KATKIT (Katekese Sedikit) No. 288
Seri Katekismus
MARIA BUNDA GEREJA
Syalom aleikhem.
Hubungan erat Bunda Maria dengan Sang Kristus sangatlah jelas, demikian pula dengan Roh Kudus. Kali ini akan dijelaskan hubungan eratnya dengan Gereja sebagaimana Paus Paulus VI katakan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Gereja. Bunda Kristus sekaligus Bunda Gereja.
Menjelang wafat-Nya di salib, Kristus mengaruniakan Bunda Maria kepada murid-Nya. Bunda Maria lalu menjadi ibu bagi murid itu, yang mewakili seluruh murid Kristus. Dengan demikian, Bunda Maria menjadi ibu segenap murid Kristus, ibu Gereja. Sesudah Putranya naik ke surga, Bunda Maria menyertai Gereja awal mula dengan doa-doanya.
Kisah Para Rasul 1:13-14 mencatat peran Ibu Maria: “Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” Dalam doa-doa bersama menantikan turunnya Roh Kudus, Ibu Maria berada di antara para murid Kristus, dan karena itu menjadi Bunda Gereja.
Setelah di Surga
Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya, Ibu Maria tetap menjadi Bunda Gereja dengan tetap menjalankan peran sebagaimana yang telah diembannya selama hidup di dunia. Setelah di surga, Ibu Maria membantu kita memperoleh karunia-karunia demi mengantar kita kepada keselematan kekal. Karunia-karunia itu berasal dari Putranya, namun diperoleh oleh Bunda Maria untuk “disalurkan” kepada kita di dunia.
Peran Ibu Maria yang demikian tidak mengecilkan atau mengurangi peran Kristus sebagai pengantara tunggal. Justru sebaliknya, Ibu Maria menegaskan lebih kuat lagi peran Kristus sebagai pengantara satu-satunya. Mengapa? Sebab, semua karunia yang diperoleh oleh Ibu Maria lalu diberikan kepada kita, diperolehnya dari Sang Kristus.
Karena peran istimewa itu, Bunda Maria dihormati oleh Gereja dengan bakti (devosi) yang spesial. Sejak zaman kuno, Sang Perawan sudah digelari Bunda Allah. Meski begitu, bakti kepada Bunda Maria tak dapat disejajarkan dengan bakti dan penyembahan kepada Putranya, Sang Firman yang menjadi manusia.
Penghormatan kepada Bunda Maria tak mengecilkan dan mengurangi penghormatan dan penyembahan kepada Sang Kristus, Tuhan. Sebab, penghormatan kepada Sang Perawan selalu automatis merupakan penghormatan kepada Sang Kristus. Bunda Maria tak pernah “berdiri sendiri”, melainkan selalu menunjuk dan terkait dengan Sang Kristus. Bahkan, sebagai buktinya, semua dogma Gereja mengenai Bunda Maria tak pernah “demi” Sang Perawan sendiri, melainkan selalu menunjuk kepada Sang Kristus. Per Mariam ad Iesum, melalui Maria kepada Yesus, demikian ujaran tradisional dalam ajaran Gereja Katolik.
Gereja menghormati Santa Perawan sebagai Bunda Tuhannya sekaligus Bundanya sendiri.
** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 963-972
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Seri Katekismus
MARIA BUNDA GEREJA
Syalom aleikhem.
Hubungan erat Bunda Maria dengan Sang Kristus sangatlah jelas, demikian pula dengan Roh Kudus. Kali ini akan dijelaskan hubungan eratnya dengan Gereja sebagaimana Paus Paulus VI katakan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Gereja. Bunda Kristus sekaligus Bunda Gereja.
Menjelang wafat-Nya di salib, Kristus mengaruniakan Bunda Maria kepada murid-Nya. Bunda Maria lalu menjadi ibu bagi murid itu, yang mewakili seluruh murid Kristus. Dengan demikian, Bunda Maria menjadi ibu segenap murid Kristus, ibu Gereja. Sesudah Putranya naik ke surga, Bunda Maria menyertai Gereja awal mula dengan doa-doanya.
Kisah Para Rasul 1:13-14 mencatat peran Ibu Maria: “Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” Dalam doa-doa bersama menantikan turunnya Roh Kudus, Ibu Maria berada di antara para murid Kristus, dan karena itu menjadi Bunda Gereja.
Setelah di Surga
Setelah diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya, Ibu Maria tetap menjadi Bunda Gereja dengan tetap menjalankan peran sebagaimana yang telah diembannya selama hidup di dunia. Setelah di surga, Ibu Maria membantu kita memperoleh karunia-karunia demi mengantar kita kepada keselematan kekal. Karunia-karunia itu berasal dari Putranya, namun diperoleh oleh Bunda Maria untuk “disalurkan” kepada kita di dunia.
Peran Ibu Maria yang demikian tidak mengecilkan atau mengurangi peran Kristus sebagai pengantara tunggal. Justru sebaliknya, Ibu Maria menegaskan lebih kuat lagi peran Kristus sebagai pengantara satu-satunya. Mengapa? Sebab, semua karunia yang diperoleh oleh Ibu Maria lalu diberikan kepada kita, diperolehnya dari Sang Kristus.
Karena peran istimewa itu, Bunda Maria dihormati oleh Gereja dengan bakti (devosi) yang spesial. Sejak zaman kuno, Sang Perawan sudah digelari Bunda Allah. Meski begitu, bakti kepada Bunda Maria tak dapat disejajarkan dengan bakti dan penyembahan kepada Putranya, Sang Firman yang menjadi manusia.
Penghormatan kepada Bunda Maria tak mengecilkan dan mengurangi penghormatan dan penyembahan kepada Sang Kristus, Tuhan. Sebab, penghormatan kepada Sang Perawan selalu automatis merupakan penghormatan kepada Sang Kristus. Bunda Maria tak pernah “berdiri sendiri”, melainkan selalu menunjuk dan terkait dengan Sang Kristus. Bahkan, sebagai buktinya, semua dogma Gereja mengenai Bunda Maria tak pernah “demi” Sang Perawan sendiri, melainkan selalu menunjuk kepada Sang Kristus. Per Mariam ad Iesum, melalui Maria kepada Yesus, demikian ujaran tradisional dalam ajaran Gereja Katolik.
Gereja menghormati Santa Perawan sebagai Bunda Tuhannya sekaligus Bundanya sendiri.
** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 963-972
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring