KATKIT (Katekese Sedikit) No. 218
Seri Alkitab
INJIL MARKUS 4:4-7
Syalom aleikhem.
Mrk. 4:4
Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Et factum est, dum seminat, aliud cecidit circa viam, et venerunt volucres et comederunt illud.
Apa yang dimaksud “jalan”? Itu jalan setapak yang mengitari petak ladang. Orang Indonesia menyebutnya pematang, biasanya untuk sawah. Pematang itu yang disebut jalan dalam ayat ini. Tanahnya lebih keras karena tak digemburkan. Ketika benih jatuh, mudah saja bagi burung-burung untuk menyantapnya sampai habis. Kenapa bisa sampai habis? Pematang biasanya rata karena banyak diinjak saat petani berjalan. Benih yang jatuh di pematang terlihat di permukaan, burung-burung tinggal mematuk semuanya.
Mrk. 4:5
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
Aliud cecidit super petrosa, ubi non habebat terram multam, et statim exortum est, quoniam non habebat altitudinem terrae;
Seperti apa “tanah yang berbatu-batu” itu? Intinya adalah batu, bisa lempeng besar atau kecil-kecil berhimpitan. Di atas batu ada selapis dua lapis tanah atau debu tanah yang menutupi akibat tiupan angin bertahun-tahun. Tanah yang menempel di atas batu semacam itu tidak tebal, karena itu ayat ini menyatakan “tidak banyak tanahnya”.
Mengapa benih itu segera tumbuh? Waktu musim semi, ketika matahari bersinar, tanah tipis lebih cepat hangat daripada tanah yang tebal. Keadaan hangat lebih cepat menumbuhkan benih daripada keadaan dingin.
Mrk. 4:6
Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
et quando exortus est sol, exaestuavit et, eo quod non haberet radicem, exaruit.
Ayat ini memaparkan kontras. Benih pada tanah tipis yang hangat memang cepat tumbuh, namun akarnya tidak kuat sebab tidak ada ruang yang cukup, dan karena itulah cepat mati. Cepat tumbuh, tapi cepat mati, itulah keadaan benih pada tanah tipis di atas bebatuan. Tentu ayat ini bukan mengisahkan kejadian dalam sehari, melainkan beberapa hari sebagai suatu rangkaian kejadian yang utuh.
Mrk. 4:7
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
Et aliud cecidit in spinas, et ascenderunt spinae et suffocaverunt illud, et fructum non dedit.
Apakah di ladang ada semak duri? Bukankah harusnya ladang sudah bersih oleh si peladang? Betul, namun biasanya masih ada sisa-sisa akar atau benih semak duri alias tanaman liar. Ketika benih yang ditabur tumbuh, semak duri juga tumbuh. Alhasil, benih terjepit, terperangkap di tengah semak duri. Karena tanaman liar biasanya lebih kuat, benih yang mulai tumbuh itu pun mati.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Seri Alkitab
INJIL MARKUS 4:4-7
Syalom aleikhem.
Mrk. 4:4
Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Et factum est, dum seminat, aliud cecidit circa viam, et venerunt volucres et comederunt illud.
Apa yang dimaksud “jalan”? Itu jalan setapak yang mengitari petak ladang. Orang Indonesia menyebutnya pematang, biasanya untuk sawah. Pematang itu yang disebut jalan dalam ayat ini. Tanahnya lebih keras karena tak digemburkan. Ketika benih jatuh, mudah saja bagi burung-burung untuk menyantapnya sampai habis. Kenapa bisa sampai habis? Pematang biasanya rata karena banyak diinjak saat petani berjalan. Benih yang jatuh di pematang terlihat di permukaan, burung-burung tinggal mematuk semuanya.
Mrk. 4:5
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
Aliud cecidit super petrosa, ubi non habebat terram multam, et statim exortum est, quoniam non habebat altitudinem terrae;
Seperti apa “tanah yang berbatu-batu” itu? Intinya adalah batu, bisa lempeng besar atau kecil-kecil berhimpitan. Di atas batu ada selapis dua lapis tanah atau debu tanah yang menutupi akibat tiupan angin bertahun-tahun. Tanah yang menempel di atas batu semacam itu tidak tebal, karena itu ayat ini menyatakan “tidak banyak tanahnya”.
Mengapa benih itu segera tumbuh? Waktu musim semi, ketika matahari bersinar, tanah tipis lebih cepat hangat daripada tanah yang tebal. Keadaan hangat lebih cepat menumbuhkan benih daripada keadaan dingin.
Mrk. 4:6
Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
et quando exortus est sol, exaestuavit et, eo quod non haberet radicem, exaruit.
Ayat ini memaparkan kontras. Benih pada tanah tipis yang hangat memang cepat tumbuh, namun akarnya tidak kuat sebab tidak ada ruang yang cukup, dan karena itulah cepat mati. Cepat tumbuh, tapi cepat mati, itulah keadaan benih pada tanah tipis di atas bebatuan. Tentu ayat ini bukan mengisahkan kejadian dalam sehari, melainkan beberapa hari sebagai suatu rangkaian kejadian yang utuh.
Mrk. 4:7
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
Et aliud cecidit in spinas, et ascenderunt spinae et suffocaverunt illud, et fructum non dedit.
Apakah di ladang ada semak duri? Bukankah harusnya ladang sudah bersih oleh si peladang? Betul, namun biasanya masih ada sisa-sisa akar atau benih semak duri alias tanaman liar. Ketika benih yang ditabur tumbuh, semak duri juga tumbuh. Alhasil, benih terjepit, terperangkap di tengah semak duri. Karena tanaman liar biasanya lebih kuat, benih yang mulai tumbuh itu pun mati.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring