| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Inilah yang diyakini orang Kristen awal tentang Ekaristi


Keyakinan mereka berakar dari kata-kata Yesus dan Tradisi yang diwariskan kepada mereka dari para Rasul.

Setelah hampir 2.000 tahun pengajaran Katolik, Gereja dengan berani menyatakan dalam Katekismus, “Ekaristi adalah "sumber dan puncak seluruh hidup kristiani" (LG 11). "Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejani serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya. Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paska kita" (PO 5).”(Katekismus Gereja Katolik, 1324).

Ini adalah pernyataan yang mencolok, yang menunjukkan betapa Gereja menghargai Ekaristi di zaman sekarang. Namun, apakah kepercayaan ini sesuatu yang baru, diperkenalkan selama beberapa abad terakhir? Atau apakah itu sudah menjadi bagian dari ajaran Gereja sejak awal?

Seperti halnya semua ajaran penting dari Gereja Katolik, itu hanyalah pengulangan keyakinan Gereja sepanjang berabad-abad. Ini dengan jelas terungkap ketika menyelidiki tulisan-tulisan orang-orang Kristen awal yang hidup di beberapa abad pertama setelah kematian dan kebangkitan Kristus.

Untuk membantu mengilustrasikan hal itu, berikut ini adalah sejumlah kecil kutipan dari orang-orang Kristen ini yang merinci keyakinan mereka tentang Ekaristi Kudus. Setelah membaca ini, menjadi jelas bagaimana Gereja telah mewariskan ajaran ini selama bertahun-tahun hampir tidak berubah.

Didache 14, Tetapi setiap hari Tuhan…. berkumpullah kamu bersama dan pecahkanlah roti, dan mengucap syukurlah setelah mengakukan dosa-dosamu, supaya kurbanmu menjadi murni. Tetapi jangan ada seorang yang berselisih dengan sesama saudara yang datang bersama denganmu, sebelum mereka berdamai, supaya kurbanmu tidak menjadi profan.” 

St. Yustinus Martir (150-160) Dan pada hari yang disebut Minggu, semua yang hidup di kota maupun di desa berkumpul bersama di satu tempat, dan ajaran-ajaran para rasul atau tulisan- tulisan dari para nabi dibacakan, sepanjang waktu mengijinkan; lalu ketika pembaca telah berhenti, pemimpin ibadah mengucapkan kata- kata pengajaran dan mendorong agar dilakukannya hal- hal yang baik tersebut. Lalu kami semua berdiri dan berdoa, dan seperti dikatakan sebelumnya, ketika doa selesai, roti dan anggur dan air dibawa, dan pemimpin selanjutnya mempersembahkan doa- doa dan ucapan syukur… dan umat menyetujuinya, dengan mengatakan Amin, dan lalu diadakan pembagian kepada masing- masing umat, dan partisipasi atas apa yang tadi telah diberkati, dan kepada mereka yang tidak hadir, bagiannya akan diberikan oleh diakon. Dan mereka yang mampu dan berkehendak, memberikan (persembahan) yang dianggap layak menurut kemampuan mereka, dan apa yang dikumpulkan oleh pemimpin, ditujukan untuk menolong para yatim piatu dan para janda dan mereka yang, karena sakit maupun sebab lainnya, hidup berkekurangan, dan mereka yang ada dalam penjara dan orang asing di antara kami, pendeknya, ia (pemimpin) mengatur [pertolongan bagi] semua yang berkekurangan. Tetapi hari Minggu adalah hari di mana kami mengadakan ibadah bersama, sebab hari itu adalah hari yang pertama, yaitu pada saat Tuhan, …. telah menciptakan dunia; dan Yesus Kristus Penyelamat kita pada hari yang sama telah bangkit dari mati. Sebab Ia telah disalibkan pada hari sebelum hari Saturnus (Sabtu); dan pada hari setelah hari Saturnus itu, yaitu hari Minggu, setelah menampakkan diri kepada para rasul dan murid-Nya, Ia mengajarkan kepada mereka hal- hal ini…..” (St. Yustinus, Apologi I, ch. 67) 
  
Mereka [Gnostik] menjauhkan diri dari Ekaristi dan dari doa, karena mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah daging Juruselamat kita Yesus Kristus, daging yang menderita bagi dosa-dosa kita dan yang oleh Bapa, dalam kemurahan-Nya, bangkit dari kematian. (St. Ignatius dari Antiokhia, c. 110)
 
“Dia [Yesus] menyatakan bahwa piala itu, … adalah Darah-Nya yang darinya Ia menyebabkan darah kita mengalir; dan roti itu…, Ia tentukan sebagai Tubuh-Nya sendiri, yang darinya Ia menguatkan tubuh kita.”. (St. Ireneus dari Lyons, c. 140)
 

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy