| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Seri Katekismus: KECENDERUNGAN BERBUAT DOSA

Seri Katekismus
KECENDERUNGAN BERBUAT DOSA

Syalom aleikhem.
Semua manusia terkena dosa asal. Harap ingat, dosa asal adalah suatu “keadaan”, bukan suatu “perbuatan”. Saya punya dosa asal bukan karena saya telah berbuat dosa pada saat diahirkan di dunia, bukan, melainkan karena saya adalah keturunan Adam yang terkena dampak dosa Adam, yaitu hilangnya kekudusan asli. Saya tak bersama dengan Allah dalam firdaus, saya kehilangan hidup di hadirat Allah karena manusia pertama telah berdosa. Keadaan ini diberi istilah “dosa asal”.

Meski semua insan telah kehilangan kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tak hancur total. Kemanusiaan mengalami suatu kelemahan – katakanlah semacam kecacatan. Kelemahan itu membuat manusia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan, maut, dan cenderung berbuat dosa. Kecenderungan ini disebut concupiscentia (dibaca: kon-ku-pi-syen-sia).

Mengapa manusia jadi cenderung berbuat dosa? Ingat bahwa jatuhnya manusia pertama membuat manusia kehilangan kuasa atas jiwa dan badan sendiri. Manusia tak lagi mampu menguasai bahkan dirinya sendiri. Kekacauan itu membuat kecenderungan kepada dosa terjadi.

Kejatuhan manusia pertama membuat hubungan mendalam dengan Allah rusak. Dengan itu, manusia tak lagi mendapat bagian dalam hidup ilahi. Di sinilah, Pembaptisan memiliki nilai penting. Pembaptisan mengembalikan kehidupan bersama Allah. Pembaptisan memberikan rahmat kehidupan, menghapus dosa asal, mengarahkan manusia kembali kepada Allah. Namun, akibat yang timbul karena kejatuhan itu tetap ada meski sudah diperlemah daya serangnya. Di sinilah usaha manusiawi mendapat tempatnya, yakni manusia harus berjuang secara rohani mengalahkan kecenderungan berbuat dosa.

Ajaran Gereja Katolik tentang dosa asal cukup jelas. Dosa asal diterima manusia sebagai suatu keadaan. Karena dosa asal, manusia kehilangan kekudusan asli, tercabut dari hidup ilahi, dan jadi punya kecenderungan berbuat dosa karena kendali atas jiwa-badannya cacat. Namun, kodrat kemanusiaan tak hancur total karena dosa asal – artinya: masih dapat dipulihkan. Pembaptisan menghapus dosa asal dan memperlemah daya kecenderungan berbuat dosa. Manusia masih harus berjuang dengan bantuan rahmat ilahi untuk terus melawan kecenderungan itu.

** Uraian ringkas atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 405 – 406

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy