| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Rabu, 28 Juli 2021 Hari Biasa Pekan XVII

 

Rabu, 28 Juli 2021
Hari Biasa Pekan XVII
   
Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-menurun. (Mzm 100:5)
     

Antifon Pembuka (Mzm 67:6.7.36)

Allah bersemayam di tempat-Nya yang kudus. Dialah yang menghimpun umat-Nya dalam rumah-Nya. Dia sendirilah yang memberi kekuatan dan keberanian kepada umat-Nya.
   
Doa Pagi
  
Allah Bapa kami, pelindung dan harapan kami, tanpa Engkau tiada sesuatu pun yang baik lagi suci. Limpahkanlah kiranya belas kasih-Mu kepada kami, agar di bawah bimbingan dan pembinaan-Mu kami kini dapat memanfaatkan ciptaan-Mu di bumi sedemikian rupa, sehingga kami tetap terpikat pada nilai-nilai abadi.
Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.   
   
Bacaan dari Kitab Keluaran (34:29-45)
    
  
"Melihat wajah Musa, orang-orang Israel takut mendekat."
    
Ketika Musa turun dari Gunung Sinai dengan membawa kedua loh hukum Allah, ia tidak tahu bahwa kulit wajahnya bercahaya karena ia telah berbicara kepada Tuhan. Dan ketika Harun dan semua orang Israel melihat Musa, tampaklah kulit wajahnya bercahaya. Maka mereka takut mendapati dia. Tetapi Musa memanggil mereka. Lalu Harun dan para pemimpin jemaah datang kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka. Sesudah itu mendekatlah semua orang Israel lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan Tuhan kepadanya di atas Gunung Sinai. Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah wajahnya. Tetapi apabila Musa masuk menghadap Tuhan untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar. Dan apabila keluar, ia menyampaikan kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. Apabila orang Israel melihat bahwa kulit wajah Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi wajahnya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan
Ref. Kuduslah Tuhan, Allah kita.
Ayat. (Mzm 99:5.6.7.9)
1. Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduskanlah Ia!
2. Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab mereka.
3. Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya, dan pada ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka.
4. Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah Tuhan, Allah kita!

Bait Pengantar Injil do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (1Yoh 2:5)
Sempurnalah cinta Allah dalam hati orang yang mendengarkan sabda Kristus. 
   
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:44-46)
   
"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu."
    
Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Karena sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Verbum Domini 
U. Laus tibi Christe
 
Renungan
   
      Jika benda mati dapat berbicara, kita mungkin bertanya-tanya apa yang akan mereka katakan. Dan apakah kita akan terkejut dengan apa yang akan mereka katakan?

Bagaimana jika kursi yang kita duduki memberi tahu kita bahwa itu sebenarnya kursi berkualitas baik dan memberi kita postur dan kenyamanan duduk yang baik?

Akankah kita memperlakukannya dengan perhatian khusus dan menghargainya apa adanya dan untuk apa yang dilakukannya untuk kita?
 
Tentu saja ladang dan mutiara tidak dan tidak bisa mengatakan apa-apa tetapi perlu seseorang untuk memperhatikan nilai tersembunyi di dalamnya.

Di sisi lain, kita mendengar dalam bacaan pertama bahwa wajah Musa berseri-seri dengan kemuliaan Tuhan.

Tapi itu bukan hanya radiasi eksternal; Musa adalah sahabat Allah yang berbicara dengan-Nya muka dengan muka, dan dari hati ke hati. Dari pancaran hati itulah wajah Musa bersinar dengan kemuliaan Allah.

Hati kita dibuat untuk kemuliaan Tuhan. Ketika kita menjadi sahabat Tuhan, seperti Musa, maka hidup kita bahkan wajah kita akan terpancar dengan kemuliaan Tuhan.

Kita bukanlah benda mati yang tidak dapat berbicara. Kita adalah manusia yang diciptakan untuk kemuliaan Tuhan dan ketika kita berbicara, semoga itu untuk kemuliaan Tuhan.
(RENUNGAN PAGI)
 
 

 

 

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy