Hari Minggu Biasa XXX
Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rm16:26 ; lih. Rm1:5 ; 2Kor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. (Dei Verbum, 5)
Antifon Pembuka (Mzm 105:3-4)
Bersukacitalah hati orang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya!
Let the hearts that seek the Lord rejoice; turn to the Lord and his strength; constantly seek his face.
Lætetur cor quærentium Dominum: quærite Dominum, et confirmamini: quærite faciem eius semper.
Doa Pembuka
Allah yang kekal dan kuasa, ciptakanlah dalam diri kami hati yang tulus dan setia agar kami mampu melayani Engkau, ya Allah, yang mahaagung, dengan penuh bakti dan kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (22:21-27)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839
Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku 'kan menjadi aman dalam lindungan-Nya
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc.47.51ab; Ul: 2)
1. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat dari para musuhku.
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes 1:5c-10)
Saudara-saudara, kamu tahu bagaimana kami bekerja di antara kamu demi kepentinganmu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman Tuhan dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya. Di mana-mana telah tersiar kabar tentng imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah berbicara lagi tentang hal itu. Sebab mereka sendiri bercerita tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah yang hidup dan benar, serta untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari surga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:34-40)
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Mata uang selalu memiliki dua sisi. Sisi yang satu mengandaikan adanya sisi yang lain. Dengan kata lain, kedua sisi mata uang itu merupakan satu kesatuan, tak terpisahkan.
Santo Agustinus menegaskan bahwa sama seperti manusia mempunyai dua kaki untuk berjalan, demikian pula kita mengasihi Tuhan dan sesama untuk dapat mencapai surga. Sama seperti orang-orang kudus berbahagia di surga karena mengasihi Allah dan sesamanya, maka kita pun perlu melakukan hal yang sama di dunia ini untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Penegasan Santo Agustinus mengajar kita bahwa mengasihi Tuhan dan sesama sesungguhnya merupakan satu kesatuan, tak terpisahkan. Santo Yohanes pun menegaskan, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudara-saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1Yoh 4:20).
Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi (Mat 22:37) berarti mengasihi Tuhan dengan keseluruhan diri kita. Kita menempatkan Tuhan lebih utama dari segala sesuatu, di mana saja dan kapan saja. Secara manusiawi perintah ini sangat berat. Akan tetapi, bukankah Tuhan tidak akan memberikan beban yang melebihi kekuatan kita? Sebaliknya, Dia menegaskan, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat 11:29-30).
Ketika menerima Sakramen Pembatisan, kita beroleh rahmat Allah yang begitu besar. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus, disatukan dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus; dibebaskan dari dosa asal, serta menerima tujuh karunia Roh Kudus. Anugerah besar itu kemudian masih diperkuat lagi dengan rahmat yang mengalir dari Sakramen-sakramen lain, terutama Sakramen Tobat dan Ekaristi. Bekal rahmat Allah yang luar biasa inilah yang memampukan kita untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri dengan lebih baik lagi.
Persoalannya, apakah kita telah menyadari dan mensyukuri rahmat Allah yang demikian besar ini? (Hugo Susdiyanto, O.Carm/Cafe Rohani)