KATKIT (Katekese Sedikit) No. 307
Seri Liturgi
BERDIRI DI HADAPAN TUHAN
Syalom aleikhem.
Bahasa tubuh manusia umumnya mengungkapkan dengan tepat apa yang dihayati dalam hatinya. Biasanya bahasa tubuh mudah terbaca. Contoh: rakyat kecil yang berjumpa presiden berdiri dengan hormat, misalnya membungkuk untuk menunjukkan kerendahan diri. Contoh lain: majikan berkacak pinggang atau bersilang tangan atau memasukkan tangan di kantung celana ketika memberikan instruksi kepada kacungnya; ini menunjukkan superioritas.
Liturgi Katolik berisi bahasa tubuh juga, yaitu tata gerak; berdiri salah satunya. Renungan sederhana demi penghayatan yang lebih baik: “Sudahkah aku berdiri dalam liturgi dengan layak dan pantas?”
Sama-sama berdiri, bahasa tubuh yang dipancarkan bisa berbeda. Berdiri bersilang tangan di depan dada berbeda dengan berdiri mengatup tangan; berdiri berkacak pinggang berbeda dengan berdiri membungkuk hormat. Masing-masing mengungkapkan isi hati yang berlainan.
Ketikan kita merayakan Kurban Misa, pasti ada tata gerak berdiri. Hayatilah berdiri dalam liturgi secara berbeda dengan berdiri antre tiket. Berdiri dalam liturgi adalah “berdiri di hadapan Tuhan”. Sadarilah sungguh-sungguh. Bayangkan Tuhan ada di hadapanmu, dan engkau berdiri di hadapan-Nya. Bagaimana sikapmu? Hayatilah berdirimu dalam liturgi agar sesuai dengan maknanya: berdiri di hadapan Tuhan dengan layak dan pantas.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring