Seri Alkitab
KOK DI ALKITAB GAK ADA
Bukti Alkitabiah
Bagian II
Syalom aleikhem.
Sangat jelas dan tak dapat disangkal bahwa Para Rasul mewariskan tak hanya Alkitab. Ada hal-hal lain yang mereka wariskan sebagai ajaran iman. Ada yang berupa pengajaran lisan, ada yang berupa tindakan, peribadatan, tata cara, norma, dsb. Dengan amat terang Rasul Paulus bicara tentang itu, dan itu tersimpan dalam Alkitab (Flp. 4:9): “Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.”
Rasul Paulus menyatakan bahwa yang harus umat lakukan adalah apa yang mereka dengar dan lihat. Simak baik-baik, justru tak ada “baca” (yang menyiratkan sesuatu yang tertulis, d.h.i. Alkitab). Sang Rasul malah menegaskan tentang “dengar” dan “lihat”. Pengajaran lisan itulah yang didengar. Praktik peribadatan, Misa contohnya, itulah yang dilihat, dalam arti: dilaksanakan. Nas itu begitu kuat memberi kita rujukan bahwa Para Rasul tak pernah menyarankan bahwa kita harus meyakini doktrin “hanya Alkitab”. Malah sebaliknya, Para Rasul menyerukan “bukan hanya Alkitab”.
Kalau kita memegang doktrin “hanya Alkitab”, kita akan gagal sebagai berikut. Perhatikan ayat ini (Kol. 4:16): “Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepada kamu.” Ada dua surat yang disebut dalam ayat itu. “Surat ini” adalah Surat Kolose. Ada surat lain, yaitu Surat Laodikia.
Surat Kolose kita tahu, itu masuk dalam Alkitab. Lalu, Surat Laodikia di mana? Surat itu sama sekali tak masuk dalam Alkitab, bukan bagian dari Alkitab. Padahal, Rasul Paulus jelas-jelas menyatakan supaya Surat Laodikia dibacakan di Kolose dan sebaliknya, Surat Kolose dibacakan di Laodikia. Itu tukar-menukar surat. Artinya? Surat Laodikia sama-sama berharga dibandingkan Surat Kolose. Bahasa kerennya, Surat Laodikia pun autoritatif. Dan itu di luar Alkitab. Sekali lagi telak: doktrin “hanya Alkitab” tak dapat dipertahankan karena memang tak punya dasar.
Justru karena ajaran yang tertulis (baca: Alkitab) tak mencakup semua ajaran iman, Rasul Paulus secara tak terduga menulis begini (1Tes. 3:10): “Siang malam kami berdoa dengan sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.”
Dikatakan di sana “apa yang masih kurang pada imanmu”. Kok kurang? Ya jelas kurang kalau hanya mengandalkan sumber iman yang tertulis (baca: Alkitab). Maka, Rasul Paulus mau bertemu muka dengan umat Tesalonika. Untuk apa? Mengajarkan yang belum dituliskan. Sebab apa? Memang yang tertulis itu tak lengkap.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katkiter