Hari Minggu Biasa XXXII
Dalam kesatuan iman dan Pembaptisan kita memiliki kedudukan sama bagi kita semua. (St. Leo Agung)
Antifon Pembuka (Mzm 88:3)
Tuhan, biarlah doaku naik ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada permohonanku.
Let my prayer come into your presence. Incline your ear to my cry for help, O Lord.
Intret oratio mea in conspectu tuo: inclina aurem tuam ad precem meam Domine.
Mzm. Domine Deus salutis meƦ: in die clamavi, et nocte coram te.
Doa Pagi
Allah Bapa yang Mahakuasa, melalui kebangkitan-Nya, Putra-Mu telah mengalahkan kuasa maut dan menganugerahkan hidup baru kepada kami. Kami mohon, kuatkanlah kami untuk senantiasa melaksanakan pekerjaan dan perkataan yang baik. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Makabe (7:1-2.9-14)
Pada masa pemerintahan Raja Antiokhus Epifanes ada tujuh orang bersaudara serta ibu mereka ditangkap. Dengan siksaan cambuk dan rotan mereka dipaksa oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram. Maka seorang dari antara mereka, yakni yang menjadi juru bicara, berkata begini, “Apakah yang hendak Baginda tanyakan kepada kami, dan apakah yang hendak Baginda ketahui? Kami lebih senang mati daripada melanggar hukum nenek moyang!” Ketika anak yang kedua hampir putus nyawanya, berkatalah ia, “Memang benar, Bangsat, engkau dapat menghapus kami dari hidup di dunia ini, tetapi Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya!” Sesudah itu anak yang ketiga disengsarakan. Ketika diminta, segera dikeluarkannya lidahnya, dan dengan berani dikedangkannya tangannya juga. Dengan berani ia berkata, “Dari surga aku telah menerima anggota-anggota ini! Demi hukum-hukum Tuhan kupandang semuanya ini bukan apa-apa! Aku berharap akan mendapat kembali semua ini dari pada-Nya!” Sampai-sampai sang raja sendiri serta pengiringnya tercengang-cengang atas semangat pemuda itu yang memandang kesengsaraannya bukan apa-apa. Sesudah yang ketiga berpulang, maka yang keempat disiksa dan dipuntungkan secara demikian pula. Ketika sudah dekat pada akhir hidupnya, berkatalah ia, “Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia, dengan harapan yang dianugerahkan Allah sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya. Tetapi bagi Baginda tidak ada kebangkitan untuk kehidupan!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, re = a, 2/4, PS 810
Ref. Condongkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah bebaskan daku.
Ayat. (Mzm 17:1.5-6.8b.15; R:15b)
1. Dengarkanlah, Tuhan, pengaduan, yang jujur, perhatikan seruanku; berilah telinga kepada doaku, doa dari bibir yang tidak menipu.
2. Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidaklah goyah. Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.
3. Sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu; dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika (2:16-3:5)
Saudara-saudara, dalam kasih karunia-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, telah mengasihi kita dan telah menganugerahkan penghiburan abadi serta pengharapan yang baik kepada kita. Semoga Ia menghibur dan menguatkan hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik. Selanjutnya, Saudara-saudaraku, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu: juga supaya kami terlepas dari para pengacau dan dari orang-orang jahat, sebab tidak semua orang beroleh iman. Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan akan memelihara kamu terhadap yang jahat. Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu telah kamu lakukan dan akan selalu kamu lakukan. Kiranya Tuhan tetap mengarahkan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Setelah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (Why 1:5a.6b)
Yesus Kristus adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati; bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (20:27-38)
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Mengapa kita begitu bahagia ketika melihat kelahiran seorang bayi? Sebaliknya, mengapa kita menangis ketika ada sanak saudara atau kerabat kita meninggal dunia? Karena sebenarnya dalam lubuk hati terdalam, kita semua menyukai kehidupan, sehingga kita menjadi sedih apabila melihat kematian. Mengapa demikian? Tentu jawabannya ada dalam firman Tuhan hari ini.
"Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." (Luk 20:38). Sabda Yesus ini apabila menjadi renungan kita yang hidup saat ini, tentu memiliki makna yang begitu mendalam. Allah yang kita imani adalah Allah orang hidup dan yang mencintai kehidupan. Ia bukan Allah yang mencintai kematian.
Ungkapan di atas bisa jadi membuat kita teringat akan berbagai kekerasan yang terjadi di dalam masyarakat kita yang mengatasnamakan Tuhan. Namun dengan mendengarkan Injil hari ini, kita lantas bisa bertanya: Tuhan yang mana? Apakah sabda Tuhan yang saya baca hari ini sudah tidak relevan lagi untuk zaman ini dan kalau sabda Tuhan sudah tidak relevan lagi untuk hidup kita, lalu apa yang bisa menjadi pegangan bagi hidup kita?
Saudara-saudari yang terkasih, kita harus selalu yakin bahwa sabda Tuhan itu benar. Sabda Tuhan itu mengajarkan dan mengarahkan kita kepada kehidupan, kebenaran dan kebahagiaan sejati. Tuhan menginginkan semua manusia sampai kepada kebangkitan, kehidupan sejati, di mana dalam kebangkitan itu manusia tidak akan disibukkan oleh soal kawin dan dikawinkan atau kematian. Dalam kebangkitan itulah, semua manusia akan hidup dan memandang Allah yang hidup, yang diimaninya.
Kembali pada pertanyaan di atas: kalau kita semua pada dasarnya menyukai kehidupan dan mengimani Allah yang mencintai kehidupan, mengapa masih ada orang yang tega membunuh sesamanya? Mengapa masih ada orang yang merusak kebahagiaan sesamanya atas nama Tuhan? Mengapa masih ada orang yang tega menghalang-halangi orang lain untuk beribadah kepada Tuhan? Apakah orang-orang semacam ini tidak menyukai kehidupan atau jangan-jangan yang mereka sembah bukan Allah yang mencintai kehidupan? Yang pasti, kalau mereka benar-benar menyembah Allah, tentunya juga akan menjunjung tinggi kehidupan dan kebahagiaan bagi sesamanya.
Saudara-saudari yang terkasih, hidup kita ini berasal dari Allah. Hanya Allah yang berhak mengambilnya dari kita. Tidak ada seorang pun yang berhak mengambil atau merusak kehidupan orang lain. Mengambil atau merusak kehidupan orang lain atas nama Allah, sama dengan merusak keluhuran nama Allah. Mengapa? Karena sebenarnya Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup dan bukan Allah orang mati. Dia itu pencinta kehidupan dan bukan malah perusak kehidupan.
Injil hari ini mengingatkan agar kita belajar menghargai dan mencintai kehidupan yang sudah dianugerahkan kepada kita. Dengan mencintai kehidupan, kita belajar pelan-pelan mencintai Allah, karena Allah dekat dan ada di dalam kehidupan itu sendiri. Itu sebabnya Ia menyebut diri-Nya sebagai Allah orang yang hidup.
Tampaknya, kalau masyarakat kita saat ini semakin jauh dari Allah, bukan karena Allah tidak peduli, melainkan karena masyarakat kita tidak mencintai kehidupan. Masyarakat kita justru cenderung merusak dan melenyapkan kehidupan. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka juga telah "melenyapkan" Allah. Untuk itu, mari kita belajar mencintai kehidupan, karena dengan demikian kita juga mencintai Allah orang yang hidup.
Antifon Komuni (Mzm 23:1-2)
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.
The Lord is my shepherd; there is nothing I shall want. Fresh and green are the pastures where he gives me repose, near restful waters he leads me.
Dominus regit me, et nihil mihi deerit: in loco pascuƦ ibi me collocavit: super aquam refectionis educavit me.
Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm / RUAH