Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menekankan pentingnya menggunakan hak pilih di kalangan umat Katolik pada pemilihan umum presiden (Pilpres) dan pemilihan umum legislatif (Pileg) yang akan berlangsung saat Pekan Suci nanti.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pemungutan suara serentak tahun ini pada 17 April atau Hari Rabu pada Pekan Suci yang dirayakan pada 14-21 April.
Banyak umat Katolik biasanya melakukan ziarah pada Pekan Suci. Misalnya, Semana Santa di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang biasanya diikuti lebih dari 10.000 peziarah.
“Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang cerdas dan baik untuk menjadi pemimpin, Mereka hanya akan bisa menjadi pemimpin kalau kita pilih. Memilih untuk tidak memilih (golput) sama artinya membiarkan bangsa ini dikuasai oleh siapa pun termasuk orang-orang yang ingin merongrong Pancasila dan meruntuhkan negeri ini,” demikian bunyi seruan moral yang dikeluarkan oleh Komisi Kerawam KWI pada 1 Maret.
“Sebagai warga Gereja dan warga negara yang baik, ‘100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia,’ sudah selayaknya umat Katolik, khususnya orang muda Katolik yang akan menjadi pemilih pemula, memberikan suaranya dalam Pemilu ini.”
Berbicara kepada ucanews.com, Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI Romo Paulus Christian Siswantoko Pr mengatakan Pekan Suci hendaknya menjadi momentum bagi umat Katolik untuk menentukan pilihan.
“Ketika ini momentum Pekan Suci harusnya dipakai umat Katolik sebagai discernment – untuk dengan hati tenang, hati jernih menentukan pilihan,” katanya.
“Orang berpikir (Pekan Suci adalah) long weekend, saya berpikir ini kesempatan yang Tuhan berikan, umat Katolik diajak untuk menentukan pilihan, diajak dalam suasana jernih, hening menimbang siapa yang akan kita pilih. Pekan Suci menjadi suasana yang sakral bagi kita untuk mengendapkan masalah politik, pilihan kita. Kita siap menggunakan hak pilih kita,” lanjutnya.
Ia menyarankan umat Katolik yang sudah berencana melakukan peziarahan pada Pekan Suci agar mengurus persyaratan yang ditentukan seperti formulir A5 supaya tetap bisa menggunakan hak pilih mereka di tempat tujuan.
“Maka sebagai warga Gereja dan negara agar (umat Katolik) tidak melupakan hak politiknya,” kata imam yang akrab disapa Romo Koko itu.
Ketua Presidium Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Hargo Mandirahardjo menyambut baik seruan moral Komisi KWI tersebut dan meminta umat Katolik untuk tidak apatis terhadap Pilpres dan Pileg.
“Golput itu memang pilihan tapi bukan pilihan yang baik bagi bangsa kita,” katanya kepada ucanews.com.
“Satu suara menentukan kehidupan bangsa ke depan,” lanjutnya, seraya mengatakan bahwa ISKA juga tengah menyampaikan seruan serupa melalui buku berjudul “Menjadi Pemilih Cerdas.”
Sementara itu, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan dalam surat gembala Prapaskah bahwa menggunakan hak pilih adalah “tanggung jawab iman dan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.”
(Sumber: ucanews.com 6 Maret 2019)