Seri Katekismus
BAPA & KRISTUS DALAM LITURGI
Syalom aleikhem.
Seluruh karya Allah adalah berkat, dari awal mula hingga akhir zaman. Berkat-berkat ilahi tampak dalam peristiwa-peristiwa yang menyelamatkan sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Lama (PL). Aneka perayaan dalam PL mengingatkan umat akan berkat-berkat ilahi.
Bapa: Asal & Tujuan
Dalam liturgi Gereja, berkat Allah dinyatakan dan diberikan secara sempurna: Allah Bapa diakui dan disembah sebagai asal dan tujuan segala berkat. Simpelnya, dalam liturgi, umat mengakui bahwa Allah adalah Sang Bapa dan menyembah-Nya. Selanjutnya, dalam liturgi pula, Allah memberi umat-Nya berkat-berkat, lalu oleh umat, berkat-berkat itu dipersembahkan kembali kepada Allah.
Di satu pihak, Gereja bersyukur kepada Bapa atas segala karunia-Nya; di lain pihak, Gereja mempersembahkan anugerah-anugerah kepada Bapa. Apa-apa yang telah diterima lebih dulu dari Bapa, disyukuri, lalu dipersembahkan kembali kepada-Nya agar berdaya guna dalam hidup umat.
Berkat berasal dari Bapa, dan dikembalikan kepada Bapa, namun demi kepentingan umat manusia. Itulah yang terjadi dalam liturgi.
Karya Kristus
Pada jaman now, Sang Kristus bertindak melalui sakramen-sakramen yang Beliau tetapkan sebagai sarana untuk membagi-bagikan rahmat-Nya. Mudahnya, “alat” yang dibuat oleh Kristus untuk memberikan rahmat-Nya bagi umat manusia adalah sakramen-sakramen. Melalui tanda-tanda jasmaniah: perkataan dan perbuatan, rahmat Kristus dicurahkan bagi kita.
Misteri Paskah Kristus telah terjadi pada masa lampau, kira-kira dua ribu tahun lalu. Apakah itu usang dan tinggal jadi memori saja? Tidak. Misteri Paskah dihadirkan kembali dalam setiap liturgi. Gampangnya, Tubuh Kristus yang sama yang diberikan kepada Para Rasul dua ribu tahun lalu juga diberikan kepada kita kini.
Mengapa bisa? Sebab, Kristus telah memberikan Roh Kudus kepada Para Rasul, dan dengan itu, Beliau memberi mereka wewenang pengudusan. Selanjutnya, wewenang pengudusan diserahkan oleh Para Rasul kepada para pengganti rasul. Ini disebut suksesi apostolik (penerusan kerasulan).
Simpelnya, wewenang melaksanakan sakramen-sakramen dimiliki oleh Kristus, lalu diberikan kepada Para Rasul, lalu diberikan kepada para pengganti rasul… terus… hingga akhir zaman. Penyerahan wewenang dilakukan melalui Sakramen Tahbisan. Maka, ada kaitan sangat erat antara Sakramen Tahbisan dan kehidupan liturgi Gereja. Hanya dengan adanya Sakramen Tahbisan, kelangsungan liturgi Gereja terjamin sampai akhir masa.
Jadi, liturgi adalah karya Kristus yang pada zaman ini dipercayakan (dilaksanakan) oleh umat-Nya yang ditetapkan melalui Tahbisan Suci. Untuk melaksanakan karya sebesar itu, terutama karya liturgis, Kristus senantiasa mendampingi Gereja-Nya. Beliau hadir dalam Kurban Misa: dalam diri pelayan (imam) dan terutama dalam dua rupa Ekaristi (Hosti & Anggur Suci).
Sederhananya, yang memimpin setiap Misa adalah Kristus, yang membaptis setiap umat juga Beliau, yang bersabda pun Beliau, dsb.
** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik No. 1076-1090
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring