Seri Katekismus
GELAR PUTRA ALLAH
Syalom aleikhem.
Gelar “Putra Allah”, dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, diberikan kepada para malaikat, bangsa terpilih, anak-anak Israel, para raja. Maksudnya, mereka dijadikan “anak angkat Allah”, punya hubungan yang istimewa dengan Allah.
Gelar Putra Allah disematkan juga bagi Tuhan Yesus. Hal ini jelas dalam pengakuan Rasul Petrus sebagaimana dicatat dalam Mat. 16:16. Tuhan Yesus menyatakan pernyataan Rasul Petrus itu merupakan perwahyuan dari Allah Bapa. Pengakuan itulah pusat iman apostolik (iman rasuli, berasal dari Para Rasul).
Tuhan Yesus sendiri menyatakan diri-Nya adalah Sang Putra yang mengenal Sang Bapa. Ia juga menyatakan diri-Nya berbeda dari “hamba-hamba”, yaitu para nabi, yang dahulu telah diutus oleh Allah. Dalam nas lain, dinyatakan bahwa Tuhan Yesus lebih tinggi daripada para malaikat.
Jelas, Tuhan Yesus adalah Putra Allah. Para Rasul (termasuk kita) adalah putra-putra Allah juga. Lalu, apa bedanya Tuhan Yesus dengan kita kalau sama-sama “putra Allah”? Penjelasan tentang ini tersurat dalam Yoh. 20:17. Keputraan kita dan keputraan Tuhan Yesus sangat berbeda. Ia sendiri menyatakan perbedaan itu dengan berkata “Bapa-Ku dan Bapamu”. Hubungan Tuhan Yesus dengan Allah sebagai Bapa sangat berbeda kualitasnya dibandingkan hubungan kita dengan Allah sebagai Bapa.
Suara Sang Bapa pun menyatakan keputraaan istimewa Tuhan Yesus. Dua kali Injil mencatat perihal itu: waktu pembaptisan Tuhan dan penampakan kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus sendiri menyatakan diri-Nya adalah Putra Tunggal Allah. Tunggal artinya satu-satunya, tak ada yang lain lagi seperti Dia. Yoh. 10:36 bahkan menyatakan Dia telah ada secara abadi (istilahnya: “pre-existensi” atau “pra-ada”).
Pengakuan keputraan sudah muncul tatkala Tuhan wafat di kayu salib. Kepala pasukan berucap di depan Tuhan yang tergantung pada salib, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah” (Mrk. 15:39). Karena segala kesaksian itu, iman Kristen dengan teguh meyakini bahwa Tuhan Yesus bergelar Putra Allah, juga tahu makna terdalam gelar itu. Lalu, Para Rasul mengakui, “Kami telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14).
** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 441 – 445
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring