Kamis, 04 Juli 2019
Hari Biasa Pekan XIII
“Di surga setiap orang mencintai Allah; jiwa tidak mempunyai perhatian selain mencintai Dia” (St. Teresa dari Avila)
Antifon Pembuka (Mzm 116:5.9)
Tuhan itu pengasih dan adil, Allah Maha Penyayang. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan di negeri orang hidup.
Doa Pembuka
Allah Bapa sumber kedamaian, jangan hendaknya Engkau berpaling dari kami, manusia ciptaan-Mu ini, tetapi berilah kami pengharapan pada Yesus, Adam Baru, yang telah menunjukkan jalan menuju kedamaian-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kejadian (22:1-19)
Hari Biasa Pekan XIII
“Di surga setiap orang mencintai Allah; jiwa tidak mempunyai perhatian selain mencintai Dia” (St. Teresa dari Avila)
Antifon Pembuka (Mzm 116:5.9)
Tuhan itu pengasih dan adil, Allah Maha Penyayang. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan di negeri orang hidup.
Doa Pembuka
Allah Bapa sumber kedamaian, jangan hendaknya Engkau berpaling dari kami, manusia ciptaan-Mu ini, tetapi berilah kami pengharapan pada Yesus, Adam Baru, yang telah menunjukkan jalan menuju kedamaian-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kejadian (22:1-19)
"Korban Abraham leluhur kita."
Setelah Abraham mendapat anak, Ishak, maka Allah mencobai Abraham. Ia bersabda kepada Abraham, “Abraham”. Abraham menyahut, “Ya Tuhan”. Sabda Tuhan, “Ambillah anak tunggal kesayanganmu, yaitu Ishak, pergilah ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Abraham. Ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya. Ia membelah juga kayu untuk kurban bakaran itu. Lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangannya dan melihat tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya, “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini. Aku beserta anakku akan pergi ke sana. Kami akan sembahyang. Sesudah itu kami kembali kepadamu.” Lalu Abraham mengambil kayu untuk kurban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya. Sedangkan ia sendiri membawa api dan pisau di tangannya. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya, “Bapa!” Sahut Abraham, “Ya, anakku.” Bertanyalah Ishak, “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?” Sahut Abraham, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama, dan sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepada Abraham. Abraham lalu mendirikan mezbah di situ dan menyusun kayu. Kemudian Ishak, anaknya, diikat dan diletakkannya di atas mezbah di atas kayu api itu. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit, “Abraham, Abraham!” Sahut Abraham, “Ya Tuhan”. Lalu Tuhan bersabda, “Jangan kaubunuh anak itu, dan jangan kau apa-apakan dia, sebab kini Aku tahu, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Abraham lalu menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Diambilnya domba itu dan dipersembahkannya sebagai kurban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu, ‘Tuhan menyediakan’. Sebab itu sampai sekarang dikatakan orang, ‘Di atas gunung Tuhan menyediakan’. Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, kata-Nya, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah sabda Tuhan – Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut. Dan keturunanmu akan menduduki kota-kota musuhnya. Melalui keturunanmulah segala bangsa di bumi akan mendapat berkat, sebab engkau mentaati sabda-Ku.” Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba. Dan Abraham tinggal di Bersyeba.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan di negeri orang-orang hidup.
Ayat. (Mzm 115:1-2.3-4.5-6.8-9)
1. Aku mengasihi Tuhan, sebab Ia mendengarkan suara dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidup aku akan berseru kepada-Nya.
2. Tali-tali maut telah melilit aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku; aku mengalami kesesakan dan kedukaan. Tetapi aku menyerukan nama Tuhan. Ya Tuhan, luputkanlah kiranya aku!”
3. Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita maha penyayang. Tuhan memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya!
4. Tuhan, Engkau telah meluputkan aku dari maut; Engkau telah meluputkan mataku dari air mata, dan kakiku dari tersandung. Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan, di negeri orang-orang hidup.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (2 Kor 5:19)
Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam diri Kristus dan mempercayakan warta perdamaian kepada kita. Alleluya
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (9:1-8)
"Mereka memuliakan Allah karena telah memberikan kuasa sedemikian besar kepada manusia."
Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawanyalah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada si lumpuh, “Percayalah, anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa ahli Taurat dalam hatinya, “Ia menghojat Allah!” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata, “Mengapa kalian memikirkan hal-hal yang jahat dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan, ‘Dosamu sudah diampuni’ atau mengatakan, ‘Bangunlah dan berjalanlah?’ Tetapi supaya kalian tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa,” lalu berkatalah Ia kepada si lumpuh, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut, lalu memuliakan Allah, karena Ia telah memberi kuasa demikian besar kepada manusia.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Apakah semua dosa kita — masa lalu, sekarang, dan masa depan — diampuni sekali dan untuk semua ketika kita menjadi orang Kristen? Tidak menurut Alkitab atau Bapa Gereja awal. Alkitab tidak menyatakan bahwa dosa-dosa masa depan kita diampuni; alih-alih, itu mengajar kita untuk berdoa, “... ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” (Mat. 6:12).
Di dalam Sakramen Pembaptisan, dosa asal dan seluruh dosa yang kita lakukan sebelum kita dibaptis dihapuskan. Namun sebagai manusia, kita dapat jatuh lagi ke dalam dosa setelah pembaptisan, bahkan kita dapat jatuh ke dalam dosa yang berat. Dosa berat yang kita lakukan setelah Pembaptisan hanya dapat diampuni dengan menerima Sakramen Tobat (KGK, 1423) atau Sakramen Pengakuan Dosa (KGK, 1424), atau Sakramen Pengampunan Dosa (KGK, 1424). Di dalam Sakramen inilah, kita juga bertemu dengan Dokter dari segala dokter, yaitu Yesus sendiri yang hadir di dalam diri imam/pastor. Allah mengampuni dosa setelah baptisan adalah dalam sakramen tobat/pengakuan dosa:
"Jika kita mengaku dosa kita, ia setia dan adil, dan akan mengampuni
dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (1 Yohanes
1: 9). Dosa ringan atau ringan dapat diakui secara langsung kepada
Tuhan, tetapi untuk dosa-dosa berat atau fana, yang menghancurkan
kehidupan spiritual dari jiwa, Tuhan telah melembagakan cara yang
berbeda untuk mendapatkan pengampunan - sakramen yang dikenal sebagai
pengakuan, penebusan dosa, atau rekonsiliasi. Sakramen ini berakar pada
misi yang Allah berikan kepada Kristus dalam kapasitasnya sebagai Anak
Manusia di bumi untuk pergi dan mengampuni dosa (lih. Mat 9: 6).
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus meneruskan misinya untuk mengampuni dosa
kepada para rasul-Nya, dengan mengatakan kepada mereka, “Seperti Bapa telah mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu. . . .Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan
dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada ” (Yohanes 20: 21–23).
Seiring waktu,
bentuk-bentuk di mana sakramen telah dilaksanakan telah berubah. Dahulu
di Gereja, dosa-dosa yang diketahui secara publik (seperti kemurtadan)
seringkali diakui secara terbuka di gereja, meskipun pengakuan pribadi
kepada seorang imam selalu menjadi pilihan untuk melakukan dosa secara
pribadi. Tetap saja, pengakuan bukan hanya sesuatu yang dilakukan dalam
keheningan kepada Tuhan saja, tetapi sesuatu dilakukan “di dalam
gereja,” seperti yang ditunjukkan oleh Didache (A.D. 70). Penitensi juga
cenderung dilakukan sebelum daripada setelah pengampunan, dan mereka
jauh lebih ketat daripada yang ada sekarang (penebusan sepuluh tahun
untuk aborsi, misalnya, adalah umum di Gereja awal).. Yang sangat penting adalah pengakuan mereka bahwa pengakuan dan
pengampunan harus diterima oleh orang berdosa sebelum menerima Komuni
Suci, untuk “barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” (1 Kor. 11:27).
Imam (pastor/romo) adalah in persona Christi ketika
ia mendengarkan pengakuan dosa-dosa kita dan ketika memberikan absolusi
kepada kita. Ketika kita pergi mengaku dosa kepada imam, kita
sesungguhnya mengaku dosa kepada Tuhan. Di sini pikiran kita tidak
sedang dan tidak bisa membayangkan atau mengada-ngada bahwa kita berada
di hadapan seseorang, karena memang kita sungguh-sungguh berada di
hadapan seseorang yang mendengarkan pengakuan dosa kita. Kita tidak bisa
membayangkan atau berangan-angan Tuhan sedang berbicara kepada kita,
karena memang kita sungguh-sungguh berada di hadapan seseorang yang
sedang memberi kita nasehat, penitensi dan absolusi. Kehadiran seseorang
yang nyata membuat kita tidak jatuh dalam ilusi atau menipu diri
sendiri. Berada di hadapan seseorang yang sungguh nyata, kita tidak bisa
menasehati diri sendiri, memberi penitensi untuk diri sendiri dan
mengampuni diri sendiri. Kita akan membiarkan orang yang ada di hadapan
kita untuk menasehati kita, memberi kita penitensi, dan mengampuni kita.
Mungkin kita berkeberatan dengan kenyataan bahwa yang mendengarkan
dosa-dosa saya adalah imam bukan Tuhan. Menjawab keberatan ini kita
kembali pada kenyataan yang mendasar bahwa kehadiran Tuhan itu
dimediasi, membutuhkan perantara, atau kehadiran sakramental. Tidak bisa
tidak.
Antifon Komuni (Mat 9:8)
Orang banyak melihat hal itu takut, lalu memuliakan Allah karena telah memberi manusia kuasa demikian besar.
Antifon Komuni (Mat 9:8)
Orang banyak melihat hal itu takut, lalu memuliakan Allah karena telah memberi manusia kuasa demikian besar.
RENUNGAN PAGI