Hari Biasa Pekan XXXI
“Kurban Misa telah dilembagakan untuk empat tujuan: untuk menghormati Allah; untuk menebus dosa-dosa kita; untuk bersyukur kepada Allah karena kebaikan-Nya; dan untuk mendapatkan rahmat Ilahi. Kurban Misa adalah kurban yang sama seperti yang pernah dipersembahkan di Kalvari, perbedaannya adalah bahwa di Kalvari darah Yesus Kristus benar-benar ditumpahkan, tetapi di atas altar darah Yesus ditumpahkan dengan cara yang mistis, yaitu dengan cara tak berdarah.” — St. Alfonsus Liguori
Antifon Pembuka (Rom 12:5)
Bersama-sama kita semua merupakan satu tubuh dalam Kristus. Tetapi masing-masing kita adalah anggota yang tergantung satu sama lain.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami, sumber sukacita sejati, baruilah kiranya kami dengan semangat saling melayani sesama. Semoga segala tingkah laku kami selalu membuat bahagia dan gembira sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, kini sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (12:5-16a)
Saudara-saudara, kita ini, walaupun banyak, merupakan satu tubuh dalam Kristus, masing-masing adalah anggota satu sama lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita. Jika karunia itu untuk bernubuat, baiklah kita bernubuat sesuai dengan iman kita. Jika untuk melayani, baiklah kita melayani. Jika untuk mengajar, baiklah kita mengajar. Jika untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia membagi-bagi dengan hati yang ikhlas. Siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia memimpin dengan rajin. Siapa yang menunjukkan kemurahan hati, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Kasihmu janganlah berpura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kalian saling menaruh kasih sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah kerajinanmu berkurang, hendaklah rohmu menyala-nyala, dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa. Bantulah orang-orang kudus dalam kekurangan dan berusahalah selalu memberi tumpangan! Berkatilah orang yang menganiaya kalian! Berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis. Hendaklah kalian sehati sebudi dalam hidupmu bersama. Janganlah kalian memikirkan yang muluk-muluk, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, lindungilah aku dalam damai-Mu.
Ayat. (Mzm 131:1.2.3)
1. Tuhan, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2. Sungguh, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3. Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 11:28)
Datanglah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepada kalian.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:15-24)
Pada waktu itu Yesus diundang makan oleh seorang Farisi. Sementara perjamuan berlangsung, seorang dari tamu-tamu berkata kepada Yesus, “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Ada seorang mengadakan perjamuan besar. Ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan, ‘Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap’. Tetapi mereka semua minta dimaafkan. Yang pertama berkata, ‘Aku baru membeli ladang dan harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata, ‘Aku baru membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan’. Yang lain lagi berkata, ‘Aku baru saja menikah, dan karena itu aku tidak dapat datang’. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semua itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya, ‘Pergilah segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan cacat, orang-orang buta dan lumpuh’. Kemudian hamba itu melaporkan, ‘Tuan, apa yang Tuan perintahkan sudah dilaksanakan. Sekalipun demikian, masih ada tempat’. Maka tuan itu berkata, ‘Pergilah ke semua jalan dan persimpangan dan paksalah orang-orang yang ada di situ masuk, karena rumahku harus penuh’. Sebab aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari para undangan itu akan menikmati jamuan-Ku.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Orang-orang miskin di jalanan memang pada umumnya terbuka, siap-sedia dan tanggap atas ajakan-ajakan spontan untuk bekerja atau bergotong royong apalagi berpesta, sebagaimana terjadi di desa-desa ataupun daerah-daerah kumuh di kota-kota besar. Kebersamaan dan persaudaraan mereka masih cukup kuat dan asli, tidak dibuat-buat atau bagaikan sandiwara. Sebaliknya orang kaya, berkedudukan atau pejabat ketika menerima undangan atau ajakan sering masih berpikir-pikir, menunda-nunda tanggapan atau jawaban atau bahkan menolak secara diplomatis sebagaimana digambarkan dalam bacaan Injil hari ini. Secara klise, alasan penolakan atau minta maaf tidak dapat menanggapi undangan atau ajakan ada tiga, seperti digambarkan dalam Injil: sedang bisnis, sibuk atau urusan pribadi. Tiga alasan ini pada umumnya bagaikan meterai mati, tak mungkin dijelaskan atau diteliti. Maka sebagai murid-murid Yesus Kristus marilah kita buka hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita terhadap aneka panggilan atau undangan, apalagi jika undangan atau panggilan tersebut baik. Jika kita menolak ajakan atau undangan untuk berbuat baik, meskipun untuk itu harus berkorban dan berjuang, kita sendiri akan rugi bukan mereka yang mengundang atau mengajak. Kesiap-sediaan untuk menanggapi undangan atau ajakan berbuat baik ini hemat saya perlu ditanamkan sedini mungkin pada anak-anak di dalam keluarga maupun di sekolah. Dalam hidup sehari-hari undangan atau ajakan tersebut kiranya senantiasa ada di hadapan kita semua, entah yang bersifat vokal atau ‘diam’. Yang bersifat ‘diam’ misalnya terkait dengan masalah kebersihan lingkungan: jika ada kotoran apapun di lingkungan hidup hendaknya segera dibereskan atau diselesaikan tidak perlu menunda-nunda. (Catatan Renungan Rm. Ign. Sumarya, SJ)
Doa Malam
Allah yang Mahamulia, Engkau selalu mengundang aku untuk hadir dalam perjamuan Ekaristi. Bukalah mata hatiku supaya dapat menanggapi undangan-Mu dengan hati penuh sukacita. Amin.
“Bantulah kami, Tuhan, untuk membuang dalih-dalih kami yang sia-sia. Kami mau datang ke perjamuan-Mu…. Jangan biarkan keangkuhan kami atau sensualitas atau keterikatan- keterikatan tertentu…. menghalangi jalan kami untuk hadir di perjamuan itu…. Pada akhirnya, siapakah yang akan ada di sana? Para pengemis, penderita sakit, penyandang cacat dan tuna netra… Kami akan datang sebagai orang miskin… Kami telah diundang oleh Ia yang kaya, yang telah menjadi miskin demi kami… Kami akan datang sebagai orang sakit, sebab kami membutuhkan Tabib ilahi untuk menyembuhkan penyakit kami. Kami akan datang sebagai orang timpang, dan kami berkata, “Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu…” (Mzm 119:133). Kami akan datang sebagai orang buta dan memohon, “Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati” (Mzm 13:4, St. Agustinus, 112,8)