| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Seri Katekismus: MENGENAL KAUM RELIGIUS

KATKIT (Katekese Sedikit) No. 279

Seri Katekismus
MENGENAL KAUM RELIGIUS


Syalom aleikhem.
Kaum religius dalam Gereja Katolik tak termasuk hierarki, juga tak termasuk awam. Kaum religius adalah biarawan-biarawati, mengikrarkan kaul (janji) sesuai nasihat injili.

Tiga Kaul

Yang dimaksud ikrar tersebut adalah kaul kemurnian, kemiskinan, ketaatan. Kemurnian artinya pantang menikah demi Kerajaan Allah. Kemiskinan adalah niat hidup sederhana, hidup “seadanya”. Ketaatan berarti kesediaan diutus ke mana saja sesuai perintah Allah yang terwujud dalam perintah pemimpin. Pengucapan kaul-kaul disebut juga “hidup bakti”, artinya hidup mereka dibaktikan kepada Allah melalui bakti kepada Gereja dan dunia.

Sejak awal mula Gereja, sudah ada orang-orang yang secara khusus mengamalkan kaul-kaul yang disebut nasihat-nasihat injili tersebut. Mereka bermaksud mengikuti Kristus dengan lebih bebas. Bebas artinya terlepas dari ikatan-ikatan duniawi berupa ikatan kehangatan keluarga yang ditandai dengan tidak menikah, maupun ikatan harta duniawi yang ditunjukkan dengan hidup sederhana, dan ikatan egoisme yang diwujudkan dengan taat kepada perintah pemimpin.

Umumnya, ikrar religius diumumkan secara publik. Contoh, seorang suster biarawati mengucapkan kaul di depan uskup dan pemimpin ordonya serta umat yang hadir dalam acara ikrar kaul. Demikian juga seorang bruder biarawan. Itulah yang disebut berkaul secara publik, artinya orang banyak mengetahuinya dan Gereja “mencatatnya”.

Para Pertapa


Di samping para religius yang berkaul secara publik, ada pula para pertapa yang tak mengucapkan kaul secara publik. Para pertapa menarik diri dari dunia ramai menuju ke kesunyian lahir-batin untuk mempersembahkan hidupnya kepada Allah. Orang-orang semacam itu disebut eremit. Mereka hidup di tempat terpencil, biasanya di padang gurun, dengan pola hidup yang sangat sederhana.

Para eremit mendoakan dunia sebab hidup mereka terus-menerus dipenuhi doa dan laku tobat. Mereka juga menjadi saksi-saksi nyata mengenai hidup yang akrab dengan Sang Kristus. Konkretnya, ketika banyak orang Katolik tunggang-langgang dalam kehidupan hingga melalaikan doa, para eremit tak pernah meninggalkan doa “sedetik pun”. Bukankah seperti itu di dalam Kerajaan Surga, di mana ada doa tanpa putus berkumandang dari para malaikat dan para kudus.

Para Perawan

Bentuk lain hidup religius adalah para perawan yang membaktikan diri demi Kerajaan Surga. Sejak awal Gereja, kaum perawan sudah ada. Lalu dalam sejarah, beberapa perawan membentuk kelompok yang akhirnya menjadi ordo-ordo dalam Gereja Katolik. Itulah ordo para suster biarawati.

Demikian juga para eremit tadi. Beberapa eremit membentuk kelompok supaya dapat menghayati hidup pertapa secara bersama-sama. Itulah yang kini kita kenal sebagai ordo-ordo pertapa.

Dalam Gereja Katolik, ada banyak ordo suster, ordo bruder, ordo pertapa lelaki (rahib), ordo pertapa perempuan (rubiah).

** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 914-945

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy