Hoax Rohani

Bertahun-tahun lalu, sudah ada "hoax" -- jadi bukan fenomen masa kini. Ada pula yang namanya -- kunamakan -- "hoax rohani".

Ingat "surat berantai" jadul? Semacam itulah hoax rohani. "Fotokopilah surat ini... dsb... dsb." Siapa yang memfotokopi dan menyebarkannya akan dapat "hadiah". Siapa yang menolaknya dan membuangnya akan dapat "tulah".

Dulu surat, kini digital. Hoax rohani masih bertebaran di antara kita. "Sri Paus Fransiskus meminta didoakan... dsb... dsb. Kita harus mencapai sekian milyar Salam Maria... dsb... dsb," salah satu bunyi hoax rohani.

Bagaimana menyikapinya? BUANG! Itu saja. Hoax adalah hoax, sebagus apapun ajakan di dalamnya. Hoax adalah berita palsu.

Memang tak mudah menyikapi hoax rohani macam itu. Umumnya, pendapat orang terbelah. Ada yang bicara menyanggah: "Mendoakan itu kan baik. Mengapa harus dihapus! Sebarkan terus!"

Biasanya, seperti itulah jawaban orang yang turut menyebarkan hoax rohani.

Betul, mendoakan orang adalah baik. Silakan mendoakan orang, dan tetaplah mendoakan. Namun, stoplah hoax. Berita berantai yang meminta doa tetaplah hoax jika tidak sesuai kenyataan. Contoh: Sri Paus tak pernah meminta umat Katolik berdoa Salam Maria supaya tercapai 1 milyar Salam Maria.

Doakanlah Salam Maria terus, hentikan hoax. Jalankan doa tanpa perlu berbasis pada hoax rohani. Teruslah berdoa, hentikan hoax rohani.

Mari bermedsos secara cerdas.

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Imam Diosesan Keuskupan Bandung

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy