Seri Katekismus: MENGENAL DOSA ASAL

Seri Katekismus
MENGENAL DOSA ASAL

Syalom aleikhem.
Dosa memisahkan manusia dari Allah. Keselarasan berantakan. Kuasa manusia atas jiwa dan badan sendiri jadi kacau. Manusia tak lagi mampu menguasai bahkan dirinya sendiri. Sejak dosa pertama, dosa benar-benar membanjiri dunia – suatu banjir bandang dosa. Dosa tersebar luas dalam seluruh sejarah umat manusia.

Karena kenyataan itu, semua manusia terlibat dalam dosa Adam. Terlibat bagaimana? Alkitab (Rom. 5:12) menjelaskannya: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia melalui satu orang, dan melalui dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Karena dosa, penderitaan yang sangat banyak membebani manusia. Kecondongan kepada kejahatan juga menggelisahkan manusia. Puncaknya, kematian membayangi kehidupan manusia. Itu semua terjadi karena adanya dosa.

Dosa itu “diteruskan” dari generasi ke generasi. Dosa itu – disebut dosa asal – diteruskan melalui pembiakan. Mengapa dosa Adam diteruskan kepada semua keturunan manusia? Karena berdosa, Adam dan Hawa kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Kehilangan itu menimpa pula kodrat manusia. Kodrat manusia yang telah kehilangan kekudusan dan keadilan asli itu diwariskan, diteruskan, turun-temurun kepada seluruh manusia.

Mudah-mudahan gambaran berikut membantu pemahaman. Ayahku seorang raja, aku putra mahkota. Aku hidup mulia di kerajaan karena ayahku raja. Suatu ketika, karena kesalahannya, ayahku kehilangan hak atas kerajaan. Ia (dan aku) terusir dari kerajaan. Ayahku tak lagi jadi raja. Kerajaan dikuasai pasukan lain. Itu bukan salahku, itu salah ayahku. Namun, kesalahan ayahku itu membuat aku kehilangan hak atas takhta. Kini aku bukan lagi anak raja atau calon raja, aku gelandangan terlunta-lunta. Semua terjadi bukan karena salahku, tapi salah ayahku.

Seperti itulah dosa asal. Orang “menerima” dosa itu bukan karena melakukan kesalahan. Jadi, dosa asal itu suatu keadaan, bukan perbuatan. Keadaan manusia kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Amin.

** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 401 – 404

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy