehidupan. Seakan setiap orang berhak menghabisi atau melenyapkan hidup orang lain. Banyak orang tidak lagi melindungi kehidupan sesamanya. Kalau saat ini banyak orang tidak peduli dengan kehidupan orang lain, bagaimana mungkin mereka akan mengejar dan mendekati kehidupan kekal? Kalau sudah tidak peduli dengan kehidupan orang lain sebagai sesama manusia yang secitra di hadapan Allah, bagaimana akan memperoleh kehidupan kekal?
Hak Tuhan untuk memberi dan mengambil kehidupan dari manusia telah diambil alih oleh manusia. Manusia mulai berperan seperti Tuhan Allah. Jika demikian, bagaimana manusia bisa mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, akal budi? Dan kalau manusia sulit mengasihi Tuhan Allah, Sang Kehidupan, bagaimana mungkin bisa mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri?
Injil hari ini mengingatkan kita semua untuk menjunjung tinggi kehidupan manusia. Tuhan itu pencipta, pemberi dan pencinta kehidupan. Wafat-Nya di kayu salib membuktikan bahwa Tuhan ingin agar manusia tetap hidup. Maka kita semua yang telah diselamatkan dan diberi anugerah kehidupan ini hendaknya mencintai kehidupan diri sendiri dan orang lain sambil terus mengejar kehidupan kekal.
Antifon Komuni (Mzm 84:4-5)
Burung pipit bersarang di bait-Mu dan burung layang-layang mendapat tempat untuk meletakkan anak-anaknya pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, Rajaku dan Allahku. Berbahagialah orang yang mendiami rumah-Mu dan tiada henti-hentinya memuji-Mu.
The sparrow finds a home, and the swallow a nest for her young: by your altars, O Lord of hosts, my King and my God. Blessed are they who dwell in your house, for ever singing your praise.
Passer invenit sibi domum, et turtur nidum, ubi reponat pullos suos: altaria tua Domine virtutum, Rex meus et Deus meus: beati qui habitant in domo tua, in sæculum sæculi laudabunt te.
atau Yoh 6:56
Siapa yang makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, Sabda Tuhan.
Whoever eats my flesh and drinks my blood remains in me and I in him, says the Lord.
Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm/RUAH