KATKIT (Katekese Sedikit) No. 251
Seri Alkitab
INJIL MARKUS 5:3-7
Syalom aleikhem.
Mrk. 5:3-4
Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.
qui domicilium habebat in monumentis; et neque catenis iam quisquam eum poterat ligare, quoniam saepe compedibus et catenis vinctus dirupisset catenas et compedes comminuisset, et nemo poterat eum domare;
Orang yang kerasukan roh jahat itu kuat sekali, rantai pun diputuskannya. Belenggu adalah ikatan pada kaki, rantai ikatan pada tangan. Menurut ukuran normal, ia seharusnya tak bisa berbuat apa-apa lagi karena kaki dan tangannya diikat.
Frasa “rantainya diputuskannya” berarti orang itu dapat membuat rantai putus dengan kekuatan tangannya sendiri. Frasa “belenggunya dimusnahkannya” artinya setelah tangannya bebas, ia dapat menghancurkan ikatan kakinya. Semua alat pengikat tak mampu lagi menahan orang itu, juga tak ada orang bisa menahannya.
Mrk. 5:5
Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
et semper nocte ac die in monumentis et in montibus erat clamans et concidens se lapidibus.
Karena tak dapat dikendalikan lagi, orang itu berkeliaran. Ayat ini menunjukkan lebih jelas keadaan pekuburan yang dimaksud. Ada kata “bukit-bukit”, ini menunjukkan pekuburan berada di lereng-lereng bukit.
Ayat ini menyiratkan bahwa orang itu tak sepenuhnya sadar akan dirinya, bahkan hampir tak sadar sama sekali mengenai dirinya. Terbukti, disebut pada ayat ini, ia memukuli dirinya sendiri dengan batu. Patut diduga, tubuhnya, dengan demikian, penuh luka akibat ulahnya sendiri. Kata “berteriak-teriak” makin menegaskan bahwa orang ini tak sadar akan perbuatannya. Lepas kontrol.
Mrk. 5:6-7
Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!”
Et videns Iesum a longe cucurrit et adoravit eum et clamans voce magna dicit: “ Quid mihi et tibi, Iesu, fili Dei Altissimi? Adiuro te per Deum, ne me torqueas ”.
Orang itu menyembah Tuhan Yesus. Ini menunjukkan bahwa setan yang menguasainya mengenal betul siapa Tuhan Yesus. Kata yang diterjemahkan “menyembah” berbunyi prosekynesen, harafiahnya ‘berlutut’. Tindakannya kira-kira demikian: berlutut dua kaki dengan wajah menunduk atau menyentuh tanah, bersujud.
Namun, sujudnya disertai teriakan. Teriakan orang itu (setan yang menguasainya) sangat mirip dengan teriakan roh jahat pada Mrk. 1:24. Ini sikap penuh ketakutan sembari memusuhi. Meski demikian, si setan mengakui kekuasaan Tuhan Yesus sebagai Putra Allah Yang Mahatinggi. Karena tahu bahwa kuasa Tuhan Yesus begitu besar, setan memohon jangan disiksa. Ungkapan “jangan siksa” bermakna ‘jangan buat saya menderita’. Setan menderita ketika berjumpa Sang Kebaikan, Tuhan Yesus Kristus.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring