KATKIT (Katekese Sedikit) No. 278
Seri Alkitab
INJIL MARKUS 5:36-39
Mrk. 5:36
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”
Iesus autem, verbo, quod dicebatur, audito, ait archisynagogo: “ Noli timere; tantummodo crede! ”.
Syalom aleikhem.
Kata “mereka” memberi kita petunjuk, pembawa warta tak hanya satu orang, melainkan beberapa orang serombongan. Tuhan Yesus mengabaikan, tak menganggap, warta yang mereka bawa bahwa anak Yairus telah meninggal. Beliau memberikan peneguhan kepada Yairus. Frasa “jangan takut” bermakna ‘jangan ragu-ragu’. Tuhan masih menambahkan “percaya saja” yang bermakna ‘tetaplah yakin’. Ketika menemui Tuhan, Yairus sudah punya keyakinan kuat bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat atas anaknya yang sakit. Kini Yairus diminta tetap punya keyakinan yang sama seperti ketika ia datang meski ada kabar anaknya telah tiada.
Mrk. 5:37
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Et non admisit quemquam sequi se nisi Petrum et Iacobum et Ioannem fratrem Iacobi.
Baru saja, perjalanan Tuhan sempat terhenti. Kini Tuhan melanjutkan perjalanan menuju rumah Yairus. Ayat ini menyiratkan perjalanan selanjutnya tak melibatkan orang banyak dan murid-murid-Nya, kecuali tiga murid terpilih; tentu saja Yairus ikut. Secara tersirat, perjalanan berikutnya dilakukan hanya oleh Tuhan, Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Yairus.
Mrk. 5:38
Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.
Et veniunt ad domum archisynagogi; et videt tumultum et flentes et eiulantes multum,
Kelima orang itu tiba di rumah Yairus. Di depan rumah (luar rumah), mereka melihat ada banyak orang di sana yang menangis dan meratap. Frasa “menangis dan meratap” dalam bahasa asli berbentuk tiga kata benda “kegaduhan dan tangisan dan ratapan” (Latin: tumultum et flentes et eiulantes). Sudah gaduh, tambah ada tangis dan ratap. Gaduh karena banyak orang berkumpul terkait kematian itu, tangis tentu karena sesenggukan akibat bersedih, dan ratap lebih “meramaikan” lagi. Kesedihan mendalam mencekam rumah Yairus.
Mrk. 5:39
Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!”
et ingressus ait eis: “ Quid turbamini et ploratis? Puella non est mortua, sed dormit ”.
Pertanyaan Tuhan adalah pertanyaan retoris yang bermakna ‘tak usah menangis’. Menurut Tuhan, anak itu tidur, bukan mati. Kalimat ini adalah pengajaran dari Tuhan. Bagi Tuhan, mati adalah tidur belaka. Tuhan mengajar orang banyak (juga kita) bahwa kematian tak dapat menghalangi kuasa Tuhan, dan – lebih dalam lagi – Tuhan Yesus punya kuasa atas kematian. Ini semacam “ajaran pengantar” mengenai kebangkitan-Nya ketika Beliau benar-benar menunjukkan bahwa kematian tak punya kuasa apa-apa atas Tuhan.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
INJIL MARKUS 5:36-39
Mrk. 5:36
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”
Iesus autem, verbo, quod dicebatur, audito, ait archisynagogo: “ Noli timere; tantummodo crede! ”.
Syalom aleikhem.
Kata “mereka” memberi kita petunjuk, pembawa warta tak hanya satu orang, melainkan beberapa orang serombongan. Tuhan Yesus mengabaikan, tak menganggap, warta yang mereka bawa bahwa anak Yairus telah meninggal. Beliau memberikan peneguhan kepada Yairus. Frasa “jangan takut” bermakna ‘jangan ragu-ragu’. Tuhan masih menambahkan “percaya saja” yang bermakna ‘tetaplah yakin’. Ketika menemui Tuhan, Yairus sudah punya keyakinan kuat bahwa Tuhan sanggup melakukan mujizat atas anaknya yang sakit. Kini Yairus diminta tetap punya keyakinan yang sama seperti ketika ia datang meski ada kabar anaknya telah tiada.
Mrk. 5:37
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Et non admisit quemquam sequi se nisi Petrum et Iacobum et Ioannem fratrem Iacobi.
Baru saja, perjalanan Tuhan sempat terhenti. Kini Tuhan melanjutkan perjalanan menuju rumah Yairus. Ayat ini menyiratkan perjalanan selanjutnya tak melibatkan orang banyak dan murid-murid-Nya, kecuali tiga murid terpilih; tentu saja Yairus ikut. Secara tersirat, perjalanan berikutnya dilakukan hanya oleh Tuhan, Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Yairus.
Mrk. 5:38
Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.
Et veniunt ad domum archisynagogi; et videt tumultum et flentes et eiulantes multum,
Kelima orang itu tiba di rumah Yairus. Di depan rumah (luar rumah), mereka melihat ada banyak orang di sana yang menangis dan meratap. Frasa “menangis dan meratap” dalam bahasa asli berbentuk tiga kata benda “kegaduhan dan tangisan dan ratapan” (Latin: tumultum et flentes et eiulantes). Sudah gaduh, tambah ada tangis dan ratap. Gaduh karena banyak orang berkumpul terkait kematian itu, tangis tentu karena sesenggukan akibat bersedih, dan ratap lebih “meramaikan” lagi. Kesedihan mendalam mencekam rumah Yairus.
Mrk. 5:39
Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!”
et ingressus ait eis: “ Quid turbamini et ploratis? Puella non est mortua, sed dormit ”.
Pertanyaan Tuhan adalah pertanyaan retoris yang bermakna ‘tak usah menangis’. Menurut Tuhan, anak itu tidur, bukan mati. Kalimat ini adalah pengajaran dari Tuhan. Bagi Tuhan, mati adalah tidur belaka. Tuhan mengajar orang banyak (juga kita) bahwa kematian tak dapat menghalangi kuasa Tuhan, dan – lebih dalam lagi – Tuhan Yesus punya kuasa atas kematian. Ini semacam “ajaran pengantar” mengenai kebangkitan-Nya ketika Beliau benar-benar menunjukkan bahwa kematian tak punya kuasa apa-apa atas Tuhan.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring