Hari Biasa Pekan IV Paskah
“Misteri sengsara Yesus disembunyikan dalam roti yang terbuat dari gandum tanah. Tepung, gandum yang sudah digiling, melambangkan kematian dan kebangkitan gandum. Yesus sendiri menyatakan misteri terdalam ini ketika Ia bersabda: ‘Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji sata: tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah’ (Yoh 12:24). Dalam proses ditampi dan dipanggang, gandum kembali membawa dalam dirinya misteri sengsara yang sama. Hanya melalui kematian, datanglah kebangkitan: buah datang dan demikianpun kehidupan baru. Namun, anggur juga berbicara mengenai sengsara: pokok anggur harus berulang kali dipangkas untuk memuluskan pertumbuhannya. Anggur harus matang di bawah matahari dan pertumbuhannya. Anggur harus matang di bawah matahari dan hujan dan harus diperas: hanya melalui sengsaralah anggur yang baik menjadi matang.” (Paus Benediktus XVI, Homili Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, 15 Juni 2006)
Antifon Pembuka (Why 5:9-10)
Tuhan, Engkau telah menebus kami dengan darah-Mu dari setiap suku, bahasa, rakyat, dan bangsa, dan Engkau telah menjadikan kami raja dan imam bagi Allah Bapa, alleluya.
You have redeemed us, Lord, by your Blood, from every tribe and tongue and people and nation, and have made us into a kingdom, priests for our God, alleluia.
Doa Pembuka
Allah Bapa pokok kebebasan dan keselamatan kami, Engkau telah menebus kami dengan darah Putra-Mu. Dengarkanlah permohonan kami, supaya kami memperoleh hidup dalam diri-Mu dan menikmati keselamatan kekal. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (13:26-33)
Dalam perjalanannya Paulus sampai di Antiokhia di Pisidia. Di rumah ibadat Yahudi di sana Paulus berkata, "Hai saudara-saudaraku baik yang termasuk keturunan Abraham maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan sudah disampaikan kepada kita. Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Yesus, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Yesus dibunuh. Dan setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang ada tertulis tentang Dia, mereka menurunkan Dia dari kayu salib, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. Tetapi Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dan selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Mereka itulah yang sekarang menjadi saksi-Nya bagi umat ini. Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Kulah Engkau! Pada hari ini Engkau telah Kuperanakkan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Anak-Kulah engkau! Pada hari ini engkau telah Kuperanakkan.
Ayat. (Mzm 2:6-7.8-9.10-11)
1. "Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" Aku mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan: Ia berkata kepadaku, "Anak-Kulah engkau! Pada hari ini engkau telah Kuperanakkan."
2. "Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, dan memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk."
3. Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada Tuhan dengan takwa, dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (14:1-6)
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku sudah mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke sana." Kata Tomas kepada-Nya, "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke sana?" Kata Yesus kepada-Nya, "Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Beberapa hari ini kita merenungkan perikop Injil Yohanes, yang menjabarkan berbagai gambaran akan Kristus. Kristus digambarkan sebagai gembala yang baik (Yoh 10:11,14) dan umat beriman digambarkan sebagai kawanan domba dalam sebuah kandang. Yesus juga digambarkan sebagai pintu kepada domba-domba itu (Yoh 14:7,9). Pada hari ini kita diajak untuk merenungkan kelanjutannya, yaitu bahwa Yesus bukan hanya adalah pintu, tetapi juga adalah jalan. Sebuah jalan untuk diikuti dalam menempuh kehidupan kita. Ada banyak jalan terpampang di hadapan kita, mungkin jalan-jalan itu nampak menarik, lebih menguntungkan, tetapi jika itu bukan Yesus, jalan itu tidak benar. “Jalan satu-satunya adalah Yesus, Ia adalah Pintu, Ia adalah Jalan,” demikian kata Paus Fransiskus. Dalam homilinya tentang perikop ini, Paus mengatakan, “Sejumlah dari kalian mungkin berkata: “Bapa, engkau adalah seorang fundamentalis!” Bukan. Sederhananya, inilah yang dikatakan Yesus: ‘Akulah pintu. Akulah jalan’. Ia memberikan kehidupan kepada kita. Sederhana. Ini adalah sebuah pintu yang indah, pintu kasih, sebuah pintu yang tidak menipu, yang tidak salah. Ia yang selalu mengatakan kebenaran, tetapi dengan kelemahlembutan dan cinta kasih…” (Paus Fransiskus, Homili, 23 April 2013).
Kesesatan pengajaran ini akhirnya melahirkan mentalitas “semua agama sama saja, sama-sama membawa seseorang kepada Tuhan”; “semua agama sama-sama mengajarkan hal yang baik”, atau “semua agama itu sama benarnya”. Sebuah pola pikir yang sangat bertentangan dengan perkataan Kristus sendiri. Kesesatan yang jahat ini – entah disadari atau tidak disadari oleh mereka yang mengajarkannya – sebenarnya merupakan pengulangan kesesatan yang disebut indiferentisme, yang sudah dikecam oleh Paus Gregorius XVI dalam ensiklik Mirari Vos. Tidakkah hal ini mengingatkan kita pada hasutan si ular yang seakan-akan memberikan jaminan keamanan bagi manusia pertama, namun di balik itu sebenarnya ia hendak mengubah pola pikir manusia akan perintah Allah yang telah dinyatakan dengan jelas dan pasti?. Hanya melalui Yesus, manusia dapat masuk ke kedamaian kawanan dan keluar ke kebahagiaan padang rumput yang hijau. Bagi kita orang Katolik, pemahaman Yesus sebagai Gembala sejati, yang menuntun kita ke padang rumput yang hijau dan menjaga kita dari segala marabahaya, serta sebagai Pintu, yang menjadi jalan satu-satunya menuju Kerajaan Allah, harus berurat-berakar kuat di dalam iman kita. Hanya dengan mengimani Yesus seperti itulah, kita akan bertahan dari segala godaan pencuri dan penyamun. (RENUNGAN PAGI, sebagian disarikan dari Luxveritatis7.wordpress.com)
Antifon Komuni (Rm 4:25)
Kristus, Tuhan kita diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita, alleluya.
Christ our Lord was handed over for our transgressions and was raised again for our justification, alleluia.